Cerita bu Siti Laela pun berlanjut bahwa batik betawi sudah ada sejak tahun 60-an, dimulai dari ibu-ibu yang pada saat itu selain bertani juga membatik. Pada tahun tersebut, batik betawi lebih dikenal dengan batik Jakarta yang memiliki motif bintang, buketan, dan lainnya. Tapi sayang, pada tahun 70-an batik betawi tersebut menghilang dari permukaan. Â Dan sebagai warga betawi, ia merasa miris kalau warisan nenek moyangnya tenggelam ditelan bumi.
Salah satu yang menjadi kegelisahan wanita pencinta budaya tersebut adalah untuk mendapatkan bahan baku dari batik betawi menurut bu Siti Laela terbilang sulit. Ia malah harus mengambil dari pekalongan supaya bisa memenuhi pesanan batik yang setiap harinya dihasilkan. Bahan-bahan tersebut bermacam-macam, mulai dari katun prima, katun primisima, dan sutera.
Untuk harga, batik cap kisaran 125-300 ribu per potongnya. Biasanya kalau yang 125 ribu untuk yang satu warna, sedangkan 300 ribu untuk yang tiga warna. Sementara batik tulis bisa seharga 350 ribu sampai satu I juta disesuaikan dengan bahan yang diinginkan. Jadi masih bisa dibicarakan dengan kantong. Hitung-hitung sekalian membantu melestraikan budaya, meskipun harus mengeluarkan kocek yang lumayan berat.
[caption caption="Kecantikan batik betawi terogong yang berpadu dengan ragam budaya betawi. Dok. Pribadi"]
Terakhir, Bu Siti Laela pun menerima dengan senang hati bagi siapa pun yang belajar membantik di sanggarnya. Tidak perlu membayar, siapa pun bisa belajar dengan cuma-cuma. Semua yang dilakukan oleh Bu Siti Laela semata-mata bukan untuk mengais rupiah, namun lebih dari itu ia menginginkan Batik Betawi Terogong menjadi tuan rumah di Jakarta. Ia ingin semua orang tahu, masyarakat Jakarta, terutama untuk masyarakat betawi sendiri bahwa batik juga menjadi warisan bagi warga betawi yang sudah sepatutnya dilestrikan dan dijaga bersama-sama.
Mari kita lestarikan batik sebagai warisan budaya yang mewah. Dukung batik betawi terogong sebagai tuan rumah di tanah Jakarta.
[caption caption="Menu makanan istimewa, ayam kaliasin. Dok. Pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H