Mohon tunggu...
Dini Wikartaatmadja
Dini Wikartaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

Pustakawan, Penulis, Violist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pasangan yang Mulia di Bulan Mulia

14 Juli 2015   20:08 Diperbarui: 14 Juli 2015   20:19 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari tiga jam bersama Pak Syaiful dan Bu Yeti, saya pun mengalami pengalaman yang menarik sekaligus lucu. Saat di mana saya sedang makan jamuan pempek lalu terbanglah dengan santainya ayam kate yang dipanggil si hitam berkali-kali di samping saya, sambil diikuti entok yang berkali-kali mencoba mematok kaki saya. Akhirnya saya pun meminta ijin untuk menaikkan kaki saya dan duduk bersila agar entok tersebut tidak jahil lagi. Makan pempek dengan atmosfer peternakan yang kental memang punya sensasi tersendiri. Entah karena pempeknya yang enak atau saya yang lapar, acara makan-makan pun dinikmati dengan lahap. Tentunya tidak peduli dengan ayam terbang, entok yang mondar-mandir juga kucing yang bersantai di atas sepatu putih pemberian Eyang Murtini. Suara-suara jangkrik juga ikut menemani perbincangan kami dalam rumah yang sederhana dan mulia tersebut.

Pak Syaiful dan Bu Yeti adalah sosok nyata dari pasangan hebat yang sederhana disertai asam garam kehidupan yang teruji juga hati yang begitu pemurah. Walaupun mereka kini bukan dari keluarga yang serba ada dan bahkan jauh dari kata mewah tapi kehidupan mereka kini yang menyatu dengan alam rupanya benar-benar mengajarkan pasangan ini tentang konsep kemuliaan dunia yang tidaklah kekal.

Memang begitu adanya bukan, bahwa kemulian dunia akan pudar seiring dengan waktu karena itu tak bisa dijadikan ukuran atas kehidupan juga keberhasilan seseorang. Berapa banyak keluarga dengan kelapangan rezeki yang hidup dengan hati yang sempit. Pelit memberikan amal juga berzakat. Perhitungan dalam memberi dan kalaupun memberi ingin dipublikasi dan haus akan pujian.

Seperti perkataan Albert Einstein, ”Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri.”

Hari ini, di malam 27 Ramadhan, saya pun diajarkan oleh Allah melalui pasangan hebat ini tentang betapa harus menjadi orang yang pandai bersyukur, murah hati dalam memberi dan menjalani semua ketetapan Allah atas kita. “Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Dengan mengucap Segala Puji Bagi Allah Tuhan semesta alam, saya memenuhi hati dan jiwa saya dengan rasa syukur yang tak terhingga. Betapa sampai detik ini, saya selalu dikelilingi orang-orang yang baik, bijaksana dan selalu menunjukkan saya pada jalan-jalan kebaikan. Wallahu’alam bishawab.

#Ayo Berzakat,Banyaklah Bersedekah—Ambil berkahnya,

With love,

 

DW

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun