Memang, sepertinya kaku dan kadang mereka tertawa sendiri dengan pembicaraan mereka. Tetapi ini butuh pembiasaan sampai mereka merasakan bahwa berbahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi kebutuhan mereka dan bermanfaat bagi kehidupan sosial mereka. Selain itu, supaya kecintaan mereka terhadap bahasa Indonesia makin melekat. Siapa lagi yang akan melestarikan bahasa Indonesian kalau bukan rakyatnya sendiri? Saya biarkan juga, saat mereka meralat sendiri obrolan di antara mereka. Biarkan mereka belajar menata kata dan merangkai kalimat berusaha melestarikan bahasa Indonesia dengan sehari-hari menggunakannya. Kadang mereka tertawa sendiri,"Seperti telenovela dan film-film dubbing, ya...Bu!" Biasanya saya menjawab, "Jangan mau kalah sama Naruto dan Sinchan, walau mereka orang Jepang, tetapi mereka pintar berbahasa Indonesia!" He...he...
Saat siswa di kelas sebelumnya menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul, masuk ke kelas bahasa Indonesia kadang terbawa. Ketua kelas menyiapkan pembelajaran, "Extention, please! Ready! Great to our teacher!" Saya segera menegurnya, "Maaf, ini kelas bahasa Indonesia! Tolong berbahasa Indonesia!" Begitu juga saat anak mulai menggunakan bahasa daerah atau bahasa gaul, sambil menunjuk tulisan "Mari Berbahasa Indonesia Yang Baik dan Benar", saya refleks menegur, "Maaf, ini kelas bahasa Indonesia! Tolong berbahasa Indonesia!" Hal ini menular pada anak-anak. Saat ada anak yang lupa, kadang spontan serempak mereka berteriak, "Maaf, ini kelas bahasa Indonesia! Tolong berbahasa Indonesia!"
Pun saat mereka meminta izin menggunakan bahasa gaul membuat cerita, naskah drama, atau dialog. Saya persilakan, selama memang itu sesuai dengan kenyataan sehari-hari. Contohnya dialog antar preman.Tidak mungkin preman menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Paling tidak pengantar dalam cerita tetap menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah.
Lalu, apa hubungannya dengan anak baru yang datang dari Australia itu? Nah ini dia masalahnya. Anak baru itu, sulit berbahasa Indonesia dan sering berbahasa Inggris. Kalau ia berbahasa Indonesia, terdengar dialeknya seperti Cinta Laura. Masih jauh fasih Si Jono, komedian yang bule itu dibandingkan anak baru ini. Ia lebih nyaman berbahasa Inggris dibandingkan berbahasa Indonesia. Ia mengakui bahwa kagok berbahasa Indonesia dan sulit mencari padanan bahasa Indonesia. Jadi, dengan teman-temannya pun ia berbahasa Inggris. Bagi teman-temannya, ini kesempatan untuk membiasakan diri berbahasa Inggris.
Di kelas, ia berbicara dengan bahasa Inggris. Di kelas matematika, IPS, fisika, dan kelas lainnya, bahasa Inggris jadi pengantarnya. Wah, apalagi di kelas bahasa Inggris. Ia tampak terdiam dan lama berpikir saat lawan bicaranya menggunakan bahasa Indonesia. Guru-guru jadi ikutan-ikutan berdialog dengan bahasa Inggris. Lebih sering dari biasanya. Ada pengaruh positifnya juga baik ke murid maupun ke gurunya.
Bagaimana saat di kelas bahasa Indonesia? Wah, saya dibuat pusing. Awalnya satu keliling, lama-lama bertambah jadi tujuh keliling, tambah hari tambah seribu keliling, he...he... Saat saya menjelaskan dengan bahasa Indonesia, ia tampak bingung tidak paham walau ia bilang, "ya...ya...ya..."
Belajar poster dan slogan, ia bingung cara membuat slogan dan selau bertanya dengan bahasa Inggris. Terpaksa saya menjelaskan dengan bahasa Inggris ala kadarnya. Meskipun dulu saya pernah mengajar bahasa Inggris di kelas rendah SD, namun kemampuan bahasa Inggris saya di bawah rata-rata. Apalagi saya tidak terlalu sering mengasah diri menggunakannya. Alasan klise, ingin seperti Pak Soeharto, Presiden kedua Indonesia itu, yang sangat menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Di manapun berada, beliau tetap berbahasa Indonesia. Merdeka! Padahal sih aslinya, saya yang tidak fasih berbahasa Inggris.
Anak ini lebih bingung lagi saat kegiatan mendengarkan dan menganalisis berita. Dua video berita ditayangkan, dibandingkan, dianalisis pokok-pokok berita, persamaan isi, dan perbedaan penyajiannya. Saya jadi spontan menjelaskan dengan berbahasa Indonesia disertai bahasa Inggris di depan kelas. Pun saat mengerjakan tugas menganalisis kliping berita yang dibawanya dan ia tidak paham lalu bertanya dengan bahasa Inggris. Saya spontan menjawab dengan bahasa Inggris, kadang campur dengan bahasa Indonesia. Reaksi anak-anak satu kelas? Satu per satu angkat tangan, "Maaf Bu, ini kelas bahasa Indonesia! Tolong berbahasa Indonesia!"
"Ibu didenda lima ribu. Sudah lebih tiga kali berbahasa asing."
"Lihat tulisan itu, mari berbahasa Indonesia yang baik dan benar!"
Sekali lagi anak-anak serempak bersuara, "Maaf Bu, ini kelas bahasa Indonesia! Tolong berbahasa Indonesia!"