Belum satu rakaat berlangsung, tiba tiba sebuah teriakan terdengar dari shaf paling belakang yang mengacaukan kekhusyukan jamaah. Tanpa diduga sebelumnya. Sedetik itupun sebuah ledakan besar menggema. Spontan semua yang sedang melakukan shalat Jum’at itu porak poranda.Beberapa serpihan kaca dan logam menyatu dengan reruntuhan bangunan. Berabu dan berserak bersamaan dengan sepihan-serpihan tubuh yang entah siapa pemiliknya.
****
Siang ini tidur siangku agak terganggu. Karena jeritan Tagrith yang membuatku segera beranjak. Anak majikanku itu terus menangis dan menjerit. Aku langsung berlari menuju ke ruangan tengah karena dari sanalah Tagrith terdengar menjerit dan menangis.
“Baba!... baba …” (Ayah… ayah ). Tagrith terus saja menjerit seperti itu. Dan sedetik sebelum aku sampai di ruangan tengah, suara itu telah hilang.
Aku melihat Tagrith tergeletak. Aku segera memburu dan memangkunya. Kini dia kusandarkan dalam pangkuanku. Gagang telepon masih tergeletak di atas meja. Suara seseorang masih terdngar berbicara. Aku bisa mendngarnya, karena Jaraknya hanya satu meter dari tempatku yang masih memangku Tagrith. Saat aku dngarkan tlpon itu, seseorang terdengar berbicara dengan sangat cepat dan sangat panik. Beberapa kali dia mengulangi perkataannya bahwa dia telah mati. Dia adalah ayahnya Tagrith. Dia adalah majikanku yang baik itu.
****
Beberapa hari berlalu. Saat ini aku duduk termenung did pan jendela kamarku. Tiba tiba aku dikagetkan handpon yang baru lima menit aku aktifkan. Dan sebuah pesan aku dapat disana.
” Ratmi ini bapakmu nduk, kapan kamu pulang? Kamu bekerja di rumah pejabat kan? Kemarin kami dengar kabar rusuh disana. Cepatlah pulang nduk, bapak sangat mengkhawatirkanmu?” setelah membacanya aku langsung menjawab pesan itu.
“Ratmi Alhamdulillah baik-baik saja,pak. Ratmi ndak mau pulang .Ratmi akan terus bekerja disini. Ratmi bahagia disini,pak.Wis bapak ndak usah khawatir. Keadaan disini baik baik saja kok”
Beberapa sms dapat dari ayahku kemudian datang. Dan aku terus membalasnya satu persatu. Ayah dan semua keluargaku memang sangat khawatir dengan keadaanku di Yaman. Tapi aku bersikukuh untuk tetap tinggal disini. Selain semua keluarga majikanku sangat baik. Aku juga memang sudah terlalu sayang kepada Tagrith. Aku seperti merasa memiliki ikatan batin dengannya. Aku merasa seolah dia adalah adik kandungku sendiri. Aku sangat menyayanginya.
Setelah ayahnya meninggal, Tagrith memang begitu dekat denganku. Bahkan sejak beberapa hari yang lalu dia selalu memintaku untuk menemaninya tidur. Beberapa buku dongeng berbahasa arab hampir aku hafal semuanya. Karena aku selalu membacakannya sebelum tidur. Entah bagaimana jika aku pulang. Tagrith pasti sangat kehilangan. Maka dengan alasan itulah aku semakin yakin untuk tinggal di Yaman.