Mohon tunggu...
Rhyme for Rima
Rhyme for Rima Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - I Love Living Life

Im here, and alive.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Novel Inspiratif Terbaru dari Gramedia

10 Agustus 2016   14:53 Diperbarui: 11 Agustus 2016   09:19 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam saya hang out ke sebuah mall dekat rumah, sekelompok remaja, mungkin usia 15 an, sedang heboh membahas Steven William, Natasha Wilona sambil sesekali terdengar jargon sakitnya tuh di sini yang dipopulerkan oleh Cita Citata. Saya sih ngga gitu ‘ngeh sama yang mereka bahas, karena versi mas Boy saya melibatkan Didi Petet dan Onky Alexander, hehehe, beda generasi.

Ya…, buat saya, bahasan tentang Real Madrid vs Sevilla lebih nyambung untuk dilanjutkan ketimbang yang abege abege tadi hebohkan. Saya sih ng’ga nguping, tapi eh waw, kayaknya para abege tersebut punya speaker internal, suaranya kencang banget, apalagi saat mereka terbahak.

Ya….., masa remaja, sedang mereka jalani.

Hanya saja, seingat saya, di usia mereka, saya ngga kenal dengan cafe dan mall. Televisi tidak menayangkan info terkini dari Bella Shofie dan Franda. Sesekali lihat tivi, mama lagi nonton telenovela, atau papa sedang menikmati kopi melihat dunia dalam berita.

Hidup di jaman dahulu membosankan ? Tidak juga.

Salah satunya adalah tentang hobi membaca saya. Yang tumbuh dari keterbatasan yang ada. Buku buku tebal adalah bagian dari hari - hari saya. Hingga saat ini, saat saya memegang novel terbaru dari Gramedia. Lost In The Usa.

Judulnya import banget ya ? iya, latar belakangnya memang di USA sana. Tapi pengarangnya lahir di kaki Gunung Salak, Bogor Jawa Barat. Saya pikir ini hanya sekadar buku travel biasa. Syukurlah saya salah, buku novel ini ternyata memiliki muatan religi, motivasi dan inspirasi. Dan penulisannya, luar biasa.

“Hidup yang tidak pernah dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan” (Friedrich Schiller, Penyair Jerman)

Novel Lost In The USA yang merupakan novel based true story ini menggambarkan quote milik penyair Jerman di atas. Setiap lembaran novel ini memacu mata dan jari untuk tak berhenti hingga lembaran terakhir. Dan ketika sampai di penghujung novel, satu kalimat terucap

"Ini novel, kerennya kebangetan!"

Kenapa ?

Pertama, karena muatan TEKAD.

Buku ini dimulai dari sebuah tekad, niat, yang bahkan terdengar gila. Seorang anak muda, remaja, sudah memiliki tekad keluar negeri untuk memastikan masa depannya yang lebih baik. Gilanya lagi, orangtua nya, yang belum pernah ke luar negeri, tetap mendukung. Ayahnya bahkan seperti memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada anaknya untuk keliling dunia, tanpa ada kepastian yang meyakinkan. Apa ia tidak khawatir terhadap nasib anaknya? Padahal sang Abah ini penuh kasih sayang kepada anak-anaknya. Bagaimana kalau nanti anaknya…..bla bla bla… Ketakutan-ketakutan itu tidak meruntuhkan rasa percaya ayah terhadap anaknya. 

Kedua, novel ini sangat INSPIRATIF, karena mengajarkan kita untuk bisa tidak menyerah, bila terjatuh, maka bangun lagi, meski kegagalan datang silih berganti. Fathi, si aktor utama, benar-benar memegang teguh bagaimana ia yakin dan tidak putus asa mencoba sampai berhasil. Ketahanan, tahan banting, semangat belajar dan bekerja, benar-benar teruji di sini. Ini sebuah karakter yang seharusnya banyak dicontoh oleh gen Y dan Z sekarang yang rata-rata dianggap gampang menyerah ketika “disentil” sedikit oleh pihak luar.

Ketiga, kekuatan TWIST cerita yang membuat novel ini variatif dan menarik untuk segera dituntaskan hingga akhir. Ketika Anda sedang terjebak dalam satu twist cerita, jangan khawatir, ada twist yang lebih ‘edan’ lagi, yang akan mengagetkan Anda. Seperti misalnya tentang jargon hidup itu berputar, tampil dengan elegan melalui bagian ketika aktor utama bertemu seseorang di jamuan meeting. Orang ini Fahmi, Boss sebuah perusahaan yang pernah menolak Fathi untuk bekerja dengannya. Namun sekarang, Fathi malah diperlukannya,karena sudah jadi ahli mengoperasikan mesin canggih TCR15 yang baru diinstall di perusahaannya. Umumnya sebagian akan memilih untuk menolak membantu karena merasa tak dibantu saat di masa lalu. Tapi tidak dengan Fathi, novel ini mengingatkan kita untuk tetap berjiwa besar dan profesional, ini justru mampu menjadi pembuktian yang ciamik nan elegan.

Keempat, buku ini, mengingatkan saya pada kekuatan cinta ORANG TUA. Bikin kangen mama papa. Apalagi yang perantauan seperti kata teman saya yang juga turut membeli novel Lost In The USA di Gramedia. Orangtuanya di Sumatera, sementara ia bekerja di Jawa, maka membaca buku ini membuatnya langsung menelpon orangtua, berjanji untuk pulang Ramadhan ini. Iya, buku novel ini sarat akan nilai cinta keluarga. Tentang bagaimana kangennya aktor utama kepada orangtuanya saat-saat dia menelpon, lalu bagaimana si aktor utama melayani orangtuanya saat mereka datang mengunjunginya di amerika  dan diberikan fasilitas terbaik, tanpa tedeng aling-aling memikirkan harga yang harus dibayar. Itu something yang ngena banget. Mumpung masih punya orangtua, mendorong saya untuk menerapkan ilmu yang diberikan oleh penulis dalam hal bagaimana cara melayani orangtua kita selagi mereka masih hidup. Penulis berhasil mengajarkan kita cara birrul walidain, tanpa menggurui.

Kelima, buku ini MENEGUR, ada beberapa kali jeda dalam diam, menghela nafas panjang, merenungkan paragraf per-paragraf, dan merasakan bahwa kalimat yang barusan Anda baca adalah quote yang sangat powerful, tajam, reflektif dan menggerakkan. Anda akan diajak menjalani PIT STOP lewat quote inspiratif dalam novel Lost in The USA.

Keenam, saya seperti tidak membaca buku, namun sedang mendengar teman baru saya BERCERITA. Seperti terbawa dalam ceritanya. Penggambaran detail dan kisah suka duka nya melibatkan emosi dan pikiran.

Bahkan seseorang bernama Adlil Umarat menulis dalam blog nya

" Saya ingin menegaskan bahwa dari pengalaman saya sebagai Program TV Analyst di stasiun tv swasta selama 7 tahun 8 bulan–dimana tugas saya salah satunya adalah menjadi reviewer terhadap film yang akan dibeli—maka saya harus katakan bahwa sesungguhnya ketika saya membaca novel Lost in The USA, saya sebenarnya tidak sedang membaca sebuah novel, tapi saya seperti sedang menonton film. Pikiran saya menerawang dengan sendirinya. Ceritanya hidup. Twistnya menarik. Temanya kuat. Pesan moral tumpah ruah tersebar dimana-mana. Novel ini sangat menggerakkan. Saran saya, sebaiknya semua Production House di Indonesia siap-siap antri untuk membeli lisensi dan tanda tangan penulis novel ini. Novel yang sangat Filmable banget alias layak difilmkan.

Sekali lagi saya tegaskan perasaan saya ketika membaca novel ini, “Ini film, bukan buku. Ya film Lost in The USA”. Selamat hunting bukunya kawan! Manfaatkan momentum ramadan ini untuk berubah. Salah satunya berubah lewat pemicu yang tepat: membaca buku Lost in The USA."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun