Merah, kuning, hijau di langit yang biru wajah saya. Senjata makan tuan, kena batunya! Saya lihat wajah anak-anak, wajahnya penuh dengan bunga. Ada yang putih dan ada yang merah! Ha...ha...ha...seperti lagu anak-anak, ya! Ya, mereka benar-benar puas bisa membalikkan kata-kata saya. Karena saya telah menyalahi kodrat saya sebagai guru bahasa Indonesia dan melanggar kesepakatan bersama di kelas bahasa Indonesia, saya harus sportif minta maaf, tetapi tentu saya menjelaskan alasan saya melakukan itu.
Semua pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia. Saya bayangkan, kalau si anak ini kesulitan berbahasa Indonesia, bagaimana pemahaman dan hasil belajarnya? Teks berita, buku paket, referensi, cerita, novel, lingkungannya, semua berbahasa Indonesia. Saya, guru-guru, dan teman-temannya yang terus-menerus berbahasa Inggris bersamanya atau ia yang harus beradaptasi sehari-hari berbahasa Indonesia di negara Indonesia terutama di kelas bahasa Indonesia?
Setelah dua bulan, saya bisa sedikit bernapas lega. Ia bisa mengikuti ulangan harian teori bahasa Indonesia dan mengisi dengan jawaban bahasa Indonesia yang tepat dan hasil yang cukup memuaskan. Begitu juga dengan ujian harian praktik, saya berikan poin maksimal untuknya, sama dengan empat orang temannya dan itu layak ia dapatkan. Teman-teman di kelas tak percaya ia mendapatkan poin tertinggi. Saya menjelaskan, bahwa ia pantas mendapatkannya. Ia mampu mengomentari secara lisan kutipan novel yang dibacanya dengan tepat dan alasan yang logis disertai tata bahasa Indonesia yang baik, vokal yang jelas, dan gestur yang tepat. Ia pun mempraktikan kembali komentarnya sama persis saat ia berhadapan dengan saya. Barulah teman-temannya percaya. Senyum sumringah terukir di wajahnya. "Yes!" Teriaknya.
Sudah lewat dua bulan, alhamdulillaah ia sudah bisa menyesuaikan diri dengan bahasa Indonesia terutama di kelas. Di luar kelas, kadang-kadang ia masih berbahasa Inggris dengan teman-teman dan guru-gurunya. Bagi kami, biarkanlah itu ia lakukan. Dampak positifnya, nuansa pembiasaan percakapan bahasa Inggris di sekolah jadi lebih hidup dan kemampuan bahasa Inggrisnya tetap terjaga. Biarkan waktu yang berbicara ia lancar berbahasa Indonesia lagi seperti sebelum ia menjelajah ke Australia. Tetapi, kami berharap, ia bisa menempatkan diri kapan harus berbahasa Indonesia dengan baik dan kapan pula harus berbahasa Inggris dengan baik.
Masih terngiang di telinga saya, "Maaf, ini kelas bahasa Indonesia! Tolong berbahasa Indonesia!"
Saya tersenyum sendiri bila mengingatnya. :-)
Tangsel, 13314
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H