Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Anak Bukan di Jalanan

20 Mei 2016   16:20 Diperbarui: 22 Agustus 2016   13:56 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga! Apa cita-cita anakmu ketika ia masih bocah, apa lagu kesukaannya, dan apa-apa saja permainan yang kala itu paling digemarinya? Mari bergumam, sembari kita coba merunut ulang puing-puing kenangan yang andai pernah terlanjur pecah di otak si anak. Segeralah beristiqfar. Dan bertobatlah menetaskan air mata di sudut mata para bocah-bocahmu yang pada dahulunya pernah tercipta lewat dengan dasyatnya energy cinta.

Keluarga! Bertobatlah berbicara dan berteriak-teriak seperti harimau. Juga segala bentuk macam peperangan mirip naga yang sering kita lakonkan itu jika memang kita tak rela dinding rumah itu hancur lebur hingga mengubur kedamaian. 

Bertobatlah mempertengkarkan apapun, terlebih jika itu harus turut terdengar di telinga anak-anak yang sama sekali sungguh tak pernah meminta untuk dilahirkan. Sebab semua fragmen kekerasan jenis itu, lambat-laun kelak pasti segera akan mengusir si anak  menjadi  seorang sosok  sakit yang mulai cenderung lebih memilih sebuah pemberontakan dan berperilaku  di luar kendali.

Keluarga, hendaklah selalu menjadi polisi dan sekaligus menjadi pendeta/ulama atas pematangan spiritual anak-anaknya. Sebagai ibu dan ayahlah yang selalu setia menafkahi. Sebagai guru dan teladanlah atas prilaku anak-anak sembari terus mempererat hubungan batin lewat berbagai perbincangan-perbincangan ringan juga lewat berbagai dongeng indah yang akan ampuh membangkitkan tawa dan rasa nyamannya. Dan hendaklah sepenghuni rumah terbuka selayaknya sahabat dan teman bercurah-hati satu sama lain. Sebab keluarga itu semestinya butuh saling bercerita atau saling bertanya kabar dan saling memaafkan keterlanjuran-salah, demi terciptanya cuaca damai yang terbiasa. Walaupun  hingga pada setiap getir keterpurukan dan gelombang hidup silih berganti  menghadang keutuhan keluarga.

Tersebab keluarga bukan hanya sebatas rumah hunian atau persinggahan tidur semata. Bukan juga cuma sekadar sedapnya sapaan-sapaan panggil antara Ibu – Bapak,  atau Kakak – Adik serta yang lainnya. Tak juga sehanya pura-pura seatap yang jikalaulah itu juga hanya bernada basa-basi atau sekadarnya saja.

Keluarga sedang terancam. Dan sedang dituntut segera berbenah membentengi seluruh penghuninya. Terlebih setelah kerumitan era gadget masa kini yang semakin banyak menyita perhatian dan waktu setiap orang sepenghuni rumah. Segalanya mulai terasa seolah sedang berada pada era saling diam-diaman. Era saling cuek-cuekan.  Masing-masing nyaris sedang sibuk saling melupakan waktu atau pentingnya sebuah kebersamaan, juga tentang kebiasaan saling bertanya kabar dan senda gurau antara satu sama lainnya yang mulai hilang.

Telah semakin banyak ancaman-ancaman penyusup yang tampil di layar-layar gadget. Berbagai konten buruk dan tak senonoh sedang bergentayangan menggoda watak para anak. Di seluruh tingkatan usia yang bahkan telah sebebas-bebasnya difasilitasi berbagai gadget atau pulsa internet dengan cara yang terlanjur salah dan yang tanpa pengawasan aktif.

Zaman, sungguh telah menyuguhkan sebuah perangkap paling berbahaya yang nyaris tak terelakkan. Cuaca teknologi yang tak mungkin terhindarkan  lagi. Sehingga pada situasi genting saat ini keluarga sudah saatnya mengumpulkan segumpal energi baru untuk mampu pulih dan bangkit mengimbangi ancaman bencana atas nasib generasi yang semakin lama telah mulai semakin rapuh dan menjadi-jadi.

Energi itu, ialah sebentuk kesepakatan pertobatan watak  ibu-bapak yang memang membutuhkan komitmen dan keberanian untuk bertanggung jawab penuh atas kelahiran seluruh anak-anak yang sungguh tak pernah meminta dilahirkan itu. Sampai tiba waktunya proses pertukangan dan pemulihan masa depan sesosok anak itu  benar-benar sukses dipertanggung-jawabkan secara jantan dan penuh kewibawaan berkeluarga kepada tuhan dan terhadap lingkungan sekitarnya.***

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun