Mohon tunggu...
D- Nyota
D- Nyota Mohon Tunggu... -

Tuhan akan selalu mencintai meski berkai kali dikhianati \r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Yaman Kota Keduaku "Kisah TKW dalam Suasana Perang Saudara"

10 Juni 2011   21:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Yaman Utara (Google)"][/caption]

Keputusanku untuk mengadu nasib ke semenanjung Arabia 3 tahun lalu memang mengharuskanku untuk bersitatap dengan renah kehidupan yang semakin bergelombang. Di negeri Saba’ ini aku mengabdi kepada majikanku. Namun rasa lelah dan letihku terbayar dengan sepadan. Yang paling membuatku senang adalah senyum dan keramahan majikanku. Smuanya mampu meredakan rasa rinduku karena berada jauh dari keluarga. Aku sangat bersyukur karena tidak semua nasib TKW seberuntung aku.

[caption id="" align="alignleft" width="324" caption="Doc pribadi"][/caption] ” Ratmiiiiiiiiiiiii….., waynisy (kemana kamu) ?” Suara Taghrith putri majikanku terdngar diantara kesibukanku menyetrika pakaian.

“Aywa…aywa esy fikum ya ‘uyuni.. (ya, apa yang terjadi padamu sayang)? “Aku bergegas menyahuti panggilan Taghrith dengan setengah berlari mendekatinya. Rupanya dia telah menenteng sepasang badlah (jas) dinas majikan yang untuk selanjutnya kuasapi dengan semerbak wewangian bokhoor kesukaannya. Inilah tugas khusus yang hanya dipercayakan majikan kepadaku. Aku serasa mendapatkan penghargaan dari majikanku meski sekalipun aku tak pernah bertatap muka dengannya. Karena dengan berbagai alasan yang tak memungkinkan untuk itu.

***

“Bekh kulluhum!, (Dasar kalian)… Baqtuluhum! (Ku bunuh kalian!) ” Pintu ruang tamu ditutup majikan dengan penuh murka. Beberapa tamu majikan yang berdisdasah ( jubah putih has orang arab) lengkap dengan khonjarnya (semacam keris, ciri-ciri orang yaman utara). Ini adalah pertemuan qabilah (klan). Tujuan dan maksudn mereka berkumpul aku tidak memhami spenuhnya. Dan aku tidak pernah mencoba untuk menanyakan tentang itu.

”Bas..bas..!” (sudah-sudah) suara bariton majikanku menengahi. Semua mulut langsung mengatup meski air muka mereka menegang menahan kemarahan yang meletup-letup. Aku tersengal kaget mendengar sumpah serapah para tamu itu ketika tanpa sengaja melewati koridor ruang tamu. Aku tak mengerti semua permasalahan majikanku. Yang kutahu para tamu itu masih kerabat atau seqabilah dengan majikanku.

Dua bulan setelah itu, kediaman majikanku semakin ramai. Frekuensi dering telepon juga semakin menggila. 24 jam nonstop menyapa kediaman majikanku. Memecah ketegangan para ajudan majiknku yang akhir-akhir ini terlihat datang dan pergi silih berganti. Meski majikanku sedang tak ada di rumah.

Dari channel TV suhail, akhirnya aku menyadari San’a yang merupakan ibu kota Republik Yaman akhir-akhir ini memenas. Berbagai aksi rakyat yang menuntut isqot annidzom terus-terusan membuat kerusuhan. Awalnya gas air mata yang terus menyembul dan mengambang diudara dilepaskan oleh aparat keamanan, untuk menertibkan demo yang trjadi saat itu. Namun. kerumunan rakyat di sahah attaghyir (pusat demo) semakin padat.

Ya tuhan! Kenapa negeri keduaku ini. Aku begidik menyadari huru-hara ini. Qabilah Al-ahmar adalah bagian dari qabilah majikanku. Aku tak mengerti dengan semua ini. Apakah akan ada perang saudara?.

Berita yang tak kalah mengejutkan juga aku saksikan di channel Al-jazeera. “Warga Negara Indonesia di Yaman akan segera dievakuasi” Begitulah wacana dari berita yang tersu menghantuiku.

Dengan segera ku raih Hp-ku yang telah lama tidak pernah aku gunakan. Dengan pelan kuaktifkan kembali. Beberapa saat kemudian 3 buah pesan masuk kuterima “Mak, kapan pulang? Siti khawatirkan emak, emak baik-kan kan? Siti takut lihat keadaan Yaman yang terus diberitakan di TV” dan kedua pesan yang lainnya aku buka. Namun pengirim dan isinya sama.

Bulir air mata mulai bergelantungan di kelopak mataku. Dengan segera ku tekan tombol balas. Dan segera mengetik bebrapa kalimat balasan. Selasai mengetik aku langsung mengirimkannya. Dan berapa saat kemudian sebuah keterangan “Faillure sending massage” terlihat di layar hanponku. Aku mencobanya beberapa kali. Namun tetap saja sama. Sms yang aku kirimkan gagal terkirim.

Sudah aku duga sebelumnya, ternyata dari siaran televisi itu aku mendapat penjelasan. Bahwakantor Syabakah ( jaringan) Sabafon pagi tadi terkena bom. Aku semakin cemas kali ini. Duduk bersimpuh didepan televisi yang trus menyiarkan berita berbahasa arab.

****

Pagi ini aku mulai bersemangat menyiapkan sarapan seperti biasanya. majikanku memintaku untuk mengasapi setelan badlahnya dengan wawangian khas bokhoor. Kebiasan ini sudah lama tidak aku lakukan. Aku merasa sangat senang. Meski pun dalam hatiku merasa heran melihat perangainya yang berbeda. Ini tidak sama dngan hari-hari seblumnya. Senyumnya terlihat sejak tadi pagi. Ketika dia memintaku mengasapi stelan badlahnya.

Semua keprluannya sudah aku siapkan. Kini tinggal menunggu panggilan majikanku untuk ritual yang sempat terlewatkan beberapa hari ini. Yaitu permohonan doa atas keberkahan dan permohonan keselamatan pada Alloh. Itulah yang biasa dilakukan setiap hari Jum’at pagi. Atau sesaat sebelum dia berangkat sholat Jum’at. Dan aku selalu diajak untuk ikut berdoa bersama.

“Ta’ali ya Ratmi! (Kesini ratmi!) Sammikhini (maafkan saya)”

Aku baru pertama bertatap muka dengan majikanku saat itu. Dan saat itu pula dia meminta maaf jika selama aku bekerja ada yang tidak berkenan dihatiku. Aku tertegun dan hatiku sangat tersentuh saat itu. Ternyata dia sangat baik. Aku tak bisa menjawab, hanya menteskan air mata. Majikanku seolah mengerti apa yang kurasakan. Kemudian dia tersenyum kembali sambil berpamitan. Pagi ini dia akan menuju ke Istana. Karena dia akan melaksanakan Sholat Jumat di dekat Istana.

Sesaat sebelum pergi di berpsan kepadaku. Agar aku slalu menjaga Tagrith. Dan jangan sampai membairkannya bersedih. Entah kenapa aku sangat sdih mendngar kata-katanya. Dengan tulus dan santun dia mngatakan permintaannya itu. Aku kembali menangis. Dan dengan segala kekuatannku untuk menghentikan tangis, aku berkata. “Aywa ya sayyidi” (baik tuan).

****

Suasana khotbah jumat siang itu berlangsung dengan khidmat. Yang kemudian dilanjutkan Shalat Juma’t. Suasana seperti ini memang biasa dilakukan setiap hati Jumat. Di dekat istana itu beberapa pejabat kerajaan biasa shalat bersama. Seperti saat ini, mereka berbaur bersama rakyat tanpa ada perbedaan status sosial dan jabatan. Untuk melakukan Shalat Jum’at berjamaah.

Belum satu rakaat berlangsung, tiba tiba sebuah teriakan terdengar dari shaf paling belakang yang mengacaukan kekhusyukan jamaah. Tanpa diduga sebelumnya. Sedetik itupun sebuah ledakan besar menggema. Spontan semua yang sedang melakukan shalat Jum’at itu porak poranda.Beberapa serpihan kaca dan logam menyatu dengan reruntuhan bangunan. Berabu dan berserak bersamaan dengan sepihan-serpihan tubuh yang entah siapa pemiliknya.

****

Siang ini tidur siangku agak terganggu. Karena jeritan Tagrith yang membuatku segera beranjak. Anak majikanku itu terus menangis dan menjerit. Aku langsung berlari menuju ke ruangan tengah karena dari sanalah Tagrith terdengar menjerit dan menangis.

“Baba!... baba …” (Ayah… ayah ). Tagrith terus saja menjerit seperti itu. Dan sedetik sebelum aku sampai di ruangan tengah, suara itu telah hilang.

Aku melihat Tagrith tergeletak. Aku segera memburu dan memangkunya. Kini dia kusandarkan dalam pangkuanku. Gagang telepon masih tergeletak di atas meja. Suara seseorang masih terdngar berbicara. Aku bisa mendngarnya, karena Jaraknya hanya satu meter dari tempatku yang masih memangku Tagrith. Saat aku dngarkan tlpon itu, seseorang terdengar berbicara dengan sangat cepat dan sangat panik. Beberapa kali dia mengulangi perkataannya bahwa dia telah mati. Dia adalah ayahnya Tagrith. Dia adalah majikanku yang baik itu.

****

Beberapa hari berlalu. Saat ini aku duduk termenung did pan jendela kamarku. Tiba tiba aku dikagetkan handpon yang baru lima menit aku aktifkan. Dan sebuah pesan aku dapat disana.

” Ratmi ini bapakmu nduk, kapan kamu pulang? Kamu bekerja di rumah pejabat kan? Kemarin kami dengar kabar rusuh disana. Cepatlah pulang nduk, bapak sangat mengkhawatirkanmu?” setelah membacanya aku langsung menjawab pesan itu.

“Ratmi Alhamdulillah baik-baik saja,pak. Ratmi ndak mau pulang .Ratmi akan terus bekerja disini. Ratmi bahagia disini,pak.Wis bapak ndak usah khawatir. Keadaan disini baik baik saja kok”

Beberapa sms dapat dari ayahku kemudian datang. Dan aku terus membalasnya satu persatu. Ayah dan semua keluargaku memang sangat khawatir dengan keadaanku di Yaman. Tapi aku bersikukuh untuk tetap tinggal disini. Selain semua keluarga majikanku sangat baik. Aku juga memang sudah terlalu sayang kepada Tagrith. Aku seperti merasa memiliki ikatan batin dengannya. Aku merasa seolah dia adalah adik kandungku sendiri. Aku sangat menyayanginya.

Setelah ayahnya meninggal, Tagrith memang begitu dekat denganku. Bahkan sejak beberapa hari yang lalu dia selalu memintaku untuk menemaninya tidur. Beberapa buku dongeng berbahasa arab hampir aku hafal semuanya. Karena aku selalu membacakannya sebelum tidur. Entah bagaimana jika aku pulang. Tagrith pasti sangat kehilangan. Maka dengan alasan itulah aku semakin yakin untuk tinggal di Yaman.

***O*** Selesai Khaolli lauhati biduni alwan Kholli khikayati biduni unwan

Kholli syumu’I tanthofi wa la tubalai

Penulis :R-82, Zee Ohm, D_Nyoota dan Iffat Basheer Nomor peserta: 229

NB :Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun