Suara mereka sudah lelah untuk berteriak.
Tiada lagi tempat bagi mereka untuk mengadu.
Instrumen demokrasi politik telah merampas kebebasan mereka.
Tidak jarang media menjadikan mereka berita tanpa derita.
Demokrasi yang katanya adalah corong aspirasi rakyat tak
ubahnya medan perang bagi elit untuk saling merebut kekuasaan.
Rakyat terpelongoh menyaksikan setiap sandiwara politik atas nama mereka.
Ibarat menyakisikan sinetron yang alurnya telah di tentukan oleh sang sutradara.
Prinsip kekuasaan di tangan rakyat di manipulasi dengan berbagai politik kotor
dan konsensus palsu. Sementara keadilan di sembunyikan dari pelupuk mata rakyat.
Elit membentengi diri dengan dengan aneka peraturan dan kebijakan yang bertujuan
melindungi diri, kelompok dan kepentinganya."Manipulasi Asal Selamat"
adalah sebagian kecil dari prinsip hidup mereka. Mereka tidak perduli dengan 70 juta
rakyat miskin yang berjuang melawan kerasnya hidup.
Ya itulah rakyat;
Yang suaranya tak pernah di dengar meskipun sering berteriak
yang keinginannya tidak di penuhi walaupun sering memohon.
Kekuatan rakyat tak lain adalah kekuatan tanpa eksistensi.
Dari mereka yang di hitung tapi tak masuk hitungan,
Yang dibagi tapi tak punya bagian
yang punya suara tapi tak dapat bersuara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H