Mohon tunggu...
Mas Osse
Mas Osse Mohon Tunggu... -

**hobby membaca dan menerjemahkan (terutama cerita-cerita tentang sejarah), traveling (terutama ke tempat2 bersejarah) dan olah raga....\r\n\r\n**penerjemah kelas pemula yang kebetulan menekuni bidang penerjemahan belanda – indonesia, yang di saat sepi order, selalu berupaya mencari bacaan-bacaan, tulisan atau artikel apa saja dalam bahasa belanda untuk dibaca dan diterjemahkan, sebagai salah satu cara untuk lebih memperdalam dan mengasah keterampilan di bidang penerjemahan....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selat Rosenberg, Kisah Sepotong Darmstadt antara Pulau Dullah dan Pulau Nuhu Roa

23 Februari 2016   13:30 Diperbarui: 23 Februari 2016   17:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam ekspedisi itu Von Rosenberg termasuk dalam tim inti bersama beberapa orang penting lain seperti H.D.A.G. van der Goes, Residen Banda yang menjadi pimpinan keseluruhan ekspedisi, kapitein-luitenant ter zee 1e klasse Georg Roijer sang kapten kapal ekspedisi tersebut, H.J.H. Croockewit seorang insinyur pertambangan, ilmuwan yang sebelumnya pernah menjadi peneliti timah di Belitung, dan F.G. Beckman, seorang kapitein infantrie yang bersama dengan luitenant der infanterie H. Tissot van Patot menjadi pimpinan atas volgschip atau kapal pendamping / pengawal dari kapal Etna, yang berisi pasukan militer dan para tukang pengangkut barang yang turut dalam ekspedisi tersebut.

Tugas Von Rosenberg dalam ekspedisi itu adalah sebagai juru gambar dan kartograf. Ia melukis segala hal yang ditemuinya dalam perjalanan tersebut. Wilayah-wilayah utama yang ditelusuri oleh tim ekspedisi ialah pesisir sebelah selatan di sebuah teluk yang akhirnya dinamai Teluk Etna, lalu menuju ke sebelah pesisir utara Papua sampai ke wilayah Teluk Humboldt (sekarang Teluk Yos Sudarso).

Era 1850-1870 an itu adalah momen di mana kunjungan-kunjungan penelitian ke tanah Papua menjadi cita-cita umum bagi banyak ilmuwan Eropa. Hal itu diungkap harian Soerabaiasch Handelsblad terbitan 13 April 1893 yang membawakan artikel berita berjudul “De exploitatie van Nieuw-Guinea” (Eksploitasi Nieuw-Guinea) yang memberitakan tentang rapat umum ke-70 Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap (sebuah perkumpulan ilmuwan Belanda bidang pengetahuan alam), atau pertemuan para insinyur Belanda yang membahas secara umum tentang penelitian dan pengeksplorasian alam di wilayah Papua. Nama Rosenberg pun turut disebut di pemberitaan itu. Dalam artikel itu dibahas juga tentang negara-negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Perancis, Italia, dan Rusia yang dikabarkan turut meramaikan penelitian di beberapa bagian di Nieuw Guinea tersebut.

Pada 2 Februari 1859 Von Rosenberg beralih karir dari militer ke pemerintahan sipil Kerajaan Belanda dengan menjadi ambtenaar (pegawai negeri) bidang geodesische en natuurwetenschappelijke onderzoekingen (penelitian-penelitian geodesi dan ilmu pengetahuan alam). Lalu ia ditugaskan oleh gubernur Maluku saat itu untuk membuat peta Pulau Seram.

Pada 4 Juni 1862 keluar keputusan pemerintah Hindia Belanda ketika itu untuk menambah lebih banyak lagi koleksi bernilai tinggi bidang ilmu pengetahuan dari seluruh penjuru negeri dan dibawa ke Batavia. Atas dasar keputusan itu Von Rosenberg berangkat menuju Ambon untuk dijadikan sebagai pusat kegiatannya. Dari sana ia menyeberang ke Pulau Sulawesi menuju Gorontalo dan wilayah-wilayah lain di pantai utara Sulawesi dan ke sekitar Teluk Tomini pada 1863 dan 1864 untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan benda-benda khas daerah lokal untuk dibawa ke Batavia. Pada 1865 ia resmi jadi warga negara Belanda, tepatnya pada 27 Mei 1865.

Pada Januari 1865 Von Rosenberg memulai penelitian aardrijkskunde (ilmu bumi) ke pulau-pulau wilayah tenggara, yang mencakup Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dll. Saat ia tiba di selat yang memisahkan antara Pulau Nuhu Roa dan Pulau Dullah di wilayah Kepulauan Kei, ia memberi nama selat itu Selat Rosenberg. Perjalanan tersebut berakhir pada bulan Oktober di tahun yang sama.

Di tahun 1866 ia kembali ke Eropa untuk pertama kalinya setelah selama 27 tahun lamanya tinggal di Hindia-Belanda. Pada 28 April 1867 ia menikahi seorang wanita yang juga berdarah bangsawan dari Hessen, Karoline Elisabeth Louise von Breidenbach zu Breidenstein di kota kediamannya, Darmstadt. Setelah mengambil verlof (cuti) selama kurang lebih dua tahun di Eropa, ia kembali menginjakkan kaki di Hindia-Belanda.

Sekembalinya dari Eropa, Von Rosenberg kembali melakukan perjalanan dan penelitian, kali ini ke pulau-pulau Buru, Ternate, Halmahera, Tidore dll. Meski tetap bersemangat dalam bekerja di dunia ilmu pengetahuan, tetapi berhubung ada masalah dengan kesehatannya, ia akhirnya memilih pensiun dan pulang kembali ke Eropa pada 1871. Di kotanya, Darmstadt, ia masih sempat berkarya dan bukunya yang berjudul “Der Malayische Archipel. Land und Leute in schilderungen” terbit di Leipzig Jerman pada 1878. Dalam pembuatan bukunya itu ia dibantu oleh beberapa penulis steno dikarenakan cacat di tangan kanannya yang menyebabkan ia tidak bisa menulis sendiri.

Buku berbahasa Jerman itu berisi rangkuman dari semua perjalanan dan penelitian yang telah dilakukannya selama 30 tahun di Hindia Belanda, sekaligus menjadi pelengkap buku-buku karyanya terdahulu yakni “Reistogten in De Afdeeling Gorontalo” (penerbit: Frederik Muller, Amsterdam, 1865), “Reis naar de Zuidoostereilanden, gedaan in 1865” (penerbit: Martinus Nijhoff, ‘S Gravenhage, 1867) dan “Reistochten naar De Geelvinkbaai op Nieuw-Guinea in de jaren 1869 en 1870” (penerbit: Martinus Nijhoff, ‘S Gravenhage, 1875).

Setelah tiga minggu terbaring sakit, Carl Benjamin Hermann von Rosenberg meninggal di ‘s Gravenhage (Den Haag) 15 November 1888. Sesuai dengan keinginannya sebelum meninggal, lima hari kemudian jenazahnya dibawa ke kota kelahirannya, Darmstadt Jerman, dan dimakamkan di sana. Selain menerbitkan buku-buku, ia juga menulis di beberapa majalah ilmu pengetahuan terbitan Hindia Belanda.

Von Rosenberg memang telah wafat. Tetapi namanya tetap menyertai masyarakat sekitar selat dan menjadi bagian dalam menjalani kehidupan rutin sehari-hari selama bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun