Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencetak Jiwa Penulis Sejak Dini, Bentuk Investasi Peradaban

4 Januari 2015   23:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:49 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_363097" align="aligncenter" width="432" caption="Dok. http://www.kesekolah.com/"][/caption]

Semakin maju zaman, semakin modern pula cara hidup manusia. Terkadang, karena kemodernan itu membuat kita tidak berpikir hati-hati memikirkan masa depan. Akibatnya menjadikan kita harus mengikuti alur yang ada. Atau ada juga yang bisa tetap berdiri kokoh dengan prinsipnya. Tidak jadi masalah akan hal demikian, karena sesungguhnya yang menjadi tolok ukur adalah manfaat apa yang didapatkan dari setiap tindakan itu. Jadikan hal demikian sebagai pembelajaran untuk Anda, karena di balik itu semua, ada hal yang patut kita pikirkan, yakni mengenai anak. Anak adalah generasi dari diri kita, sebagai orangtua. Bisa dibilang, dia adalah foto copy dari kedua orangtuanya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya sebagai orangtua mencetak anak menjadi sesuatu hal yang mampu berumur panjang, jelas bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Apa itu? yakni menghidupkan jiwanya untuk mencintai menulis sejak dini.

Ada sebuah statement yang membuat saya berpikir seribu kali tentang keberadaan saya saat ini, bunyi seperti ini “Karena kita hidup di zaman inovasi, pendidikan praktis yang menyiapkan orang untuk pekerjaan yang belum eksis dan belum dirumuskan secara jelas.” Kalau saya tidak salah, ucapan itu milik Peter Drucker. Nama aslinya Peter Ferdinand Drucker. Ia adalah seorang penulis, konsultan manajemen, dan "ekolog sosial." Ia sering disebut sebagai bapak "manajamen modern."

[caption id="attachment_363098" align="aligncenter" width="256" caption="Dok. http://3.bp.blogspot.com/"]

1420360988499241349
1420360988499241349
[/caption]

[caption id="attachment_363099" align="aligncenter" width="336" caption="Lihat perpustakaan Peter Drucker. Dok. http://www.cgu.edu/"]

1420361052778871177
1420361052778871177
[/caption]

Terlepas dari seorang Peter Drucker, meskipun saya masih remaja, umur baru 20 tahun, tetapi bagi saya itu adalah rancangan yang tepat untuk meniti masa depan. Jelas, tidak perlu menanyakan apa yang dimaksud oleh Peter Drucker, kecuali menjadi penulis. Pekerjaan yang belum eksis dan tidak ada persyaratan mutlak yang tidak bisa dilengkapi oleh kita. Hanya saja, kita butuh kesungguhan untuk melahirkan kecintaan menulis, terlebih lagi bagi yang sudah punya anak, untuk diajak sejak usia dini. Karena hal itu adalah bentuk investasi yang abadi, terkhusus bagi diri saya sendiri.

Investasi peradaban

Orang-orang besar terdahulu dan sekarang, keberadaan mereka terus tercium karena ada pusaka yang mereka tinggalkan. Jejek itulah yang menyebabkan mereka hidup sepanjang masa. Mungkin kalau pusaka yang mereka investasikan tidak ada, mungkin kita tidak akan mengenal tokoh-tokoh hebat seperti; Ibn Sina dengan, Al-Ghazali, Buya Hamka, Tan Malaka, Hasyim Ashari, dan siapa pun yang Anda kenal melalui karyanya. Dan mungkin bisa jadi, Anda sekarang sedang mengalami hal yang sama. Dan tidak menutup kemungkinan, setelah Anda pergi meninggalkan dunia nyata, nama Anda akan tetap ada. Inilah yang saya maksudkan sebagai Investasi peradaban karena selain Anda, karya Anda pun akan menghiasi kehidupan selanjutnya, meskipun tanpa Anda. Orang akan berkaca, dan bisa jadi mengikuti sekaligus menelurkan karya yang sama dengan Anda. Untuk itu, mengajarkan menulis pada anak sejak dini, artinya sedang mengajarkan berinvestasi untuk masa depan anak pula.

[caption id="attachment_363100" align="aligncenter" width="445" caption="Buya Hamka. Dok. http://2.bp.blogspot.com/"]

1420361279574894635
1420361279574894635
[/caption]

[caption id="attachment_363101" align="aligncenter" width="220" caption="Baby yang paham. Dok. http://www.tigaraksa-educationalproducts.com/"]

14203614681303059679
14203614681303059679
[/caption]

Waktu yang tepat, jika menulis diajarkan sejak dini karena anak terbilang sangat mudah menangkap soal pengetahuan baru, khususnya yang berhubungan dengan imajinasi dan lainnya. Ketika masih kecil, imajinasi anak itu bisa dibilang aneh-aneh, menurut kita yang dewasa, tetapi itu sebenarnya ide brilian yang tidak pernah ada. Hal itu mungkin pernah saya alami, begitu pun dengan Anda ketika dalam masa yang sama. Nah, kesempatan inilah yang secara cepat harus dimanfaatkan untuk dituangkan melalui tulisan.

Bagi orangtua, terkadang ada yang mesti diajarkan sejak dini, meskipun itu bukan akhir dari segalanya. Maksud saya, orangtua harus mengambil stimulus atau ancang-ancang masa depan yang mungkin berguna bagi anak di masa yang akan datang. Apa yang saya maksud adalah mengajarkan anak menulis sejak dini. Mengapa menulis sangat urgen untuk dipikirkan dan dijalankan? Ini ada beberapa hal yang menurut saya menjadi pertimbangan yang pantas untuk dilihat ke depannya nanti.

Menulis membuat anak lebih brilian

Sebagai orangtua, hendaknya memiliki pengertian serta pandangan bahwa menulis tidak hanya mampu merangkai kata saja, tetapi tanpa disadari, menulis juga mampu menciptakan kecerdasan yang majemuk (multiple intelligence).

Hasil penilitian dari Gerald Grow menunjukkan bahwa dalam kegiatan menulis terdapat ukuran-ukuran, termasuk detailnya. Ada pula kecerdasan interpersonal, yang tercermin pada tulisan yang sensitif terhadap perasaan orang lain (empati) dari sudut penulis. Selain itu, terdapat kecerdasan bahasa, yakni kemampuan bertanya dan menjawab tentang sebab dan akibat proses terjadinya sesuatu dan mengolah kata-kata.

Kemudian, kecerdasan logika akan juga menyeret anak mampu berpikir sistematis. Lalu, kecerdasan naturalis, yakni mengenali sifat-sfiat benda alam dan peka dalam mengamati alam. Tak ketinggalan pula kecerdasan visual-spasial/ruang, yakni kemampuan mempersepsikan apa yang dilihat. Nah, itulah hebatnya ketika anak diarahkan untuk mencintai aktivitas menulis.

Masalah yang menyerang, apa yang mesti disalahkan?

Permasalahnya apa yang kadang membuat anak sulit menjalani aktivitas ini? Menurut saya, bukan masalah dari anak yang seutuhnya merusak niat baik orangtua, tetapi karena kita sebagai orangtua kadang tidak bisa mencari cara bagaimana membuat aktivitas menulis itu menjadi sesuatu yang dicintai anak. Karena dalam menulis, anak harus diperkenalkan dengan sesuatu yang mampu membuatnya senang ketika menjalani dunia menulis ini. Adakah cara yang mampu membuat anak bisa menyenangi aktivitas menulis? Ada, tetapi saya tidak menjamin itu adalah 100% ampuh, tetapi saya rasa patut untuk dicoba. Apakah metode itu? Metode ini dikenal dengan BioWriting.

BioWriting adalah Ditinjau dari arti katanya, “Biowriting” terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan writing. Bio berasal dari bahasa yunani “bios” yang berarti hidup, sedangkan “writing” berasal dari bahasa inggris yang berarti menulis. Sehingga dalam hubungannya, seperti yang dikutip oleh Olivia (2012:1) menyatakan bahwa metode biowriting adalah metode yang digunakan untuk mengasah kepandaian anak melaui kegiatan menulis kreatif dan bereksperimen dengan kekuatan kata-kata. Ini merupakan metode yang dipakai untuk mempercepat kemampuan anak dalam menulis, bertujuan agar di usia dewasa bisa menulis dan mengekspresikan pemikiran melalui tulisan dengan lancar.

Apa yang diajarkan dalam metode ini?

Mengacak-acak kata untuk mengasah kecerdasan kata

Dalam metode ini sebetulnya tidak ada penjelasan yang signifikan yang memberikan secara gambalng seperti apa itu metodenya yang pakem untuk dituruti secara sistematis. Pada dsarnya hal ini sama saja pada buku-buku menulis yang Anda pernah baca. Hanya saja, dalam metode ini diberikan maksud dan tujuan dari konsep yang diangkat, dalam hal ini mengenai BioWriting itu sendiri.

Konsep ini memberikan langkah bagaimana menyusun kata-kata berdasarkan kegiatan visual anak dengan meletakan dasar penulisan yang bebas. Anak bebas menuliskan kata apa saja yang hendak ditulisnya. Hal ini dimaksudkan agar anak bisa menyelami dunia menulis dengan nyaman nantinya. Dalam hal ini juga, anak diberikan beberapa gambar yang dapat memacu ide dan imajinasi. Mungkin bagi orangtua, bisa membeli gambar-gambar yang anak sukai, kemudian memintanya menuliskan apa yang ditangkapnya mengenai gambar tersebut. Intinya dalam konsep ini adalah anak dibuat sebebas mungkin untuk berenang dalam dunianya, yang nantinya bisa membawa anak pada kecintaan menulis hingga tumbuh jiwa itu secara kesadaran. Artinya menulis bisa menjadi sebuah hobi sekaligus kebutuhan yang menunjang hidupnya.


14203618031811102034
14203618031811102034
Permintaan anak di masa depan. Dok. http://1.bp.blogspot.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun