Saya lahir pada bulan Januari. Tepat tanggal tujuh setelah puluhan  tahun silam. Ya, tahun-tahun usang yang telah berlalu, lalu hilang begitu saja bagai asap sebuah perapian. Membubung ke udara, kadang tipis, kadang tebal, lalu hilang di awang-awang, menyatu dengan bumantara.
Saya memang tidak pernah peduli dengan perayaan hari ulang tahun atau yang sejenisnya, tapi setidaknya saya selalu ingat, bahwa bulan Januari adalah salah satu moment penting dimana keberadaan saya di dunia ini mulai diperhitungkan. Walaupun bukan pejabat, umara, ulama atau para tokoh cerdik cendikiawan yang memandang, setidaknya kedua orang tua yang mengukir jiwa raga saya, memikirkan bagaimana kehidupan saya, bahkan harus berdarah-darah dalam rangka memperhitungkan keberadaan saya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berwasiat kepada para pengikutnya, bahwa barang siapa yang hari-harinya sekarang lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Dan barang siapa yang hari-harinya sekarang sama dengan kemarin, maka dia adalah termasuk orang yang merugi. Kemudian jika ada seseorang yang hari-harinya sekarang lebih jelek dari kemarin, Rasulullah shallallahu alaihi wasalllam memasukkanya ke dalam golongan orang terlaknat.
Konon, seorang perdana menteri Britania Raya. Winston Churchill. Ia adalah seorang politikus, juga pemimpin militer. Ia pernah berjaya bersama pasukannya dalam hiruk pikuk perang dunia kedua. Ia berkata : "Semakin jauh engkau melihat ke belakang, maka akan semakin luas pandanganmu ke depan".
Siapapun dia, figur ketokohannya layak mendapatkan apresiasi. Bagaimana ia mengembangkan pola pikir kontemplasi yang kemudian menjadi acuan perubahan di masa depan. Ia bergerak dan selalu berintrospeksi, lalu memilah dan memilih sisi kebaikan masa lalu dan menjadikannya sebagai tumpukan sisi-sisi tembok kebaikan yang dibangun untuk meraih kejayaan di masa depan.
Sebuah momentum kesedihan menjadi awal tulisan ini. Pada sabtu sore, 26 November 2022. Telah wafat seorang ayah yang paling saya cintai. Sebuah musibah yang menjadi titik awal refleksiku 2022 dan resolusiku 2023. Allah Azza wa Jalla lebih sayang kepada beliau. Sejak itu, beliau tidak dapat lagi bercerita panjang untuk sebuah petuah atau wejangan sebagaimana hari-hari yang kami lewati bersama.
Doa-doa terbaik saya pohonkan kepada Allah Azza wa Jalla untuk kesejahteraan beliau. Agar senantiasa mulia dan bahagia di alam surgawi. Di tempatkan di sebaik-baik maqam di sisi-Nya. Diakui sebagai umat nabi akhir zaman. Sang penghulu yang diutus dengan segala rahmat dan kasih sayang. Aamiin... Ya rabbal Alamiin.
Pergantian waktu adalah sunnatullah. Konsepnya tertuang dalam firman (QS.3: 40) Allah Azza wa Jalla yang Maha mengatur segalanya. Menciptakan putaran waktu demi waktu, hari ke hari, pekan demi pekan, bulan berganti bulan dan tahun demi tahun. Semuanya itu memiliki makna filsosifi dahsyat. Bahwa dalam proses pergantian waktu terdapat pembagian giliran keadaan kehidupan sebagaimana sering dikatakan oleh banyak orang bahwa roda kehidupan itu berputar.
Tidak banyak yang dapat saya bingkai dalam suguhan tulisan ini. Hanya sedikit tentang CITA, RASA, CINTA, ASA, CIPTA dan KARSA. Pertama. Cita-cita utama adalah ridho Allah. Berharap selalu diliputi kasih sayang Allah Ar-Rahman Ar-Rahim. Sang pemilik seluruh cinta kasih, yang mencurahkan kasih tak pilih kasih. Yang Maha Bijaksana, Dzat Pencipta kehidupan dan kematian yang diciptakan sebagai bentuk ujian kenaikan derajat bagi insan yang beriman. Kasih-Nya yang tak lekang oleh waktu, Sayang-Nya yang tak tersekat oleh ruang.
Maka dalam setiap hembusan nafas ini, di setiap detak jantung ini, hamba memohon hanya ke haribaan-Nya subhanahu wa ta'ala, agar Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya, baik dalam bentuk "syurga" di dunia, maupun syurga yang sebenarnya, di keabadian hidup setelah kehidupan yang fana ini. Hamba memohon agar hidup ini senantiasa dalam celupan-celupannya-Nya. Hamba menghiba agar  cita-cita setelah ridho-Nya adalah penghambaan. Apapun yang sedang dan akan saya kerjakan adalah merupakan bentuk perwujudan dari manifestasi cinta kasih Azza wa Jalla.
Cita berikutnya adalah tentang rasa. Tumpuan awal dari seluruh keindahan di dunia ini adalah rasa. Seindah apapun untaian ratna mutu manikam, jika rasa tak menghendaki maka ia tidak akan bertengger di kepala menjadi sanggul di rambut sang pengantin. Begitu juga dengan daging kambing misalnya. Sehandal apapun sang koki meracik bumbu untuk menghidangkan daging kambing dengan tampilan tekstur dan kelezatan yang istimewa, jika lidah dan mulut tidak berkenan mencicipi, maka boleh jadi daging kambing itu tidak akan dimakan juga.