Mohon tunggu...
Rosiana Febriyanti
Rosiana Febriyanti Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dan guru

Senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengajarkan Puisi dengan Gembira

6 November 2014   00:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:32 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi ini kupersembahkan pada mereka

yang sulit memaknai sebuah nama

yang sukar tuk memahami harapan seorang Ayahhanda

yang bingung menapaki hidup

yang jauh dari belaian kasih tangan-Nya

Subhanallah, seorang siswa kelas VIII SMP telah dapat memaknai namanya sendiri karena sadar bahwa nama adalah doa sang ayah dan kini ia tengah menapaki jalan hidupnya. Saya pikir, tidak akan menurunkan derajat seorang guru jika harus belajar dari siswanya. Belajar tentang kearifan dalam menjalani hidup ini, selain belajar tentang kesabaran dalam menghadapi kenakalan-kenakalan mereka. Dari mereka pulalah kita dapat belajar tentang metode pengajaran puisi yang bermakna.

3.Kecerdasan Gambar

Jika siswa menyukai bidang seni lukis, saya menyajikan sebuah lukisan atau foto pemandangan lalu siswa disuruh mendeskripsikannya dengan menyebutkan benda-benda yang terlihat secara rinci berdasarkan bentuk, warna, dan suasana atau kesan yang ditimbulkannya. Setelah itu siswa pun menuliskannya dalam puisi. Misalnya puisi yang ditulis oleh Fathuddin Yazid, siswa kelas VIII SMP.

Fajar yang muncul pada siang hari

Awan yang dating dari balik gunung

Terbit matahari dari arah timur

Hari ini adalah hari yang cerah

Untuk itulah burung bernyanyi

Dan terbang ke sana ke mari

Di atas langit yang sangat tinggi

Iri hati melihatnya bebas di alam luas

Namun semua itu kulewati

Jangan pula kita menyalahkan siswa jika ia menulis langit itu merah, ada lembayung di kalbunya, batu itu kotak, laut itu kuning, coklat rasa getir, dan layang-layang tidaklah trapesium. Mungkin itulah yang hendak disampaikannya, bahwa apa yang ia bayangkan atau ia harapkan tidak sama dengan kenyataan hidup yang dihadapinya.

4.Kecerdasan Gerak

Jika siswa menggilai bola, saya pun menggunakan bola sebagai media. Tiap siswa diberikan potongan-potongan puisi. Siswa dibawa ke tengah lapangan lalu berbaris. Setiap siswa yang selesai membaca potongan puisi harus menendang bola atau memasukkan bola ke ring basket. Lalu ia berlari ke belakang barisan. Hal ini terus dilakukan secara bergantian dengan siswa yang berbaris di belakang siswa tadi.

5.Kecerdasan Spasial atau Ruang

Jika siswa lebih tertarik pada ruang dan bosan pada puding (puisi dinding), saya menggunakan tali yang tidak hanya dipasang di dinding tapi juga dipasang melintang di langit-langit seperti memasang bendera kalau agustusan. Lalu siswa diperbolehkan menggantungkan atau mengelem bagian atas potongan-potongan puisi karyanya sendiri di tali tersebut. Saya serahkan urusan menghias kelas dengan beragam media kepada mereka untuk meletakkan puisi-puisi. Yang jelas mereka sangat handal dalam kreasi. Saya tinggal memantaunya saja.

6.Kecerdasan Musik

Mengajarkan puisi bisa dengan mendengarkan kaset lagu-lagu yang memiliki bunyi akhir (rima). Lalu siswa menulis dan membacakannya sebagai puisi. Hal ini bisa dimulai dengan lagu-lagu yang sedang digemari siswa. Setelah itu saya mengajak mereka menemukan majas-majas, misalnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun