Mohon tunggu...
Gilang Parahita
Gilang Parahita Mohon Tunggu... Dosen - Hai! Saya menulis di sini sebagai hobi. Cek karya-karya saya!

Feminis, romantis, humoris.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop, Jangan Banyak Mengkritik Pasangan!

25 April 2014   03:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasangan yang suka mengkritik itu mengindikasikan hal ini:

1) Selalu melihat gelas sebagai setengah kosong

Pasangan pengkritik biasanya melihat sesuatu hal dari sisi yang negatif. Dengan mudah ia akan melihat cela dari semua hal yang bagi orang lain umumnya baik-baik saja. Suami Jihan melihat tumit istrinya kasar dan pecah-pecah. Ia lupa keseluruhan Jihan adalah wanita yang cantik luar dalam. Tidak heran, umumnya pengkritik adalah orang yang pesimistis agresif ke luar (berbeda dari pesimistis agresif ke dalam yang biasanya suka mengeluh).

2) Menyimpulkan dengan cepat, tidak melihat penyebab

Tanpa disadari, pengkritik hanya melihat hasil akhir atau masalah itu sendiri. Sesungguhnya pengkritik tidak menyentuh akar masalahnya sama sekali. Jika suami Jihan berpikir lebih panjang, 'tumit bibik' Jihan itu disebabkan oleh pekerjaan rumah tangga Jihan yang tiada habisnya. Setiap hari turun naik tangga mengurusi dua orang anak. Meski ada asisten rumah tangga, toh Jihan terus menerus melakukan pekerjaan domestik tanpa jeda itu.

3) Tidak memikirkan solusi

Pengkritik tidak akan sempat memikirkan solusi atas sesuatu yang dicelanya itu. Jikalau terpikir, ia tidak dapat mengkomunikasikan solusinya dengan baik sehingga penerima kritik hanya mengetahui bahwa pengkritik tidak suka dengan sesuatu hal itu namun penerima kritik tak tahu pilihan cara mana yang bisa membuat pengkritik itu suka (baca: stop mengkritik). Jika suami Jihan ingin tumit Jihan lebih halus, apakah suami Jihan bersedia mengambil waktu lebih banyak untuk mengasuh anak?

4) Kurangnya empati

Pengkritik pasangan sebenarnya punya kecenderungan kurangnya empati. Ia tidak mencoba meluangkan waktu untuk berada di posisi pasangan dan melihat sesuatu itu dari perspektif pasangan. Yang terjadi adalah pengkritik menilai sesuatu hal itu dari kacamata dirinya sendiri. Menurut dirinya hal itu masalah sedangkan menurut pasangan yang dikritik belum tentu hal itu masalah.

5) Kemampuan komunikasi buruk

Komunikasi pengkritik buruk sebab ia tidak memahami bagaimana semestinya ia bisa mengutarakan opininya ke pasangan tanpa bernada mencela. Bisa jadi yang diutarakan benar secara substansi, tetapi salah pada cara penyampaiannya. Pengkritik tidak mengenali audiens yang dalam hal ini adalah pasangannya sendiri dengan baik. Untungnya Jihan termasuk sabar. Coba saya yang dikatai 'tumit bibik' oleh suami Jihan, saya akan bilang balik, 'Kepala botak jelek! Tolong dong disikatin tumitku biar mulus... .' --jangan ditiru, hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun