Bagaikan langit di sore hari (majas perumpamaan)
Kau seperti nyanyian dalam hatiku (majas perumpamaan)
Jam dinding pun tertawa, karna kuhanya diam (majas personifikasi)
Untuk sekolah berbasis agama bisa memperdengarkan kaset atau VCD kasidah, nasyid, kaset Ebiet G.Ade, kaset Opick, atau lagu-lagu rohani lainnya.
Mengajarkan puisi tidak luput dari mengajarkan latihan mengatur pernafasan dan artikulasi yang diucapkan dengan jelas dan lantang. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak siswa ke lapangan yang luas, ke kebun, ke sawah, ke sungai atau ke pantai untuk belajar artikulasi, mengucapkan a-i-u-e-o dengan lantang. Lalu siswa mengekspresikan puisinya di sana sambil belajar memahami maknanya.
Kemudian saya memperkenalkan musikalisasi puisi, puisi yang dinyanyikan dengan iringan insrumen musik, baik yang tradisional maupun yang modern. Cara lainnya adalah menciptakan irama sendiri dari galon bekas yang dipukul, kacang hijau yang dikocok-kocok, atau gelas yang dipukul dengan sendok.
7.Kecerdasan Interpersonal
Saya mengajak mereka untuk mengenang peristiwa yang membuat mereka dekat dengan seorang sahabat, sejak mengenal, bergaul, bertengkar, berpisah, saling memaafkan, saling berbagi, dan cara mereka melepaskan ego masing-masing serta cara mempertahankan persahabatan mereka. Bisa dengan bercerita lewat lisan atau siswa langsung menuliskannya dalam bentuk puisi.
Cara lainnya adalah membuat puisi berantai yang dibuat secara kolektif dan dihias dengan media apa saja, lalu dibacakan secara bergantian. Ada larik yang dibacakan sendiri-sendiri, ada larik yang dibaca koor (bersama-sama).
8.Kecerdasan Intrapersonal
Siswa diperdengarkan musik lalu diajak mengenang peristiwa yang paling berkesan menyangkut dirinya. Kemudian ia menuliskan pokok-pokok peristiwa dalam beberapa kata. Setelah itu barulah siswa merangkainya menjadi sebuah puisi. Siswa membaca dalam hati lalu menyuntingnya, kemudian memperbaikinya dengan memilih kata-kata yang tepat untuk mewakili perasaannya.
Cara lainnya, siswa disuruh membawa album foto masa kecilnya.Lalu siswa menceritakan kenangannya yang terekam dalam foto itu. Kemudian siswa menuliskannya dalam bentuk puisi.
9.Kecerdasan Alam
Guru menyajikan isu global warming sebagai pengantarnya. Saya mengajak saiswa mengenali alam sekitarnya, misalnya ke halaman, ke lapangan bola, ke sawah, ke gunung, ke sungai atau ke pantai dan merekamnya dalam puisi mereka. Bahkan jika di hadapan mereka adalah gundukan sampah, penghuni kolong tol, kendaraan yang berasap penuh timbal, dan kuburan di samping sekolah, mereka harus menuangkan perasaannya dalam bentuk puisi dambil merenungi langkah apa yang harus mereka perbuat untuk melestarikan alam. Kegiatan ini bisa berintegrasi dengan pelajaran IPA/SAINS atau ekstrakurikuler yang mendukung tema alam.
Puisi itu ditulis dalam beragan media yang memanfaatkan benda-benda yang ada di alam. Misalnya ditulis di atas kertas daur ulang yang dapat dibuat sendiri oleh siswa, kardus bekas, stereofoam bekas box makanan, kulit kayu yang sudah mati, piring dari batok kelapa, piring melamin, atau sachet-sachet yang dijahit lalu ditulisi puisi dan dihias. Puisi yang sudah ditulis di kertas daur ulang dapat pula digulung lalu dimasukkan ke dalam botol minuman kemasan bekas yang sudah dihias. Dengan demikian, kemampuan berpuisi mereka bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dalam mengatasi sampah yang mengotori alam kita.
10.Kemampuan Spiritual
Siswa diperdengarkan kaset, VCD, DVD yang berisi kasidah, nasyid, kisah nabi, sahabat nabi, atau tokoh-tokoh Islam yang sekiranya dapat mengilhami mereka untuk menulis puisi religius. Selain itu, siswa dapat diajarkan puitisasi Al Quran, membaca terjemahan dengan irama dan intonasi yang tepat. Dengan demikian akan menggairahkan siswa untuk belajar makna AlQuran yang dibacakan seperti puisi.
Jika saya belum bisa menjadi model pembaca yang baik, saya bisa putarkan kaset atau CD yang berisi pembacaan puisi. Jika sekolah sanggup, saya ingin mengundang penyair atau mengajak para siswa ke TIM (Taman Ismail Marzuki). Bisa juga dengan mengundang rekan guru atau siswa yang berbakat untuk membaca puisi di kelas.
Namun, yang terpenting dalam pengjaran puisi adalah kemauan. Jika saya mau sedikit meluangkan waktu, tenaga dan melapangkan dada dalam menghadapi “ulah” siswa, maka saya tidak perlu lagi kesal terhadap siswa yang tidak mau ke depan kelas untuk membaca puisi. Saya pun tergerak untuk menulis puisi untuk memotivasi diri sendiri.
Ajarkan siswa menulis kebenaran dengan pena kejujuran
dan menyampaikannya dengan cara yang benar
sehingga ia dapat menemukan arah menuju kebenaran hakiki.