Mohon tunggu...
Rahmad Nuthihar
Rahmad Nuthihar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ada untuk belajar, menghargai hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Broken Hearted Diaries : Lara Cintaku yang Lalu

11 Juni 2011   13:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melangkah diam-diam keluar ruangan, sebatang rokok kuhisap dalam kemudian aku berpikir aku pulang saja, aku kembali masuk ke dalam dan ku pinjam kunci mobil temanku. Sesegera mungkin aku melaju cepat sampai ke rumah. Segera mungkin aku berlari masuk ke kamar, istriku menatap heran padaku. “Ada yang ketingglan ya mas?”,tanyanya. “iya nih, ada yang mesti diambil” jawabku sekenanya. Aku mengambil sesuatu di laci meja kerjaku di antara buku-buku, kemudian menyelipkan sepucuk surat di dalamnya tanpa terlihat oleh istriku. kemudian segera kembali ke tempat pesta dan kemudian berbaur di sana.

Kubuang jauh-jauh segala perasaan aneh dengan menyantapi makanan yang telah dihidangkan dihadapan kami, aku tak memperdulikan siapa Lara di masa laluku yang jelas kini dia telah menjadi istri sah seorang lelaki. Pandanganku tak pernah kuarahkan padanya, sesekali aku berusaha mengajak ngobrol rekan kerjaku untuk mencairkan deg-degan di hatiku, juga terus berusaha menghindari tatapan langsung dari arahnya.

“Ta kata allah, patah – patah kata jibrail, barang siapa khilat khianat kepada ku, selamanya tidak masuk padaku”.

Kubacakan mantra tersebut untuk mengusir sejuta kenangan masa laluku yang terbayang di saat aku harus berhadapan dengannya. Beserta rombongan, seusai makan kami kini berbaris hendak bersalaman dengan para pengantin dan keluarganya. Aku sengaja memposisikan diriku pada barisan paling belakang di antara beberapa rekan kerjaku.

Tak terasa kini giliran aku untuk bersalaman dengan pasangan pengantin baru itu. Aku mengeluarkan kado kecil yang tadi kuambil ke rumah, kupegang erat dengan tangan kiriku. Kusalami satu-satu keluarga mereka, sampai ke pengantin pria kemudian sampai pada pengantin wanitanya, Lara. Hal yang terasa amat berat kulakukan tentunya, menatapnya dan kukatakan selamat. Tanganku mendadak dingin, pasti Lara bisa merasakannya. Senyum yang kupaksakan tersungging untuknya, sementara hatiku merasakan satu kehancuran yang menyakitkan.

“ Selamat Lara, kau telah menemukan pasangan hidupmu” suaraku terasa bergetar, mengucapkannya.

“ Makasih, ini kamu mas rendy kan

?, kemana kamu selama ini”?, tanya Lara dengan binar mata yang sulit diartikan..tetap saja mata yang indah.

“ Tolong kado ini kamu simpan ya, jangan sampai ada yang tahu tentang kado special ini ya Lara..”

Selesai mengucapkan beberapa kata, aku langsung bergegas meninggalkannya, tanpa kutoleh lagi…air mataku hampir saja menetes namun sesegera mungkin aku usap dengan tangan kiriku. Tangan kananku masih terasa hangat setelah menempel dengan tangan Lara. Sepanjang jalan pulang, aku memikirkannya…entah apakah ia suka apa tidak kado yang kuberikan itu. Dalam kado itu kusertakan sepucuk surat yang buru-buru kutulis tadi pagi. Demikian bunyi surat itu:

”Selamat lara kau telah menemukan pasangan hidupmu, aku turut berbahagia”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun