Mohon tunggu...
Mas Osse
Mas Osse Mohon Tunggu... -

**hobby membaca dan menerjemahkan (terutama cerita-cerita tentang sejarah), traveling (terutama ke tempat2 bersejarah) dan olah raga....\r\n\r\n**penerjemah kelas pemula yang kebetulan menekuni bidang penerjemahan belanda – indonesia, yang di saat sepi order, selalu berupaya mencari bacaan-bacaan, tulisan atau artikel apa saja dalam bahasa belanda untuk dibaca dan diterjemahkan, sebagai salah satu cara untuk lebih memperdalam dan mengasah keterampilan di bidang penerjemahan....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selat Rosenberg, Kisah Sepotong Darmstadt antara Pulau Dullah dan Pulau Nuhu Roa

23 Februari 2016   13:30 Diperbarui: 23 Februari 2016   17:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sewaktu memasuki selat tersebut, Von Rosenberg memperhatikan dengan seksama wilayah itu, sekaligus hal-hal yang berkaitan dengannya. Perairannya, yang menurutnya tidak tercantum dalam peta yang dibawanya. Daratan di sekitarnya, yang menurutnya ada yang berbatu karang dan ada pula yang datar. Pemukiman di sekitarnya yang beberapa di antaranya mirip sebuah lukisan. Kemudian ia memberi nama selat tersebut Selat Rosenberg.

“….. Als eene vergoeding voor de veelvuldige vermoeijenissen, die ik gedurende mijnen togt doorstond, heb ik de straat, welke voor mij nog nimmer door een Europeesch reiziger bezocht was, Straat Rosenberg genoemd….”

“Sebagai pengobat rasa lelah berlebihan yang saya rasakan selama dalam perjalanan, saya menamai selat yang belum pernah dikunjungi oleh penjelajah Eropa lain sebelum saya ini, Selat Rosenberg”.

Demikian beberapa penggalan kalimat yang ditulis Von Rosenberg sendiri dalam bukunya yang berjudul “Reis naar de Zuidoostereilanden, gedaan in 1865” (Perjalanan ke pulau-pulau sebelah tenggara, dilaksanakan pada 1865). Dari penuturannya itu, terlihat ia mengklaim bahwa sebelum dia belum pernah ada penjelajah / peneliti Eropa lain yang melintasi selat itu, meski sejarah mencatat ada nama lain seperti Willem Janz yang pada 1602 sudah lebih dahulu mendatangi Kepulauan Kei dan sekitarnya.

Terlepas dari itu, dalam bukunya itu Von Rosenberg juga mengomentari dan mengoreksi beberapa hal yang tertera pada peta yang ia bawa, yang menurutnya ada yang tidak sesuai di peta itu dengan apa yang ia lihat langsung di lokasi. Termasuk tentang selat itu yang menurutnya tidak tercantum pada peta.

Von Rosenberg juga menerangkan bahwa nama “Kei” itu bukan bahasa asli daerah itu, melainkan dibawa oleh pedagang-pedagang dari luar, sedangkan masyarakat setempat memiliki namanya sendiri (di bukunya, Von Rosenberg menyebut dengan kata “Evǎr”, dari yang seharusnya “Evav”). Freddy Renyaan, seorang tokoh olah raga (termasuk dalam tim pelatih sepak bola kesebelasan Persemalra) Kepulauan Kei yang juga gemar menggali sejarah daerahnya itu membenarkan bahwa nama Kei bukan kata asli daerahnya. “Pulau Kei Besar seharusnya disebut Nuhu Yuut dan Kei Kecil Nuhu Roa sesuai dengan bagaimana masyarakat di sini menyebutnya,” ujar Freddy Renyaan yang menambahkan bahwa penyebutan “Kei” dibawa oleh orang-orang Portugis (Kayos = batu-batuan).

Carl Benjamin Hermann “Baron” von Rosenberg lahir pada 7 April 1817 di Kota Darmstadt, sebuah wilayah großherzogzum Hessen, Jerman. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki akarnya di Kärnten, Austria. Ketertarikannya terhadap studi tentang alam dan kisah-kisah antropologi bangsa-bangsa asing didapatnya saat remaja. Saat itu ada seorang pamannya yang berperan penting menumbuhkan dalam dirinya kecintaan yang sangat besar terhadap penjelajahan ke negeri-negeri asing dan penelitian-penelitian terhadap alam yang membuat ia sangat menyukai bacaan-bacaan tentang penjelajahan dunia luar dan naskah-naskah ilmu pengetahuan alam. Dorongan semangat dari pamannya tersebut ternyata sangat berpengaruh pada jalan hidupnya kelak, meski ayahnya, Karl Ferdinand von Rosenberg lebih menginginkan anaknya berkarir di kemiliteran.

Von Rosenberg mengawali pendidikan dasarnya di gymnasium di kotanya yang kemudian dilanjutkan dengan pendidikan di cadettenschool. Ia diperkenalkan kepada bidang studi zoölogie (ilmu hewan) oleh pamannya, Johann Jakob Kaup, yang seorang ilmuwan dan bekerja di museum di kota kelahirannya itu, Hessisches Landesmuseum Darmstadt, dan berencana hendak masuk pendidikan tinggi bidang ilmu tersebut, tetapi oleh karena satu dan lain hal, Von Rosenberg akhirnya memilih mengikuti keinginan ayahnya agar ia berkarir di bidang kemiliteran. Ia pun bergabung dengan tentara groothertogelijk Hessen.

Tetapi ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa karir kemiliteran di sana, yakni pada era sekitar 1830 - 1840-an, kurang memiliki masa depan yang begitu menjanjikan, sehingga ia memilih untuk bergabung dengan kemiliteran Hindia Belanda yang memiliki pusat perekrutan di Harderwijk. Di masa itu Harderwijk memang menjadi salah satu daya tarik bagi sebagian besar pemuda-pemuda berjiwa avonturir di Eropa untuk bergabung dan membawa mereka ke dunia petualangan penuh warna di Hindia Belanda. Ia bergabung sebagai tentara sukarelawan pada bulan Mei 1839 dan pada 23 November di tahun yang sama ia berangkat menuju Batavia. Saat itu ia berusia 22 tahun. Ditambah dengan sikap rajin dan suka bekerja keras, di situ bakatnya sebagai pecinta dunia ilmu pengetahuan alam mencuat.

Pada Oktober 1840 ia mendapat tugas sebagai asisten Dr. Junghuhn yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengadakan perjalanan dan penelitian ke berbagai pelosok Sumatra terutama di Tanah Batak, Kepulauan Nias, Kepulauan Mentawai dll. Setelah selama 16 tahun mengelilingi Sumatra, giliran wilayah nusantara sebelah timur yang menjadi objek penelitian selanjutnya. Oleh pemerintah kolonial, namanya sempat dijadikan sebagai salah satu nama jalan, tepatnya di Siantar, Sumatra Utara.

Pada 1856 Von Rosenberg ditempatkan pada biro topografi militer di Batavia. Dua tahun kemudian, ia ditugaskan sebagai asisten regeeringscommissie (komite / komisi pemerintah) untuk mengunjungi Papua yang saat itu disebut orang dengan Nieuw Guinea. Perjalanan pengenalan wilayah Papua tersebut diberi tajuk “Ekspedisi Etna” mengacu pada kapal uap yang digunakan, gouvernementsstoomer bernama Etna. Ekspedisi ini sangat penting bagi pemerintahan kolonial Belanda karena selain mengadakan penelitian-penelitian etnografi, ilmu alam dan lain-lain, juga dijadikan sebagai penegasan kedaulatan pemerintahan Hindia Belanda di sana, dengan membawa pasukan militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun