Mohon tunggu...
Rosiana Febriyanti
Rosiana Febriyanti Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dan guru

Senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berbekal Niat dan Nekat, Ibu Ini Berhasil Mendirikan Sekolah

26 Januari 2020   09:37 Diperbarui: 26 Januari 2020   10:11 3410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi Bu Betti

Untuk menyemangati anak-anak, saya sering mengadakan lomba di mal-mal. Pihak mal senang karena dengan lomba dapat menarik banyak pengunjung. Beliau juga untung karena fasilitas disediakan oleh mereka, bahkan hadiah pun mereka fasilitasi.

Dari 24 cabang itu , ada 1 cabang yang ingin bekerja sama dengan beliau untuk membuat TK. Awalnya, beliau menolak karena ketidaktersediaan modal. Namun kemudian, beliau menyanggupi hanya untuk membuatkan buku untuk anak saja.

Ternyata tidak sampai di situ, karena dalam membuat TK itu harus ada yayasan yang menaunginya. Pihak TK belum punya. Akhirnya, beliau meminjamkan yayasan termasuk dana mengontrak rumah untuk TK itu.

Sejak itu kebutuhan meningkat, TK perlu peralatan, bangku, kursi, mainan, dll . Akhirnya, beliau berkecimpung menjalin kerjasama dengan teman beliau itu.

Mulai Maret 2003 beliau mendirikan TPQ. Waktu mulai berdiri sudah ada murid berjumlah 28 anak. Setelah Juli beliau mulai dengan TK dan memiliki 33 murid.

Karena TK masih mengontrak, jadi si empunya rumah masih punya kekuasaan. Halamannya dilubangi dan dibuat kolam, tetapi sampai kontrakan berakhir tidak pernah berisi air dan ikan, hanya lobang saja.

Baru berjalan bulan ketiga TK, tepatnya bulan September 2003, teman beliau mundur karena mengaku rugi, tidak ada untungnya. Akan tetapi, karena masih dalam naungan yayasannya tidak mungkin menutup sekolah seenaknya. Maka, beliau meneruskannya, sedangkan urusan kedinasan dilakukan bersamaan dengan program KBM berjalan, karena terkait harus ada data murid dan sebagainya. Jika tidak ada kelengkapan datanya sekolah akan dianggap fiktif.

Untuk urusan tersebut beliau memerlukan izin RT, RW, dan tanda tangan warga yang tidak keberatan sekolah didirikan di antara mereka. Tanda tangan warga waktu itu 50 tanda tangan, kalau sekarang memerlukan 100 tanda tangan.

Masalah muncul ketika kontrak sampai habis, bulan Februari, sedangkan tahun ajaran kan berakhir Juni. Beluau bingung harus ke mana. Namun, beliau yakin kalau urusan baik, Allah selalu memberi jalan. Lalu ada yang memberitahunya bahwa ada yang menjual rumah di dekat lokasi awal, rumah overkredit. Waktu itu dibeli seharga 23 juta. Karena ketidaktersediaan dana, beliau membayarnya dengan cek agar uangnya bisa di tempo. Beruntung beliau masih punya tagihan karena sebelumnya saya punya usaha servis pasang dan perawatan AC. Langganan beliau kebanyakan berasal dari pabrik.

Akhirnya, sekolah bisa dipindah ke lokasi baru yang sampai sekarang masih dipakai. Di sebelah rumah itu ada tanah kosong, milik developer, jadi usaha bisa diperlebar ke sebelahnya.

Kalau ditanya dari mana uangnya, beliau juga bingung, mungkin karena beliau masih berjualan buku sehingga ada pemasukan sedikit. Orang tua juga meminjami uang, walau akhirnya dikembalikan lagi. Namun, orang tua beliau bangga anaknya memiliki sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun