Mohon tunggu...
Dini Wikartaatmadja
Dini Wikartaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

Pustakawan, Penulis, Violist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan

21 Juli 2014   14:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:43 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesekali Eyang akan bertanya , “kamu teman baiknya dia?seraya menunjuk Eyang Murtini. “Aku mengangguk dalam sambil mengiyakan. “Dia memang baik..lanjut Eyang  sambil melirik ke Eyang Murtini dan aku pun mengamininya. Eyang Murtini yang mendengar hanya senyum-senyum saja.

Siang itu, aku pun mendengar kabar dari bu Yati melalui komentar beliau di FB-nya. “Dini sudah tahu ayah pak Putu meninggal dunia kemarin pagi”, tulis bu Yati.

Seketika itu aku pun langsung menghubungi bu Ratih. Bu Ratih yang menerima kabar dariku pun kaget bukan kepalang. Beliau pun langsung meluncur ke rumah duka. Dan aku kembali berduka, dalam!

Kuputuskan untuk segera menyelesaikan urusanku di SMP dan segera pulang ke kost. Dalam perjalanan pulang yang kutempuh dengan berjalan kaki, bayangan-bayangan kebersamaan kami selalu muncul. Cerita-cerita heroik dan penuh inspirasi pun kembali berputar di otakku.

Sesampainya di kost aku pun kembali menghubungi bu Ratih, pikirku beliau pasti sudah ada di samping Eyang. Betul dugaanku, Eyang menerima teleponku dan sungguh tak bisa kubendung tangisku. Aku menangis. Sama seperti saat Kakek dan Nenekku meninggal dunia. Perih!

Eyang Murtini tegar justru beliaulah yang menenangkanku. Katanya, “Eyang Nyoman berpulang dengan damai dalam tidurnya. Doakan dia bahagia di alam sana”.

Aku yang disebrang hanya bisa mengangguk-anggukan kepala sambil sesekali menghapus air mata yang tidak mau berhenti. Karena sinyal di sini yang kurang bersahabat akhirnya kuputuskan untuk pamit segera di telepon.

Malam itu, aku renungi beberapa kejadian belakangan dalam hidupku. Minggu lalu Ratih,adikku. Kini,Eyang Nyoman. Esok aku tak tahu, entah diriku atau orang-orang yang kusayangi lainnya. Yang jelas aku belajar banyak dalam melihat kematian.

Betapa banyak hal yang kita inginkan di dunia ini tapi terkadang kita lupa ada kematian yang bisa saja merenggutnya seketika.

Akupun berdamai dengan diriku,membuat janji untuk menjadi orang yang bisa mencintai lebih banyak orang lagi. Lebih sabar dan pemaaf. Mengecilkan masalah besar dan meniadakan masalah kecil. Siapapun orang yang kukenal yang kutemui dimanapun dan kapanpun, aku tak akan malu dan sungkan lagi untuk mengatakan bahwa mereka spesial dan sangat berharga di hatiku. Sebab  sungguh kita tak akan tahu siapa yang lebih dulu diundang oleh kematian. So Be Good and Do Good!

(Saya tak pernah takut untuk mencoba hal yang baru, jika orang lain bisa mengapa saya tidak bisa?-Nyoman S. Penditt:2014)

Salam,

_DW_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun