Mohon tunggu...
Rudi Hartono
Rudi Hartono Mohon Tunggu... PNS -

Ingin seperti padi: Semakin berisi semakin merunduk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sang Garuda yang Istimewa: dari Lambang Negara sampai Produk Makanan

31 Juli 2015   08:32 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:29 2168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

getty image

Keistimewaan Garuda
Garuda—sehari-hari kita kenal dengan Elang atau Rajawali—adalah hewan yang banyak memberi inspirasi pada umat manusia. Hal itu disebabkan oleh beberapa keistimewaanya. Antara lain mata dan penciumannya yang sangat tajam. Sehingga dapat melihat dan mencium dari jauh. Bisa melayang dan meliuk-liuk di udara, dengan mengikut atau menyongsong angin. Boleh terbang tinggi dan jauh. Hobinya berburu. Cakar dan paruhnya yang tajam menjadi senjata andal untuk menangkap dan membunuh mangsanya. Tempat tinggalnya di atas pohon yang tinggi. Jauh dari keramaian manusia dan binatang lainnya.Tak mengherankan, dengan berbagai keistimewaanya tersebut, banyak negara di dunia yang menjadikannya lambang negara. Antara lain Thailand, Amerika Serikat, Rusia, Mesir, Jerman, Polandia.

 

Lambang negara Indonesia (wikipedia)

 

Lambang Negara Amerika Serikat (Wikipedia)

Lambang negara Thailand (wikipedia)

 

Lambang Negara Mesir (Wikipedia)

 

 

Lambang Negara Russia (republika.co.id)

Kelahiran pesawat udara juga terinspirasi oleh Garuda.
Agama Hindu juga banyak berkaitan dengan Garuda, menganggapnya sebagai binatang suci. Kendaraan Dewa Wisnu adalah Garuda.
Meniru yang di India, raja-raja Hindu di Pulau Jawa ada juga yang membuat patungnya dengan mengendarainya Garuda tersebut. Sebagian dari arca tersebut dapat dilihat di musium Jakarta. 

Arca-arca garuda banyak terdapat di negara Asia Tenggara lainnya, yang banyak dipenagruhi agama Hindu.
Di Indonesia banyak sekali patung dan lukisan peninggalan agama Hindu kita temui di berbagai daerah di Indonesia. Bukan hanya di Pulau Jawa dan Bali saja, tetapi juga di Sumatera.

Di Pulau Dewata Bali ada patung Garuda Kencana yang belum selesai pembuatannya. Walaupun belum selesai tetapi sudah kelihatan artistiknya. Banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut berdecak kagum menyaksikannya. Sungguh ahli yang empunya patung.

Di Indonesia, Garuda tidak hanya dijadikan lambang Negara tetapi juga nama maskapai penerbangan nasional (Maskapai penerbangan Garuda), merek sepatu (eagle), lambang televisi (RCTI, Metro TV), produk makanan (Kacang Garuda), dan sebutan untuk skuad sepakbola negara kita. Bahkan ada dua: garuda senior dan garuda junior (muda).

Garuda dalam Agama Hindu dan Pengaruhnya di Indonesia
Dalam agama Hindu banyak hewan-hewan yang dianggap suci. Selain Garuda, ada Sapi, Ular, Gajah, Kera. Keterkaitan itu agaknya tak lepas dari keberadaan hewan-hewan tersebut yang memang banyak terdapat di India, tempat lahir dan berkembangnya agama tersebut.
Agama Hindu juga menyebar ke Indonesia. Penyebaran berjalan lancar karena sistem kepercayaan yang menganut anismisme-dinamisme hampir sama dengan ajaran agama Hindu.

Dalam perkembangannya Garuda yang terdapat dalam agama Hindu disesuaikan dengan kepentingan lokal.
Diciptakan kisah, legenda, mitos. Biasanya dikaitkan dengan raja, kerajaan atau orang-orang pilihan, manusia setengah Dewa. Tidak untuk manusia biasa.
Kalau kita simak kisah-kisah tersebut syarat dengan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal dalam menjaga keberlangsungan kerajaan, harmonisasi hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia-alam dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Garuda dalam Cerita Rakyat
Salah satu mitos tentang Garuda yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat terdapat pada Suku Melayu Petalangan, di Kecamatan Bandar Petalangan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Dalam cerita itu disebutkan Garuda adalah makhluk yang sakti, sama seperti Dewa, Peri, Mambang, Jembalang, Orang Bunyian (ada juga yang menyebutkan Orang Halus), dan Jin.

Garuda punya kerajaan, sama seperti manusia, dan tentu punya istana juga. Istananya digambarkan sangat cantik, berkilat-kilat seperti kaca. Tempat tinggalnya di atas Lawang-lawang Langit.
Rakyatnya pun banyak. Rajanya disebut Raja Garuda.

Bentuknya unik, kepalanya seperti manusia, badannya berbulu, bersayap seperti burung Elang atau Rajawali itu. Bisa mengubah-ubah dirinya, bisa kecil bisa besar. Bentuknya mirip dengan Garuda yang menjadi lambang Negara Thailand.
Garuda jarang turun ke bumi. Turun kalau sudah lapar. Biasanya turun waktu raja mengadakan kenduri besar. Bau makan-minum dan sorak-tempik orang yang bersukaria dapat diketahuinya dari jauh.

Sekali turun akan menimbulkan bencana karena akan menelan manusia dan hewan-ternak.
Kalau turun ke dunia dia akan membesarkan dirinya. Saking besarnya dunia akan menjadi gelap karena sayapnya menutup cahaya Matahari.
Tidak ada orang yang sanggup melawan Raja Garuda tersebut kecuali raja-raja sakti saja. Jadi tidak semua raja.
Terjadi pertempuran yang maha dahsyat. Pertempuran itu terjadi di atas langit, di negeri Raja Garuda tersebut. Singkat cerita Raja Garuda dapat dikalahkan. Tetapi tidak dibunuhnya.

Raja Garuda heran, insyap akan kesalahannya, rupanya di atas langit masih ada langit.
Mereka akhirnya bersaudara akuan, mengaku seperti bersaudara kandung. Saudara sehidup-semati. Akan saling jaga-menjaga, tolong-menolong. Sejak saat itu burung garuda tak pernah diganggu apalagi di bunuh.

Dalam upacara pengobatan tradisional yang terkenal dalam masyarakat Suku Pelatangan, Tegak Bedian, dibuat burung-burungan Garuda dari daun kepala. Mereka percaya dengan cara itu Raja Garuda akan datang membantu.

Antara Naga dan Garuda
Setelah Garuda, hewan lainnya yang mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia adalah Naga. Sedemikian istimewanya Kesultanan Langkat (Sumatera Utara) dan Siak (Riau) menggunakan Naga sebagai salah satu lambang kesultanannya. Gelang dan kalung emas yang dipakai raja, ratu dan anak-anak raja juga bergambar Naga. Terbaru, pemakaian gelang emas bergambar Naga dapat disaksikan ketika penabalan (pengangkatan) Sultan Perak, Malaysia, beberapa waktu yang lalu.

Berbeda dengan Garuda, akhir-akhir ini pemakaian simbol-simbol Naga sudah berkurang di berbagai tempat, kecuali pada suku-suku dan agama tertentu seperti suku Tionghoa yang beragama Budha. Hal ini antara lain mungkin disebabkan Naga itu tak pernah dijumpai di alam nyata, sejak dahulu sampai sekarang. Sepanjang yang kita dengar, Naga hanya dalam legenda, mitas. Sebaliknya Garuda nyata-nyata ada. Walaupun dalam berbagai cerita Garuda itu tidak pernah disamakan dengan Elang atau Rajawali. Tetapi sudah menjadi semacam kesepakatan umum Garuda itu sama dengan dengan Elang atau Rajawali. Untuk untuk kepentingan tulisan ini Elang atau Rajawali disebut Garuda.

Sang Garuda yang Terancam Punah
Populasi Garuda semakin berkurang karena habibatnya rusak, menyusut dan sumber makanannya berkurang, termasuk pencemaran lingkungan.
Sekarang Garuda hanya sesekali saja menampakkan dirinya, hanya dapat di jumpai tempat-tempat tertentu saja, di mana terdapat sumber makanan yang memadai dan lingkungan yang bersahabat dengannya.
Akankah ke depan Garuda akan menjadi legenda abadi seperti Naga? Entahlah....

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun