[caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Yaman Utara (Google)"][/caption]
Keputusanku untuk mengadu nasib ke semenanjung Arabia 3 tahun lalu memang mengharuskanku untuk bersitatap dengan renah kehidupan yang semakin bergelombang. Di negeri Saba’ ini aku mengabdi kepada majikanku. Namun rasa lelah dan letihku terbayar dengan sepadan. Yang paling membuatku senang adalah senyum dan keramahan majikanku. Smuanya mampu meredakan rasa rinduku karena berada jauh dari keluarga. Aku sangat bersyukur karena tidak semua nasib TKW seberuntung aku.
[caption id="" align="alignleft" width="324" caption="Doc pribadi"][/caption] ” Ratmiiiiiiiiiiiii….., waynisy (kemana kamu) ?” Suara Taghrith putri majikanku terdngar diantara kesibukanku menyetrika pakaian.
“Aywa…aywa esy fikum ya ‘uyuni.. (ya, apa yang terjadi padamu sayang)? “Aku bergegas menyahuti panggilan Taghrith dengan setengah berlari mendekatinya. Rupanya dia telah menenteng sepasang badlah (jas) dinas majikan yang untuk selanjutnya kuasapi dengan semerbak wewangian bokhoor kesukaannya. Inilah tugas khusus yang hanya dipercayakan majikan kepadaku. Aku serasa mendapatkan penghargaan dari majikanku meski sekalipun aku tak pernah bertatap muka dengannya. Karena dengan berbagai alasan yang tak memungkinkan untuk itu.
***
“Bekh kulluhum!, (Dasar kalian)… Baqtuluhum! (Ku bunuh kalian!) ” Pintu ruang tamu ditutup majikan dengan penuh murka. Beberapa tamu majikan yang berdisdasah ( jubah putih has orang arab) lengkap dengan khonjarnya (semacam keris, ciri-ciri orang yaman utara). Ini adalah pertemuan qabilah (klan). Tujuan dan maksudn mereka berkumpul aku tidak memhami spenuhnya. Dan aku tidak pernah mencoba untuk menanyakan tentang itu.
”Bas..bas..!” (sudah-sudah) suara bariton majikanku menengahi. Semua mulut langsung mengatup meski air muka mereka menegang menahan kemarahan yang meletup-letup. Aku tersengal kaget mendengar sumpah serapah para tamu itu ketika tanpa sengaja melewati koridor ruang tamu. Aku tak mengerti semua permasalahan majikanku. Yang kutahu para tamu itu masih kerabat atau seqabilah dengan majikanku.
Dua bulan setelah itu, kediaman majikanku semakin ramai. Frekuensi dering telepon juga semakin menggila. 24 jam nonstop menyapa kediaman majikanku. Memecah ketegangan para ajudan majiknku yang akhir-akhir ini terlihat datang dan pergi silih berganti. Meski majikanku sedang tak ada di rumah.
Dari channel TV suhail, akhirnya aku menyadari San’a yang merupakan ibu kota Republik Yaman akhir-akhir ini memenas. Berbagai aksi rakyat yang menuntut isqot annidzom terus-terusan membuat kerusuhan. Awalnya gas air mata yang terus menyembul dan mengambang diudara dilepaskan oleh aparat keamanan, untuk menertibkan demo yang trjadi saat itu. Namun. kerumunan rakyat di sahah attaghyir (pusat demo) semakin padat.
Ya tuhan! Kenapa negeri keduaku ini. Aku begidik menyadari huru-hara ini. Qabilah Al-ahmar adalah bagian dari qabilah majikanku. Aku tak mengerti dengan semua ini. Apakah akan ada perang saudara?.
Berita yang tak kalah mengejutkan juga aku saksikan di channel Al-jazeera. “Warga Negara Indonesia di Yaman akan segera dievakuasi” Begitulah wacana dari berita yang tersu menghantuiku.