Mohon tunggu...
Didik Fitrianto
Didik Fitrianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mencintai Laut, Lumpur dan Hujan

Terinspirasi dari kata-kata ini "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tiga Alasan Indonesia Menjadi Target Serangan Teroris

25 November 2015   11:04 Diperbarui: 26 November 2015   18:18 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gerombolaan ISIS Indonesia"][/caption]

Serangan teroris di Perancis kemudian disusul serangan di Lebanon dan Mali menjadi bukti nyata tindakan terorisme tidak mengenal waktu, tempat dan negara, setiap saat bisa terjadi, dan tidak menutup kemungkinan gerombolan pengecut tersebut juga membuat serangan di Indonesia. Bagi para teroris, menyerang negara-negara yang memiliki keamanan tingkat tinggi seperti Amerika, Rusia, dan Perancis adalah sebuah prestasi terbesar dikalangan teroris. Pertanyaannya apakah Indonesia akan menjadi salah satu negara yang akan diserang teroris? Sangat mungkin, karena Indonesia merupakan salah satu destinasi jihad favorit bagi kaum militan. Apalagi pasca serangan bom Bali, mereka selalu gagal untuk melakukan serangan yang berskala besar dan mematikan. Keberhasilan ISIS menembus jantung kota Paris menjadi pemantik semangat mereka untuk melakukan aksi mematikan di bumi Indonesia tercinta kita ini, berikut tiga alasan kuat mengapa Indonesia menjadi target serangan teroris pasca Perancis

1. Indonesia Darurat Wahabi

Pelan tapi pasti Indonesia menjadi ladang subur pendakwa kaum wahabi, dengan dukungan infrastruktur dan pendanaan yang kuat mulai dari pembangunan mesjid, siaran televisi, radio, penerbitan majalah, jejaring sosial, kampus, dan ormas mereka dengan mudah menyebarkan keyakinannya bahwa mereka adalah Islam yang paling benar. Salah satu ciri khas dari gerakan ini adalah memonopoli kebenaran dengan menyesatkan dan mengkafirkan keyakinan umat Islam yang ada di Indonesia.  Massifnya gerakan mereka membuat umat Islam di Indonesia terperdaya dan memberikan dukungan. Salah satu ‘jualan’ mereka yang laku keras adalah gerakan untuk membubarkan Syiah di Indonesia, bagi kaum wahabi beserta anteknya Syiah bukan Islam,  sesat dan harus dihancurkan. Untuk kasus ini mereka sudah berhasil meracuni walikota Bogor untuk membubarkan kegiatan Asyura.

Menganggap demokrasi itu haram dan  pemerintah RI thogut juga menjadi materi dakwah yang terus menerus mereka lakukan, dengan propaganda penerapan syariat Islam memudahkan mereka mencuci otak umat dan mendapatkan banyak dukungan. Selain itu gerakan intoleran juga mereka kampanyekan untuk menebar kebencian, memecah belah umat dan meneror pengusung Islam moderat. Pembiaran dan ketidakmampuan membendung gerakan ini akan menjadi celah dan dimanfaatkan para teroris untuk melakukan serangan, merekrut martir hidup, dan mendapatkan tempat perlindungan karena secara prinsip, keyakinan dan kepentingan mereka  telah disatukan. Fakta membuktikan aksi terorisme dan kekerasan banyak dilakukan oleh gerombolan seperti ini yang selalu mengatasnamakan Islam.

2. Simpatisan Teroris Menggurita

Konflik Suriah menjadi momen kebangkitan kaum militan di Indonesia setelah 10 tahun terakhir tertidur dan saat ini mereka sudah beranak-pinak melalui ormas-ormas radikal. Konflik Suriah yang sejatinya tidak ada sangkut-pautnya dengan Indonesia mereka manfaatkan sebagai bahan bakar untuk menyulut semangat kaum militan bangkit kembali dan melakukan perlawanan, baiat kepada Imam Abu Bakar Al bagdadi sebagai khilafah ISIS pun sudah mereka lakukan. Pawai unjuk kekuatan para pendukung ISIS di Jakarta maupun di beberapa daerah juga sudah dilakukan, tidak hanya itu keberangkatan para jihadis Indonesia ke Suriah terus bertambah, data dari BNPT menyebutkan sudah 300 lebih jihadis Indonesia saat ini berperang di Suriah. Fakta tersebut memberikan gambaran bahwa sel-sel teroris semakin menggurita dan akan menjadi  ‘bom waktu’ yang setiap saat bisa meluluhlantakkan kedamaian dan persatuan Indonesia.

Simpatisan gerakan Islam radikal di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, peningkatan tersebut ditandai dengan keberhasilan mereka mencuci otak para pelajar, mahasiswa, santri, PNS, kelas menengah perkotaan, dan kalangan professional melalui pengajian dan majelis yang menyebarkan kebencian dan intoleransi dengan janji-janji sebagai umat pilihan, pengikut nabi Muhammad yang kaffah, dan tentu saja iming-iming surga. Survey terbaru dari The Pew Research Center terkait sikap global terhadap ISIS, ada 10 juta orang di Indonesia setuju dengan gerakan biadab ISIS. Survey ini tentu saja tidak mengejutkan apabila kita sering mengikuti perkembangan gerakan Islam di Indonesia, faktanya memang gerakan Islam radikal mendapatkan tempat dan dukungan di Indonesia.

Dukungan para simpatisan melalui gerakan Islam radikal semakin memudahkan mereka melakukan tindakan terorisme di Indonesia. Ancaman terbaru dari kelompok Santoso yang akan meledakkan polda metro jaya dan mengibarkan bendera ISIS di istana negara adalah bukti nyata gerakan teroris sudah mulai membunyikan genderang perang. Ancaman tersebut tidak bisa diremehkan, eksistensi kelompok Santoso menunjukkan kelompok ini memiliki jaringan kuat serta mendapatkan dukungan dan perlindungan dari masyarakat yang bersimpati pada perjuangan yang mereka yakini.

3. Dominasi Ulama Intoleran

Keberadaan ulama yang bisa menjadi benteng paham radikal justru saat ini telah memberikan ruang kepada gerakan radikal untuk menunjukkan eksistensinya, walaupun tidak semua ulama  namun gejala ini menunjukkan bahwa sebagian ulama mulai memberikan dukungan kepada gerakan radikal. Mereka berdakwah dengan tema-tema seperti mengharamkan ziarah kubur, tahlil, maulud nabi, mengharamkan pemimpin non muslim, mengkafirkan dan menyesatkan sesama muslim, yang  memprihatinkan beberapa stasiun televisi nasional memberikan ruang untuk menyiarkan dakwah intoleran mereka. Untuk kasus ini hanya para ulama Nahdatul Ulama saja yang konsisten menolak dan melakukan perlawanan keras model dakwah intoleran tersebut.

Ulama pendukung gerakan radikal biasanya akan bersuara keras terhadap isu-isu seperti toleransi, pendirian tempat ibadah dan pluralisme tetapi akan diam seribu bahasa saat aksi kekerasan dan terorisme terjadi walaupun korbannya dari umat Islam. Sikap diamnya mereka adalah tanda menyetujui aksi tersebut. Ulama intoleran seperti inilah yang saat ini mendominasi kegiatan dakwah di Indonesia. Bahkan ulama-ulama tersebut mengimpor ulama intoleran dari arab untuk melakukan dakwah maupun tablig akbar yang provokatif di Indonesia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para teroris untuk membangun jaringan dan strategi untuk melakukan aksi karena secara tidak langsung sudah mendapatkan dukungan dari para ulama-ulama tersebut.

[caption caption="Tokoh ISIS diundang ke Indonesia"]

[/caption]

Tiga alasan diatas menguatkan mengapa kelompok teroris akan menjadikan Indonesia sasaran serangan berikutnya.  Pernyataan Menko Polhukam Luhut Panjaitan dan beberapa pengamat teroris yang mengatakan bahwa jaringan ISIS tidak bisa menyerang Indonesia adalah pernyataan yang sangat prematur dan serampangan. Faktanya jaringan ini sudah dalam level siaga untuk melakukan serangan mematikan yang tidak akan dibayangkan oleh siapa pun. Jangan bayangkan mereka akan melakukan serangan ke tempat-tempat ibadah. Belajar dari ISIS mereka akan menyasar tempat keramaian dan menargetkan tokoh-tokoh penting di Indoensia sebagai target serangan. Ancaman serangan teroris yang akan menyerang Polda Metro Jaya dan Istana negara hanyalah kamuflase untuk mengacaukan konsentrasi aparat keamanan, target serangan mereka sebenarnya bukan tempat-tempat tersebut.

Indonesia bagi para teroris adalah ‘medan perang’ yang lebih menarik daripada Amerika dan Israel. Indonesia sebagai negara yang beragama Islam terbesar di dunia dan dikenal sebagai penganut Islam moderat sangat bertentangan dengan pemahaman radikal yang mereka anut, untuk itu menjadikan Indonesia seperti Afganistan, Irak, dan Suriah yang penuh konflik dan terror adalah cita-cita mereka. Indonesia yang selama ini dijadikan kiblat negara-negara di seluruh dunia sebagai negara yang menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama secara perlahan sudah digerogoti oleh ormas-ormas intoleran. Ancaman yang sudah didepan mata tersebut tidak bisa diabaikan lagi karena gerakan intoleran dan radikal adalah anak kandung dari terorisme. Pemerintah dengan alat kekuasaannya harus menumpas gerakan intoleran dan radikal yang terus berkecambah merusak sendi-sendi persatuan di negeri tercinta ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun