Kebanyakan PRT merupakan perempuan pedesaan yang merantau ke kota ataupun penduduk lokal suatu kota/kabupaten, yang terdampak pemiskinan struktural.
Pendapatan yang rendah dan lahan pertanian yang makin sedikit untuk digarap, menyebabkan perempuan dan/atau keluarganya menyasar kota-kota besar yang tersedia lapangan kerja dan tingkat upahnya tinggi.
Kepergian mereka ke kota untuk menjadi PRT ada yang atas inisiatif sendiri, ikut dan dipekerjakan di rumah keluarga, diajak orang lain yang lebih dulu bekerja di kota dan ada juga yang direkrut calo tenaga kerja resmi ataupun tidak resmi. Â Bloodworth, Hose & Taylor (2009) mengatakan:
The industrial Revolution tore apart communal peasant life. In its place, the new capitalist system demanded a long working day, beginning and ending with the factory whistle ... The newly emerging industrial working class could start to piece together some form of family life through this process. (2009, h. 5)
PRT Dalam Kapitalisme
Dalam kapitalisme, PRT didudukkan sebagai pekerja informal yang turut mendukung lancarnya arus modal. Untuk menjaga kelangsungan ekonomi dan perputaran modal, kapitalis menempatkan PRT sebagai properti majikan. Biaya pemeliharaan properti rumah tangga majikan dibebankan kepada tiap keluarga majikan.
Oleh karenanya, kapitalis tidak perlu mengeluarkan apapun karena sudah dialihkan menjadi tanggung jawab majikan. Ini juga berarti penyusupan harga tenaga kerja PRT.
PRT merupakan tenaga kerja cadangan yang mendorong majikan sebagai tenaga kerja utama mengakumulasi kekayaan dan menolong kapitalis mengakumulasi nilai lebih. Dengan demikian PRT memengaruhi proses akumulasi kapital dengan berkontribusi pada produktivitas majikan Dalam Marxism and The Oppression of Women, Vogel (1978) menuliskan:
In capitalist societies, according to Marx, labour-power takes the specific form of a commodity, that is, a thing that has not only use-value but also exchange value. Borne by persons, this commodity has certain peculiarities. Its use-value is its capacity, when put to work in a capitalist production-process, to be the source of more value than it itself is worth. Its exchange-value -- what it costs to buy the labour-power on the market -- is 'the value of the means of subsistence necessary for the maintenance of the laborer, an amount that is established historically and socially in a given society at a particular moment. (1978, h. 194)
Situasi PRT di Indonesia
Sebagian besar PRT di Indonesia bekerja dalam kondisi yang belum layak. Mereka dieksploitasi, mengalami ketidakadilan dan mengalami berbagai jenis kekerasan.