Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Celestial Movies Ada Guru Wanita Terbaik yang Menginsipirasi

21 Oktober 2015   08:25 Diperbarui: 21 Oktober 2015   22:18 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekian lama menjalani kehidupan yang lepas dari ranah pendidikan, bu Hung merasa tidak nyaman dengan kondisi barunya itu. Ia lebih banyak melamun dan bahkan galau dibuat aktivitas yang lebih bersifat individual. Sebuah jawaban pun tiba, saat sedang melakukan gym, salah satu stasiun televisi memberitakan sebuah TK di sebuah pelosok desa terancam akan ditutup. Selain sekolah tersebut hanya menyisahkan 5 orang murid, kepala sekolah dan staf pengajar pun tidak ada. Kelima anak tersebut adalah mereka yang tidak mampu untuk pindah ke sekolah lain karena keadaan ekonomi. Mereka yang tersisa hanya diajar oleh seorang guru  yang tidak bisa mengajar seperti biasa karena kesibukan. Saat sang guru tidak datang, kelima anak itu hanya bisa diam dan menunggu kedatangan gurunya.

Bu Hung pun terenyuh dan terpanggil. Ia pun mencari sekolah tersebut dengan segera. Berapa orang yang sempat melihat gelagat wanita satu ini sempat aneh. Apalagi warga di sekitar sekolah tersebut memang berharap sekolah tersebut ditutup karena memang tidak layak lagi. Padahal sekolah ini dalam sejarahnya sudah banyak melahirkan orang-orang hebat, namun sayang itu tidak bisa dijaga. Bu Hung yang peduli ingin membantu sekolah tesebut, terlebih lagi untuk kelima murid yang tersisa tidak banyak berpikir ini dan itu, kecuali membantu.

[caption caption="Kedekatan bu Hung dengan para muridnya"]

[/caption]

Setibanya di sekolah itu, bu Hung mendapati kelima anak-anak mungil itu sedang tertunduk seolah sedang menanti sesuatu. Bu Hung yang kala itu berada di luar, dengan ramah memanggil salah satu dari mereka dari balik kaca jendela. Sontak saja, kelima anak itu kaget dan berteriak. Mereka pun bersembunyi di balik papan tulis karena takut dengan kedatangan orang asing. Wanita yang memang sudah berpengalaman menangani anak-anak pun tak habis ide untuk mendekati mereka. Dengan sigap, bu Hung pun menjalin komunikasi dan bermain dengan memberikan pertanyaan kepada mereka. Tak terasa kelima anak itu pun menerima kehadiran bu Hung. Sang guru yang masih mengajar di TK tersebut kemudian datang tiba-tiba ketika mengetahui aksi bu Hung pun segera menghentikan dan mengusirnya. Bu Hung pun pulang dan tidak banyak berbuat.

Keesokann hari, ia menemui bagian pendidikan di daerah itu. Yang sekaligus juga mendaftarkan dirinya sebagai kepala sekolah dan staf pengajar. Dan ia sama sekali tidak keberatan harus mengajar tiga kelas sekaligus, meskipun dengan bayaran yang sangat murah. Ya, kelima murid baru Hung itu menduduki kelas yang berbeda, namun karena hanya mereka yang tersisa dari sekian banyak murid TK Yuen Tin, maka mereka pun belajar dalam satu ruangan.

Setelah ia diterima, bu Hung pun  memperkenalkan dirinya kepada kelima bocah lucu sebagai kepala sekaligus pengajar yang akan menemani mereka. Mulai dari situ, kedekatan di antara mereka pun terjalin secara perlahan. Bahkan sang kepala sekolah yang cantik tersebut setia menunggu kelima gadis di depan gerbang setiap jam sekolah. Tujuannya ialah ingin menyambut hangat kedatangan kelima muridnya, sekaligus untuk mendekati wali murid. Dengan seperti itu, satu per satu informasi dari kehidupan bocah polos pun diketahui oleh bu Hung.

Kita mulai dari perempuan polos bernama Siu Suet. Bocah berambut ikal yang hidup bersama sang ayah yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Sang ayah atau Ho bekerja sebagai pencari besi bekas. Sementara ibu Siu Suet pergi menghilang bersama sang kakak dan tak pernah kembali lagi.  

Siu Suet dan pak Ho itu hidup sangat serba kekurangan. Saat tuan Ho sakit, putri tercinta yang menggantikan pekerjaanya sebagai pencari besi. Tidak hanya menggantikan pekerjaan sang ayah, bocah berambut ikal itu juga melakukan pekerjaan rumah untuk melayani kebutuhan tuan Ho.

Untuk bisa menyelesaikan pekerjaan, ia juga menggunakan cara yang unik; misalkan untuk bisa memasak, Siu suet harus dibantu oleh bantu alat peninggi yang terbuat dari balok untuk membantunya bisa memasak di kompor gas. Karena memang ukuran badan Siu Suet yang masih anak-anak sehingga sedikit menyulitkan untuk bergerak. Bu Hung sempat kaget dan teriris melihat kesabaran dan kegigihan mutiaraya itu untuk berbakti kepada sang Ayah.

Berikutnya Lo Ka Ka. Anak yang satu ini merupakan yang tertua dari kelima anak yang tersisa. Dan tahun ini adalah kelulusannya dari TK Yue Tin. Lo Ka Ka memiliki kehidupan yang sangat tragis. Di usia yang masih anak-anak ia sudah dihadapkan pada permasalahan kedua orangtua yang seringkali bertengkar di depannya. Sang ayah atau Le Keung sering kali meluapkan emosi pada sang ibu. Perubahan sikap ayahnya karena dampak dari kecacatan yang dialami. Tuan Le Keung harus menggunakan kaki palsu, sementara tuntutan hidup membuat dirinya tak bisa berbuat banyak. Karena kebiasan orangtuanya itu, Lo Ka Ka kadang tidak masuk sekolah agar bisa menjadi penengah dari perkelahian mereka “Aku tidak ingin kehilangan mereka berdua” itu jawaban Lo Ka Ka ketika ditemui bu Hung di rumahnya karena tidak masuk sekolah.

Anak yang Ketiga bernama Chu-Chu. Anak yang paling imut dan lucu ini tidak seberuntung anak lainnya. Ia menjadi yatim piatu setelah kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan. Bibi Ho yang merupakan sepupu dari orangtunya mengadopsi Chu-Chu. Kebetulan bibi Ho juga tinggal sendiri dan bekerja sebagai pekerja di restoran Cina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun