Mohon tunggu...
D- Nyota
D- Nyota Mohon Tunggu... -

Tuhan akan selalu mencintai meski berkai kali dikhianati \r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Yaman Kota Keduaku "Kisah TKW dalam Suasana Perang Saudara"

10 Juni 2011   21:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan segera ku raih Hp-ku yang telah lama tidak pernah aku gunakan. Dengan pelan kuaktifkan kembali. Beberapa saat kemudian 3 buah pesan masuk kuterima “Mak, kapan pulang? Siti khawatirkan emak, emak baik-kan kan? Siti takut lihat keadaan Yaman yang terus diberitakan di TV” dan kedua pesan yang lainnya aku buka. Namun pengirim dan isinya sama.

Bulir air mata mulai bergelantungan di kelopak mataku. Dengan segera ku tekan tombol balas. Dan segera mengetik bebrapa kalimat balasan. Selasai mengetik aku langsung mengirimkannya. Dan berapa saat kemudian sebuah keterangan “Faillure sending massage” terlihat di layar hanponku. Aku mencobanya beberapa kali. Namun tetap saja sama. Sms yang aku kirimkan gagal terkirim.

Sudah aku duga sebelumnya, ternyata dari siaran televisi itu aku mendapat penjelasan. Bahwakantor Syabakah ( jaringan) Sabafon pagi tadi terkena bom. Aku semakin cemas kali ini. Duduk bersimpuh didepan televisi yang trus menyiarkan berita berbahasa arab.

****

Pagi ini aku mulai bersemangat menyiapkan sarapan seperti biasanya. majikanku memintaku untuk mengasapi setelan badlahnya dengan wawangian khas bokhoor. Kebiasan ini sudah lama tidak aku lakukan. Aku merasa sangat senang. Meski pun dalam hatiku merasa heran melihat perangainya yang berbeda. Ini tidak sama dngan hari-hari seblumnya. Senyumnya terlihat sejak tadi pagi. Ketika dia memintaku mengasapi stelan badlahnya.

Semua keprluannya sudah aku siapkan. Kini tinggal menunggu panggilan majikanku untuk ritual yang sempat terlewatkan beberapa hari ini. Yaitu permohonan doa atas keberkahan dan permohonan keselamatan pada Alloh. Itulah yang biasa dilakukan setiap hari Jum’at pagi. Atau sesaat sebelum dia berangkat sholat Jum’at. Dan aku selalu diajak untuk ikut berdoa bersama.

“Ta’ali ya Ratmi! (Kesini ratmi!) Sammikhini (maafkan saya)”

Aku baru pertama bertatap muka dengan majikanku saat itu. Dan saat itu pula dia meminta maaf jika selama aku bekerja ada yang tidak berkenan dihatiku. Aku tertegun dan hatiku sangat tersentuh saat itu. Ternyata dia sangat baik. Aku tak bisa menjawab, hanya menteskan air mata. Majikanku seolah mengerti apa yang kurasakan. Kemudian dia tersenyum kembali sambil berpamitan. Pagi ini dia akan menuju ke Istana. Karena dia akan melaksanakan Sholat Jumat di dekat Istana.

Sesaat sebelum pergi di berpsan kepadaku. Agar aku slalu menjaga Tagrith. Dan jangan sampai membairkannya bersedih. Entah kenapa aku sangat sdih mendngar kata-katanya. Dengan tulus dan santun dia mngatakan permintaannya itu. Aku kembali menangis. Dan dengan segala kekuatannku untuk menghentikan tangis, aku berkata. “Aywa ya sayyidi” (baik tuan).

****

Suasana khotbah jumat siang itu berlangsung dengan khidmat. Yang kemudian dilanjutkan Shalat Juma’t. Suasana seperti ini memang biasa dilakukan setiap hati Jumat. Di dekat istana itu beberapa pejabat kerajaan biasa shalat bersama. Seperti saat ini, mereka berbaur bersama rakyat tanpa ada perbedaan status sosial dan jabatan. Untuk melakukan Shalat Jum’at berjamaah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun