2.1.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Rani Rasyida
Calon Guru Penggerak Angkatan 9
SMKN 1 Katapang Kab. Bandung
Pembelajaran berdeferensiasi merupakan metode pengajaran yang bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda. Pembelajaran berdeferensiasi memberikan ruang yang sama bagi murid untuk menumbuhkembangkan minat dan bakatnya saat belajar didalam kelas. Pembelajran berdeferensiasi adalah bentuk keadilan dalam memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam. Oleh karena itu guru harus memahami karakteristik, minat dan bakat setiap murid-muridnya. Hal ini penting untuk menentukan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap murid.
A. Bagaimana pembelajaran berdeferensiasi dapat di implementasikan di dalam kelas?
Pertanyaan ini harus difahami mulai dari bahwa seorang guru harus mampu memberikan keadilan dalam memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam. Adil disini bukan berarti pembagian sama rata, keadilan yang dimaksud disini adalah guru berusaha memastikan semua murid mendapatkan apa yang dia butuhkan dalam menumbuhkan kembangkan minat dan bakatnya, dan tetunya saja hal itu akan menjadikan porsi yang berbeda-beda untuk semua murid. Guru harus melakukan assessment awal terkait minat dan bakat siswa dengan mengidentifikasi karakteristik murid ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk proses pembelajaran berdiferensiasi selanjutnya.
Setidaknya ada 3 aspek yang harus di identifikasi oleh seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran, yaitu :
1. Kesiapan Belajar Murid (Readiness)
Kesiapan belajar (readiness) adalah kondisi dimana murid memiliki kapasitas dan kemampuan untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru dari seorang murid. Kapasitas dan kemampuan murid dalam mempelajari sebuah materi pembelajaran berbeda-beda. Ada murid yang suka pembelajarannya dari abstrak ke konkrit atau sebaliknya. Ada juga murid yang senang materi pembelajarannya disampaikan dari sederhana ke kompleks tetapi ada juga yang sebaliknya. Seorang guru bisa menyiapakan pembelajaran dengan dinamika kesiapan belajar murid yang sangat beragam.
2. Minat Murid
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif:
- Minat sebagai kondisional /situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual
- Minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.
Ada Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seoarang guru untuk menarik minat belajar muridnya:
- menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb);
- menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid;
- mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
- menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning)
3. Profil Belajar Murid
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. Pengaruh Budaya atau kebiasaan murid santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
- visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dsb);
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dsb).
Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences)
Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodilykinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic matematika. Berikutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah membuat perencanaan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek di atas. Jika semuanya dijalankan dengan benar, maka pembelajaran berdeferensiasi akan bisa diimplementasikan di dalam kelas.
B. Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada murid, dimana guru memperhatikan kebutuhan belajar murid. Kunci keberhasilan pembelajaran berdeferensiasi ada pada seoarang guru. Guru harus dapat menggali data kebutuhan murid dan kemudian memetakannya dengan benar agar bisa membuat perencanaan pembelajaran yang bisa mengakomodasi beragam kebutuhan murid. Guru harus bisa mengidentifikasi karakteristik murid, baik minat, bakat mapun kebutuhan belajar murid. Jika hal itu dilakukan dengan benar dan penuh kesungguhan maka pembelajaran berdeferensiasi akan mampu membantu murid dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya. Membuat catatan tentang profil murid juga akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya. Misalnya dengan melakukan asesmen di awal pembelajaran, baik asesmen kognitif maupun asesmen non kognitif.
Pelaksanaan asesmen awal di gunakan sebagai langkah awal dalam menentukan metode dan sumber belajara yang berdiferensiasi. Guru harus bisa memetakan karakteristik siswa sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga proses pembelajaran bisa menjangkau semua kebutuhan belajar siswa.
C. Bagaimana keterkaitan antara materi dalam modul 2.1 Pembelajaran berdeferensiasi dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak?
Pembelajaran berdeferensai pada modul 2.1 sangat terkait dengan modul-modul lainnya pada pendidikan guru penggerak, diantaranya:
- Pada modul 1.1 filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara dimana pendidikan harus menyesuaikan dengan kodrat alam yaitu kondisi murid sejak lahir yang dipengaruhi kultur budaya, lingkungan tempat murid berada dan kodrat zaman yaitu perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu.
- Pada modul 1.2 Nilai-nilai dan peran guru penggerak, salah satu dari nilai-nilai guru penggerak yang harus dimiliki adalah berpihak kepada murid yang artinya harus bisa memenuhi kebuatuhan belajar murid, selain itu peran guru penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang artinya harus mampu mengatur dan merencanakan pembelajaran dengan baik dan mampu mewujudkan kepemimpinan murid.
- Pada modul 1.3 Visi guru penggerak, salah satu visi guru penggerak adalah guru harus mampu menggerakan perubahan di sekolahnya masing-masing terutama terkait dengan pembelajan yang berpihak kepada murid. Dan hal ini harus cepat di implementasikan, karena banyak pembelajaran yang tidak memperhatikan karakteristik dan kebutuhan belajar murid. Dan tugas guru penggeraklah yang harus mengajak dan berkolaborasi dengan guru lain untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi ini
- Pada modul 1.4 budaya positif salah satu poin penting yang berkaitan dengan modul 2.1 pembelajaran berdeferensiasi adalah guru harus berperan sebagai manajer dan pemimpin pembeajaran yang dapat menyelesaikan permasalah murid dengan menggunakan metode restitusi, dalam metode restitusi setiap murid harus diperhatikan kebutuhan dasarnya, karena biasanya kasus atau permasalahan murid dilandasi oleh salah satu dari kebutuhan dasarnya yang tidak terpenuhi, dan bisa saja salah satunya adalah kebutuhan belajarnya yang tidak terpenuhi.
Materi dari modul 1.1 sampai modul 2.1 memiliki keterkaitan dengan peranan sebagai guru penggerak. Keruntutan materi yang dipelajari memungkinkan guru untuk menerapkannya secara bertahap. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan segala sumber daya / potensi yang ada dalam diri murid. Hal ini berkaitan dengan karakteristik/profil murid dan kebutuhan murid dalam pembelajaran
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI