Sekali turun akan menimbulkan bencana karena akan menelan manusia dan hewan-ternak.
Kalau turun ke dunia dia akan membesarkan dirinya. Saking besarnya dunia akan menjadi gelap karena sayapnya menutup cahaya Matahari.
Tidak ada orang yang sanggup melawan Raja Garuda tersebut kecuali raja-raja sakti saja. Jadi tidak semua raja.
Terjadi pertempuran yang maha dahsyat. Pertempuran itu terjadi di atas langit, di negeri Raja Garuda tersebut. Singkat cerita Raja Garuda dapat dikalahkan. Tetapi tidak dibunuhnya.
Raja Garuda heran, insyap akan kesalahannya, rupanya di atas langit masih ada langit.
Mereka akhirnya bersaudara akuan, mengaku seperti bersaudara kandung. Saudara sehidup-semati. Akan saling jaga-menjaga, tolong-menolong. Sejak saat itu burung garuda tak pernah diganggu apalagi di bunuh.
Dalam upacara pengobatan tradisional yang terkenal dalam masyarakat Suku Pelatangan, Tegak Bedian, dibuat burung-burungan Garuda dari daun kepala. Mereka percaya dengan cara itu Raja Garuda akan datang membantu.
Antara Naga dan Garuda
Setelah Garuda, hewan lainnya yang mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia adalah Naga. Sedemikian istimewanya Kesultanan Langkat (Sumatera Utara) dan Siak (Riau) menggunakan Naga sebagai salah satu lambang kesultanannya. Gelang dan kalung emas yang dipakai raja, ratu dan anak-anak raja juga bergambar Naga. Terbaru, pemakaian gelang emas bergambar Naga dapat disaksikan ketika penabalan (pengangkatan) Sultan Perak, Malaysia, beberapa waktu yang lalu.
Berbeda dengan Garuda, akhir-akhir ini pemakaian simbol-simbol Naga sudah berkurang di berbagai tempat, kecuali pada suku-suku dan agama tertentu seperti suku Tionghoa yang beragama Budha. Hal ini antara lain mungkin disebabkan Naga itu tak pernah dijumpai di alam nyata, sejak dahulu sampai sekarang. Sepanjang yang kita dengar, Naga hanya dalam legenda, mitas. Sebaliknya Garuda nyata-nyata ada. Walaupun dalam berbagai cerita Garuda itu tidak pernah disamakan dengan Elang atau Rajawali. Tetapi sudah menjadi semacam kesepakatan umum Garuda itu sama dengan dengan Elang atau Rajawali. Untuk untuk kepentingan tulisan ini Elang atau Rajawali disebut Garuda.
Sang Garuda yang Terancam Punah
Populasi Garuda semakin berkurang karena habibatnya rusak, menyusut dan sumber makanannya berkurang, termasuk pencemaran lingkungan.
Sekarang Garuda hanya sesekali saja menampakkan dirinya, hanya dapat di jumpai tempat-tempat tertentu saja, di mana terdapat sumber makanan yang memadai dan lingkungan yang bersahabat dengannya.
Akankah ke depan Garuda akan menjadi legenda abadi seperti Naga? Entahlah....
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H