Mohon tunggu...
Nopiah Wid
Nopiah Wid Mohon Tunggu... -

tak akan ada manusia yang selalu menangis, tak ada manusia yang selalu tersenyum....semua manusia pasti akan menangis dan tersenyum bergantian....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setia yang Tertutupi Cemburu...

26 November 2013   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun terus berganti, Karto tanpa ampun menyiksa Tunik. Jika Tunik sedang tidur, terkadang ditarik kakinya dan di tendangi, di telanjangi istrinya dan berulang kali dihujani ludahan2. Tunik hanya diam dan menangis.

Cemburunya teramat besar atau dia saking cintanya pada Tunik, entah. Karto lebih memilih memukuli istrinya daripada menanyakan langsung akan apa yang dia rasakan selama ini.

Dan beberapa tahun kemudian, mungkin ini pembela'an TUHAN. Karto yang biasanya bekerja mengayuh becak, pagi itu berteriak memanggil Tunik. Dikatakanya, jika dia tak mampu melihat. Tunik yang kebingungan memanggil anak2nya dan berunding untuk mencari dana berobat bapaknya. Tanah sepetak ini jalanya, dia harus menjual untuk pengobatan Karto.

Nahas, sakitnya tak juga sembuh. Semakin hari Karto mengeluh matanya sakit, badannya tiba2 melemah. Semakin hari tubuhnya menguru, kecil hanya tinggal kulit pembungkus tulang. Tunik, hanya bisa pasrah.

Namun, dalam keada'an yang demikian Karto tak sadar2 juga. Dia selalu menganggap Tunik main mata apabila Karto memanggil Tunik namun Tunik tak kunjung datang. Padahal, Tunik adalah seorang yang tuli yang tak bisa mendengar apabila tak bersuara keras.

Sekarang, usia mereka 69 tahun, bukan usia yang muda lagi. Tetapi, Karto seperti tak memandang usia. Entah, apakah dia begitu cintanya hingga cemburu bukan main seperti itu.

Kini, Karto sering melenguh kesakitan. Sering teriak2 sendiri, mengeluh badanya panas seperti terbakar, badanya seperti dipukuli, yang dia panggil hanya nama istrinya saja. Terkadang menangis, terkadang marah, terkadang diam dan merintih kesakitan. Setiap hari, hanya meminta kematian. Dan selalu marah apabila pagi datang, dia masih bernafas.

Dan Tunik, dia tetap menjalani keseharianya dengan ketulianya, namun dia selalu setia mengurusi suaminya yang terbaring lemah tak berdaya...

Kendal, 26 November 2013

23:26

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun