Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Celestial Movies Ada Guru Wanita Terbaik yang Menginsipirasi

21 Oktober 2015   08:25 Diperbarui: 21 Oktober 2015   22:18 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="bu Hung dan kelima anak yang luar biasa sedang berfoto bersama menyambut pendaftaran murid-murid baru."][/caption]

"Guru terbaik adalah guru yang menginspirasi"

Orang-orang yang mampu menginspirasi adalah mereka yang berhasil mendedikasi dirinya untuk banyak orang. Beragam macam penghargaan pun diberikan sebagai apresiasi atas pengorbanan yang telah mereka lakukan. Hal serupa terjadi pada nona Lui Lai Hung yang berhasil membangun kembali TK Yuen Kong yang awalnya TK suram beralih menjadi TK terkemuka di Hong Kong. Kisah yang diangkat ke layar lebar dengan judul “Little Big Master” ini berhasil meraup pendapatan HK$46,6 juta (sekitar RP 80 milyar) di Hong Kong box office. Ini merupakan bagian dari apresiasi masyarakat untuk memberikan dukungan kepada nona Lui Lai Hung sekaligus membuktikan bahwa film yang berkisah tentang seorang kepala sekolah yang mengajar TK di pelosok dengan lima murid berhasil menyentuh hati seluruh lapisan masyarakat Hong Kong, bahkan di beberapa belahan dunia lain.

Film yang disutradarai oleh Andrian Kwan dan produser Benny Chan itu sekarang bisa disaksikan di Celestial Movies pada 20 Oktober Jam 20:00 WIB oleh masyarakat Indonesia melalui Channel Indovision, K-Vision, MatrixTV, Nexmedia, OkeVision, OrangeTV, Skynindo, Transvision, TopTV, Toppas TV, UTV dan YesTV.

Bagaimana kisah dan perjalanan seorang mantan kepala sekolah elit di Hong Kong yang berjuang untuk lima gadis cilik itu? Mengapa kisahnya begitu menginspirasi dan menyentuh hati banyak orang? Dan apa yang telah ia lakukan? So, let’s check my writing out!

Perjuang Bu Hung untuk pendidikan Hong Kong

Seorang guru adalah  kewajbannya untuk mengajar. Dan akan menjadi teladan bagi murid-muridnya” balas bu Hung ketika ditawari oleh Penguasa untuk menjadi ikon ternama di Hong Kong sebagai guru privat.

Ia merasa tersinggung atas perlakuan yang juga orangtua dari Martin itu. Meskipun dibayar dengan mahal, namun ia paham kepada siapa harus berpihak. Mengajar di pelok desa dengan lima murid yang memberinya banyak inspirasi lebih berharga ketimbang hidup dalam kemewahan yang sebetulnya bersenang-senang dalam kemelaratan orang lain.

Bu Hung (yang diperankan oleh Miriam Yeung) awalnya adalah seorang kepala sekolah TK King Kids yang ternama dan berstandar internasional. Ia mengundurkan diri dari karena tidak sejalan dengan pemikirannya. Dipicu dari masalah Martin yang tidak memiliki kapasitas untuk di kelas berbakat, namun tetap dipaksa masuk kelas berbakat sebab orangtuanya adalah donator dari untuk sekolah itu. Bu Hung yang menyarankan agar Martin tetap berada di kelas biasa supaya tidak tertekan dan bisa mengekpresikan diri sesuai kemampuannya, malah tidak disetujui oleh orangtua Martin. Oleh sebab itu, selain karena tak banyak yang mendukung keputusannya, bu Hung pun lebih memilih melepas jabatannya ketimbang harus melihat muridnya tertekan.

Berhentinya ia dari jabatan bukan semata-mata tanpa alasan. Walau dirinya harus pensiun di usia muda, namun wanita yang suka dengan pendidikan tersebut punya mimpi besar untuk berkeliling dunia bersama sang suami, Dong (Louis Koo) yang bekerja sebagai perancang di sebuah museum. Impian itu sudah lama mereka nanti-nantikan.

[caption caption="Pak Do dan bu Hung yang sedang merencanakan mimpi besar mereka untuk berkeliling dunia."]

[/caption]

Setelah sekian lama menjalani kehidupan yang lepas dari ranah pendidikan, bu Hung merasa tidak nyaman dengan kondisi barunya itu. Ia lebih banyak melamun dan bahkan galau dibuat aktivitas yang lebih bersifat individual. Sebuah jawaban pun tiba, saat sedang melakukan gym, salah satu stasiun televisi memberitakan sebuah TK di sebuah pelosok desa terancam akan ditutup. Selain sekolah tersebut hanya menyisahkan 5 orang murid, kepala sekolah dan staf pengajar pun tidak ada. Kelima anak tersebut adalah mereka yang tidak mampu untuk pindah ke sekolah lain karena keadaan ekonomi. Mereka yang tersisa hanya diajar oleh seorang guru  yang tidak bisa mengajar seperti biasa karena kesibukan. Saat sang guru tidak datang, kelima anak itu hanya bisa diam dan menunggu kedatangan gurunya.

Bu Hung pun terenyuh dan terpanggil. Ia pun mencari sekolah tersebut dengan segera. Berapa orang yang sempat melihat gelagat wanita satu ini sempat aneh. Apalagi warga di sekitar sekolah tersebut memang berharap sekolah tersebut ditutup karena memang tidak layak lagi. Padahal sekolah ini dalam sejarahnya sudah banyak melahirkan orang-orang hebat, namun sayang itu tidak bisa dijaga. Bu Hung yang peduli ingin membantu sekolah tesebut, terlebih lagi untuk kelima murid yang tersisa tidak banyak berpikir ini dan itu, kecuali membantu.

[caption caption="Kedekatan bu Hung dengan para muridnya"]

[/caption]

Setibanya di sekolah itu, bu Hung mendapati kelima anak-anak mungil itu sedang tertunduk seolah sedang menanti sesuatu. Bu Hung yang kala itu berada di luar, dengan ramah memanggil salah satu dari mereka dari balik kaca jendela. Sontak saja, kelima anak itu kaget dan berteriak. Mereka pun bersembunyi di balik papan tulis karena takut dengan kedatangan orang asing. Wanita yang memang sudah berpengalaman menangani anak-anak pun tak habis ide untuk mendekati mereka. Dengan sigap, bu Hung pun menjalin komunikasi dan bermain dengan memberikan pertanyaan kepada mereka. Tak terasa kelima anak itu pun menerima kehadiran bu Hung. Sang guru yang masih mengajar di TK tersebut kemudian datang tiba-tiba ketika mengetahui aksi bu Hung pun segera menghentikan dan mengusirnya. Bu Hung pun pulang dan tidak banyak berbuat.

Keesokann hari, ia menemui bagian pendidikan di daerah itu. Yang sekaligus juga mendaftarkan dirinya sebagai kepala sekolah dan staf pengajar. Dan ia sama sekali tidak keberatan harus mengajar tiga kelas sekaligus, meskipun dengan bayaran yang sangat murah. Ya, kelima murid baru Hung itu menduduki kelas yang berbeda, namun karena hanya mereka yang tersisa dari sekian banyak murid TK Yuen Tin, maka mereka pun belajar dalam satu ruangan.

Setelah ia diterima, bu Hung pun  memperkenalkan dirinya kepada kelima bocah lucu sebagai kepala sekaligus pengajar yang akan menemani mereka. Mulai dari situ, kedekatan di antara mereka pun terjalin secara perlahan. Bahkan sang kepala sekolah yang cantik tersebut setia menunggu kelima gadis di depan gerbang setiap jam sekolah. Tujuannya ialah ingin menyambut hangat kedatangan kelima muridnya, sekaligus untuk mendekati wali murid. Dengan seperti itu, satu per satu informasi dari kehidupan bocah polos pun diketahui oleh bu Hung.

Kita mulai dari perempuan polos bernama Siu Suet. Bocah berambut ikal yang hidup bersama sang ayah yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Sang ayah atau Ho bekerja sebagai pencari besi bekas. Sementara ibu Siu Suet pergi menghilang bersama sang kakak dan tak pernah kembali lagi.  

Siu Suet dan pak Ho itu hidup sangat serba kekurangan. Saat tuan Ho sakit, putri tercinta yang menggantikan pekerjaanya sebagai pencari besi. Tidak hanya menggantikan pekerjaan sang ayah, bocah berambut ikal itu juga melakukan pekerjaan rumah untuk melayani kebutuhan tuan Ho.

Untuk bisa menyelesaikan pekerjaan, ia juga menggunakan cara yang unik; misalkan untuk bisa memasak, Siu suet harus dibantu oleh bantu alat peninggi yang terbuat dari balok untuk membantunya bisa memasak di kompor gas. Karena memang ukuran badan Siu Suet yang masih anak-anak sehingga sedikit menyulitkan untuk bergerak. Bu Hung sempat kaget dan teriris melihat kesabaran dan kegigihan mutiaraya itu untuk berbakti kepada sang Ayah.

Berikutnya Lo Ka Ka. Anak yang satu ini merupakan yang tertua dari kelima anak yang tersisa. Dan tahun ini adalah kelulusannya dari TK Yue Tin. Lo Ka Ka memiliki kehidupan yang sangat tragis. Di usia yang masih anak-anak ia sudah dihadapkan pada permasalahan kedua orangtua yang seringkali bertengkar di depannya. Sang ayah atau Le Keung sering kali meluapkan emosi pada sang ibu. Perubahan sikap ayahnya karena dampak dari kecacatan yang dialami. Tuan Le Keung harus menggunakan kaki palsu, sementara tuntutan hidup membuat dirinya tak bisa berbuat banyak. Karena kebiasan orangtuanya itu, Lo Ka Ka kadang tidak masuk sekolah agar bisa menjadi penengah dari perkelahian mereka “Aku tidak ingin kehilangan mereka berdua” itu jawaban Lo Ka Ka ketika ditemui bu Hung di rumahnya karena tidak masuk sekolah.

Anak yang Ketiga bernama Chu-Chu. Anak yang paling imut dan lucu ini tidak seberuntung anak lainnya. Ia menjadi yatim piatu setelah kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan. Bibi Ho yang merupakan sepupu dari orangtunya mengadopsi Chu-Chu. Kebetulan bibi Ho juga tinggal sendiri dan bekerja sebagai pekerja di restoran Cina.

[caption caption="Bu Hung yang sedang mengajari Chu-Chu agar tidak takut lagi pada guntur"]

[/caption]

Chu-Chu memiliki ketakutan yang teramat pada guntur. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan ketika badai dan petir sedang terjadi. Bibi Hon yang tidak mampu bercerita yang sebenarnya kepada Chu-chu hanya bisa memberi jawaban bahwa orangtuanya sudah dimakan oleh monster guntur setiap kali bocah polos itu bertanya.

Dan terakhir, Kitty dan Jennie. Kedua kakak beradik dari India ini lahir dalam lingkungan yang miskin. Sebetulnya ayah mereka tidak terlalu peduli dengan pendidikan anak, apalagi Kitty dan Jennie adalah anak perempuan. Meski ayahnya tidak terlalu mempedulikan, tidak dengan sang Ibu yang masih terus mencoba semampunya untuk memenuhi pendidikan kedua putrinya.

Itulah kehidupan kelima anak polos itu bersama orangtua mereka. bu Hung yang setelah mengetahui kehidupan mereka semakin dekat dengan para murid dan orangtua wali. Bahkan bu Hung pun membantu memecahkan masalah-masalah mereka satu per satu. Di sini bu Hung menyatu dalam kehidupan para muridnya.

[caption caption="Bu Hung yang selalu bahagia ketika mengajar anak-anak yang luar biasa itu."]

[/caption]

Mimpi besar para orangtua

Siapa pun kita dan dari mana kita lahir, jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Ketika bung Hung mengajak para muridnya untuk bercerita seperti apa mimpi besar mereka, bu Hung menjawab “saya ingin menjadi guru terbaik”. Saya pikir mimpi besar bu Hung telah terwujud. Cerita yang diangkat dari kisah nyata tersebut telah menyentuh dunia pendidikan saat ini. Menjadi pelajaran bagi para guru bagaimana menjadi seorang guru semestinya. Tidak hanya mengejar materi, namun juga sadar akan tanggung jawab sebagai pendidik.

Pak Ho, orangtua dari Siu Suet punya mimpi besar menjadi seorang pilot. Bibi Hon bermimpi ingin menjadi Miss Hong Kong. Sedangkan pak Lo Keung bercerita pada Lo Ka Ka ingin menjadi atlet lari terkenal. Terakhir, ibu Kitty dan Jennie yang ingin menjadi pemadam kebakaran meskipun ia seorang perempuan.

Bayangkan, mimpi besar itu hidup selama-lamanya dalam jiwa kita, seperti yang telah diutarakan oleh orangtua dari kelima murid bu Hung. Meskipun sudah terlanjur oleh usia dan mungkin tidak bisa mencapai itu lagi, namun mimpi itu tetap terus hidup. Yang mungkin saja bisa tersalurkan kepada generasi mereka. untuk jangan lantas mengubur mimpi anda setelah tahu tak mungkin lagi meraihnya. Berikan dan ceritakan mimpi besar itu pada anak-anak anda supaya mereka pun bisa berusaha mewujudkan atau menjadi seperti apa yang anda inginkan.

Kekurangan bukan halangan

Meskipun sudah menjadi penyandang tumor, bu Hung tetap beraktivitas seperti biasa. Malah, setelah ia menemukan kelima anak itu, semangatnya menggebu-gebu dan sampai-sampai melupakan kesehatan sendiri. Bergerak kemana pun, mencari dana tambahan untuk sekolahnya, menawarkan brosur kepada masyarakat, melatih, mengajar para muridnya, melayani sang suami tercinta dan bahkan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga kelima gadis polos tersebut.

Saat dibuka pendaftaran murid baru TK Yue Tin, bu  Hung dan para wali murid berjuang dengan keras. Seharian mereka berusaha, namun tetap tak satu pun murid yang mendaftar. Usaha mereka tidak membuahkan hasil.  Bu Hung yang ketika itu menyembunyikan keadaannya yang sedang sakit, akhirnya jatuh pingsan. Selama kurang lebih satu minggu, bu Hung harus dirawat di rumah sakit untuk mengangkat kembali tumor yang diidapnya. Dong, yang mengetahui perjuang sang istri bukan malah menghentikan kemauan orang yang ia cintai, melainkan mendukung dengan sepenuhnya. Selama di rumah sakit, Dong pun menggantikan Hung mengajar di TK Yue Tin. Dari situ, pak Dong pun juga mendapat pelajaran berharga dari kelima anak yang penuh dengan kejujuran tersebut.

[caption caption="pak Do yang mengganti bu Hung mengajar"]

[/caption]

Di akhir semester, pak Dong pun mengajak bu Hung untuk bertemu sekaligus mengadakan perpisahan kepada seluruh murid-murid karena tidak berhasil menemukan murid baru. Sebagaimana perjanjian yang dibuat, apabila TK Yue Tin tidak bisa mencari murid baru yang juga mengganti murid yang akan lulus yakni Chu-Chu, maka sekolah itu akan ditutup. Keadaan hari itu menuai banyak kesedihan, dibalut juga rasa haru atas perjuangan anak-anak bersama bu Hung selama di TK Yue Tin. Anak-anak yang sempat berlatih untuk pembukaan pendaftaran murid baru sekolah Yue Tin, tampil di hadapan bu Hung yang baru saja sembuh dari operasinya. Bu Hung bersama para orangtua yang menyaksikan pun terharu. Suasan pecah dengan air mata. Penampilan kelima murid polosnya memberi kekuatan baru pada hari itu. Warga yang tadi sempat tidak peduli dengan sekolah ini malah berbalik secara berduyun-duyun menyaksikan pementasan terakhir dari siswa TK Yue Tin.

Masyarakt yang hadir menyaksikan dari luar ikut terharu dan menangis melihat kejujuran dan kepolosan kelima bocah cilik itu. Meski pementasan dilakukan secara sederhana, namun kata-kata yang keluar dari bocah penuh inspirasi turut mengundang haru, tangis dan juga menyentuh hati. Bahkan momen paling menyedihkan ketika bu Hung memberikan piagam sekaligus pengangkatan Lo Ka Ka sebagai siswa yang lulus tahun ini. Lo Ka Ka  di hari bahagianya mengatakan “boleh aku tidak lulus” dengan penuh rasa cinta kepada bu Hung dan teman-temannya agar tidak berpisah dan ditutupnya sekolah TK Yue Tin.

[caption caption="Lo Ka Ka meminta kepada bu Hung agar tidak meluluskan dirinya. "]

[/caption]

Selama menjadi kepala sekolah, pengajar dan sekaligus supir bagi kelima gadis didikanya itu, bu Hung sering mendapati cacian dan hinaan. Namun bu Hung tak mempedulikan itu. Ia hanya bekerja, berusaha, dan membuktikan bahwa ucapan mereka salah. Sosok bung Hung yang menutup telinga atas cacian dan lebih berpikir take action memberi dampak yang besar kepada lima muridnya itu. Dalam cerita ini bu Hung tidak hanya mengajarkan kalau guru itu mengajar di sekolah saja, tetapi guru adalah pendidik bagi semuanya. Bukan murid saja yang harus kita tangani, melainkan juga masyarakat. Guru juga bukan mengajar, tetapi juga menjadi teladan bagi murid, tentu ditunjukan dengan cara melakukan sebuah perubahan di dalam masyarakat agar menjadi pembelajaran bagi murid-murid, atau pun masyarakat sekitarnya.

Saat Nobar  Little Big Master bersama para Komik (sebutan bagi para Kompasianer pecinta film) saya juga ikutan menuai air mata. Tak sanggup saya melihat kejujurn, kepolosan, kecintaan dan kebersamaan para gadis cilik yang teguhnya menghadpi kehidupan. Bu Hung yang benar-benar mengabadikan diri seperti apa guru sebenarnya. Mengajarkan bagaimana menjadi seseorang guru yang mampu menginspirasi.

Terima kasih kesedian Celestial Movies yang telah bersedian menghadirkan film ini di tengah masyarakat, terutama masyarakat Indonesia. Semoga film Little Big Master bisa menjadi bahan pelajaran bagi pendidikan di tanah air. Selain itu, tentunya akan banyak pecinta movie Hong Kong yang berteriak “ I Love HK Movies " karena cerita-cerita yang penuh inspirasi, begitu pun dengan saya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun