Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kecantikan Pulau Tikus di Tanah Raflesia

30 Juli 2015   00:13 Diperbarui: 4 April 2017   17:30 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang hendak berkunjung ke sini tidak perlu ragu soal kenyamanan. Pengunjung akan merasakan kebebasan berkeliaran di daerah tersebut. Tidak ada binatang buas, kecuali buaya darat sama kucing garong. He-he. Tidak ada aksi copet yang beraksi dan lainnya. Semuanya akan baik-baik saja.

Beragam pohon tumbuh subur, bahkan kelapa segar dan ukuran pohon yang pendek berjajar di sekitar pulau. Jadi kita bisa berteduh apabila merasa kepanasan. Selain itu, ada juga mercusuar jika para pengunjung hendak menyaksikan keindahan laut dari atas. Atau ingin mengabadikan momen di sana. Cukup membayar 10 ribu saja, pengunjung sudah bisa mendapatkan kesempatan tersebut.

Kehadiran saya dan teman-teman di Pulau Tikus tidak berlangsung lama. Sesuai dengan perjanjian yang telah kami sepakati dengan pemilik kapal, bahwa akan melakukan perjalanan satu hari saja. Tidak menginap. Perjalanan yang dimulai dari jam 8 itu berakhir sampai jam 4 sore. Keebtulan teman saya yang sudah membicarakan hal ini kepada sang pemilik kapal. Mungkin bagi yang hendak merasakan suasana malam di pulau tersebut, bisa langsung membicarakannya kepada pemilik kapal. Karena mereka sudah lebih paham terhadap medan tersebut.

Menurut sebagian orang yang pernah bermalam di pulau tikus, pada malam hari garis pantai Pulau Tikus adalah tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau. Jika beruntung akan menyaksikan aktivitas mereka yang terbilang langkah tersebut. Cuma saya dan teman-teman tidak bisa karena aktivitas kita berbeda-beda. Apalagi kami melakukan perjalanan tersebut di hari Minggu, dan di hari senin-nya sudah ada kegiatan masing-masing.

Selain bisa merasakan rona keindahan pulau ini dengan foto-foto, pengunjung juga bisa menyalurkan hobi memancingnya loh... Soal ikan, jangan ditanya. Pulau tersebut sangat dijaga dari para pencuri, kecuali para pengunjung. Tentu tidak apa-apa kalau dipancing. Selain tidak akan mengurangi jumlah ikan dalam jumlah banyak, terumbu karang yang ada pun tidak terganggu. Ditambah lagi ikan di Bengkulu begitu melimpah. Pasti mudah mendapatkan ikan-ikan yang bersembunyi di sela-sela terumbu karang.

Kemudian bagi penikmat laut bisa melihat keindahan dan pesona di dalam air. Ada pemberi jasa angkut yang menawarkan snorkeling. Tentu harus merogoh kocek yang lumayan. Jika jasa penyewaan kapal hanya 100 per orang, ditambah dengan snorkeling, maka bisa bertambah hingga 250 ribu. Mahal, Cuma tidak akan rugi menurut saya. Malah saya pribadi merasa rugi tidak bisa menikmati keindahan dalam laut. Kalau dihitung-hitung budget  yang mesti dikeluarkan kisaran 300 ribu beserta menikmati sebuah kelapa segar yang dipetik langsung oleh penunggu pulau tersebut, bukan dedemit ya.., ha-ha

[caption caption="Laut nan biru merona beserta pasir putih. It's amazing"]

[/caption]

Nah ini yang paling penting! Bagi para pengunjung yang punya rencana ke sini, sebaiknya merencakan kepergian di saat cuaca aman. Kalau badai berabe urusannya. Bisa-bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Saya saja yang pulang saat ombak besar sudah khawatir. Berapa kali kapal kayu yang saya tumpangi bersama teman-teman dihantam ombak. Memang mendebarkan, tetapi ada kesan seru dan mengasyikan. Jujur, ini pengalaman yang tak akan pernah bisa dilupakan.

Saya sarankan juga untuk membawa bekal sendiri. Sepanjang perjalanan tidak ada penjual makanan dalam bentuk apapun, apalagi kalau sudah di pulau. Yang ada hanya penjual kelapa saja. Selama di Pulau Tikus, saya berharap pengunjung tidak membuang sampah sembarang, terlebih lagi yang membawa makanan sendiri. Ada baiknya sampah dibawa pulang lagi. Kan di pulau kecil seperti itu tidak ada jasa pengangkut sampah, paling tidak membantu pemerintah menjaga kebersihan pulau tersebut. Kalau pun tidak mau, mungkin bisa menyewa jasa nelayan. Intinya jangan mengotori keasrian dan keindahan Pulau Tikus.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun