Mohon tunggu...
Leo Kurniawan
Leo Kurniawan Mohon Tunggu... profesional -

Dokter dan penulis tentang vaksin, vaksinasi untuk bayi, dewasa, orang tua dan pelancong. Juga tertarik dengan masalah kesehatan secara umum

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengembangan dan Pembuatan Vaksin dari Tanaman

30 Agustus 2012   04:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:09 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin yang membaca judul karagan ini akan mengernyitkan kening dan berkata mana mungkin vaksin dibuat dari tanaman ?

Memang selama ini sampai sekarang, semua vaksin yang kita kenal dan kita pergunakan adalah dibuat dari bahan protein kuman atau virus penyebab penyakit dikembangkan dalam bahan medium sel mamalia yang telah diolah dengan teknologi pembuatan vaksin yang modern, sehingga tersedia jenis dan macam vaksin yang kita kenal saat ini. Sampai detik ini, belum ada satupun vaksin yang dikembangkan dan dibuat dari bahan tanaman atau tumbuh tumbuhan seperti halnya pembuatan obat-obtan dan antibiotika, yang sudah banyak bahan bakunya berasal dari tanaman dan tumbuh tumbuhan.

Dasar pemikiran ilmuwan untuk mencari bahan tumbuhan yanng dapat dikembangkan menjadi bahan baku untuk pembuatan vaksin :

Saat ini dunia memerlukan vaksin yang efisien dan terjangkau harganya karena diproduksi dengan kebutuhan yang minimal dalam proses pembuatannya dan pengembangannya, berkat kemajuan dan pencapaian dalam bidang bioteknologi. Tanaman memberikan alternatif kemungkinan dalam pembuatan dan pengembangan vaksin. Banyak antigen penyakit yang bisa dipergunakan untuk pembuatan vaksin telah bisa dikembangkan dalam sejumlah besar tanaman, sehingga hal ini memungkinkan pembuatan vaksin dari bahan tanaman dimasa depan, meskipun aplikasi teknologi ini masih berada beberapa dekade yang akan datang, karena masih terhambat oleh masalah tehnis yang harus dicarikan jawaban dan pemecahannya. Namun vaksin dari bahan tanaman bukan suatu ilusi lagi bagi bidang ilmu pencegahan penyakit dalam dunia kedokteran yang akan datang.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Introduksi

Pada tahun 1990 ilmuwan bernama Curtis dan Cardineu berhasil menemukan mutan Protein A dari antigen permukaan  kuman Streptococcus di tanaman tembakau, sejak saat itu timbul idea bahwa tanaman bisa dijadikan bio-reaktor untuk memproduksi molekul farmaceutical dan sebagai reaktor pembuat vaksin sub-unit untuk memenuhi kebutuhan vaksin masyarakat dan negara.

Kemungkinan Penggunaan Tanaman untuk menghasilkan Vaksin

Diketahui bahwa tanaman telah dipergunakan untuk menghasilkan lebih dari 200 jenis protein yang mempunyai potensi untuk dipergunakan dalam pengobatan, sehingga tanaman menjadi saingan bagi sel hewan mamalia dalam memproduksi bahan bio-farmaceutika, karena tanaman bisa digunakan untuk menghasilkan bahan protein yang rumit dengan susunan molekul yang tepat, namun dengan biaya yag terjangkau, segi keamanan yang memadai dan bisa diproduksi dalam skala besar untuk keperluan industri.

Tanaman bisa ditanam dan dipanen dengan sistim pertanian tradisionil, dan untuk keperluan fermentasi dalam proses pembuatan cukup dipergunakan rumah kaca. Kemudian juga ada kemungkinan vaksin yang dihasilkan dari bahan tanaman bisa diberikan secara oral/diminumkan, sehingga hal ini akan sangat mengurangi biaya distribusi dan biaya vaksinasi bagi masyarakat luas.

Pada tahun 1992, Mason dan rekan penelitiannya menemukan antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) yang bisa dikembangkan dalam tanaman tembakau transgenik. Tiga tahun kemudian, mereka juga berhasil membuktikan bahwa tikus percobaan yang disuntik antigen  protein HBsAg yang dimurnikan dari tanaman tembakau akan menghasilkan  antibody spesifik IgG dan IgM, sebagai akibat reaksi sistim imunologi tubuh tikus percobaan ini.

Pada tahun 2001, kelompok peneliti yang sama juga menemukan bahwa tikus percobaan yang diberi makanan mengandung HBsAg yang digabungkan dengan toksin Cholera sebagai ajuvant, akan menghasilkan reaksi imunologi jangka panjang yang mirip dengan hasil penyuntikan HBsAg  yang diberikan sebagai dosis penguat pada manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun