Ulama pendukung gerakan radikal biasanya akan bersuara keras terhadap isu-isu seperti toleransi, pendirian tempat ibadah dan pluralisme tetapi akan diam seribu bahasa saat aksi kekerasan dan terorisme terjadi walaupun korbannya dari umat Islam. Sikap diamnya mereka adalah tanda menyetujui aksi tersebut. Ulama intoleran seperti inilah yang saat ini mendominasi kegiatan dakwah di Indonesia. Bahkan ulama-ulama tersebut mengimpor ulama intoleran dari arab untuk melakukan dakwah maupun tablig akbar yang provokatif di Indonesia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para teroris untuk membangun jaringan dan strategi untuk melakukan aksi karena secara tidak langsung sudah mendapatkan dukungan dari para ulama-ulama tersebut.
[caption caption="Tokoh ISIS diundang ke Indonesia"]
Tiga alasan diatas menguatkan mengapa kelompok teroris akan menjadikan Indonesia sasaran serangan berikutnya. Â Pernyataan Menko Polhukam Luhut Panjaitan dan beberapa pengamat teroris yang mengatakan bahwa jaringan ISIS tidak bisa menyerang Indonesia adalah pernyataan yang sangat prematur dan serampangan. Faktanya jaringan ini sudah dalam level siaga untuk melakukan serangan mematikan yang tidak akan dibayangkan oleh siapa pun. Jangan bayangkan mereka akan melakukan serangan ke tempat-tempat ibadah. Belajar dari ISIS mereka akan menyasar tempat keramaian dan menargetkan tokoh-tokoh penting di Indoensia sebagai target serangan. Ancaman serangan teroris yang akan menyerang Polda Metro Jaya dan Istana negara hanyalah kamuflase untuk mengacaukan konsentrasi aparat keamanan, target serangan mereka sebenarnya bukan tempat-tempat tersebut.
Indonesia bagi para teroris adalah ‘medan perang’ yang lebih menarik daripada Amerika dan Israel. Indonesia sebagai negara yang beragama Islam terbesar di dunia dan dikenal sebagai penganut Islam moderat sangat bertentangan dengan pemahaman radikal yang mereka anut, untuk itu menjadikan Indonesia seperti Afganistan, Irak, dan Suriah yang penuh konflik dan terror adalah cita-cita mereka. Indonesia yang selama ini dijadikan kiblat negara-negara di seluruh dunia sebagai negara yang menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama secara perlahan sudah digerogoti oleh ormas-ormas intoleran. Ancaman yang sudah didepan mata tersebut tidak bisa diabaikan lagi karena gerakan intoleran dan radikal adalah anak kandung dari terorisme. Pemerintah dengan alat kekuasaannya harus menumpas gerakan intoleran dan radikal yang terus berkecambah merusak sendi-sendi persatuan di negeri tercinta ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H