Kapribaden (bahasa Jawa) bukanlah tentang kepribadian, bukan juga tentang sifat-sifat dan watak yang ada dalam diri seseorang, tetapi tentang laku spiritual mengenal diri sendiri sebagai seorang manusia, menuju laku kesempurnaan, manunggaling kawulo gusti.
Dalam laku spiritual ini, Kapribaden memiliki sarana untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Gusti Ingkang Moho Suci (Tuhan YME) melalui laku panca ghaib, yakni kunci, asmo, mijil, paweling, dan singkir.
Apakah Jokowi melakukan ritual ini? Tidak ada yang tahu, tapi bisa kita lihat dari perilaku, sikap, dan tindakan dalam kesehariannya.
Pertama, sikap dan tindakan Jokowi selalu peduli dengan orang lain. Misalnya, sebagai presiden, kebijakannya yang memprioritaskan keadilan dan kesejahteraan membuat ia begitu dicintai rakyatnya. Rakyat melihatnya sebagai presiden yang menyenangkan, presiden yang dipandang bisa mengerti keinginan hati rakyatnya.
Kedua, sebagai seorang pemimpin, apa pun yang diucapkan Jokowi selalu membuat tenteram yang mendengarnya. Rasa optimisme yang selalu disampaikan, baik saat berbicara maupun saat berpidato, membuat rakyatnya bersemangat untuk membangun negerinya yang lebih baik. Ia menyampaikan harapan, bukan kepunahan.
Ketiga, menepati janji, baik ucapan maupun perbuatan. Inilah kewajiban pemimpin. Jokowi telah membuktikannya, baik sebagai pemimpin keluarga dengan kehidupan rumah tangganya yang rukun dan harmonis. Pun sebagai presiden, Jokowi telah menepati janjinya untuk merealisasikan keadilan di seluruh pelosok negeri.
Tiga perilaku keseharian Jokowi ini, baik sebagai pribadi maupun presiden, dalam ajaran Kapribaden, merupakan ciri dan contoh laku seorang Putra Romo. Putra Romo adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Ia menjadikan laku hidupnya untuk kemaslahatan bagi sesama. Ia juga berbagi ketulusan dan welas asih kepada alam semesta.
Bagi orang awam, Jokowi hanya dilihat lahiriah semata. Maka tidak heran dari mereka ini mudah muncul kebencian, fitnah, dan hoaks.Â
Sebutan seperti Jokowi dungu, Jokowi kafir, Jokowi antek aseng, dan presiden boneka akan terus muncul dari orang-orang seperti ini. Mereka mengagungkan 'akal sehat', tetapi otaknya cacat dalam memaknai hidup.
Lalu bagaimana Jokowi melawan kebencian, fitnah, dan hoaks yang terus menyerangnya seiring makin dekatnya Pilpres?
Dalam salah satu postingan di akun Instagram-nya, Jokowi mengatakan, segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap, lembut, dan sabar. Inilah lelaku Kapribaden yang selalu dijunjung tinggi para putra romo.