Mohon tunggu...
Mas Osse
Mas Osse Mohon Tunggu... -

**hobby membaca dan menerjemahkan (terutama cerita-cerita tentang sejarah), traveling (terutama ke tempat2 bersejarah) dan olah raga....\r\n\r\n**penerjemah kelas pemula yang kebetulan menekuni bidang penerjemahan belanda – indonesia, yang di saat sepi order, selalu berupaya mencari bacaan-bacaan, tulisan atau artikel apa saja dalam bahasa belanda untuk dibaca dan diterjemahkan, sebagai salah satu cara untuk lebih memperdalam dan mengasah keterampilan di bidang penerjemahan....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selat Rosenberg, Kisah Sepotong Darmstadt antara Pulau Dullah dan Pulau Nuhu Roa

23 Februari 2016   13:30 Diperbarui: 23 Februari 2016   17:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Selat Rosenberg. Sebuah perairan di Kepulauan Kei yang memisahkan Pulau Dullah dan Pulau Nuhu Roa. Sudah sekitar satu setengah abad memakai nama seorang putra Darmstadt."][/caption]Sebuah artikel mengenai pesona keindahan alam Kepulauan Kei khususnya seputar Selat Rosenberg, dan latar belakang kedatangan sang pemberi nama selat, Carl Benjamin Hermann von Rosenberg sekitar satu setengah abad lalu. Sumber foto: Koleksi pribadi.

Saat pesawat yang saya tumpangi dari Ambon hendak mendarat di Kepulauan Kei, atau yang oleh masyarakat setempat disebut Tanat Evav atau Negeri Evav, melalui kaca pesawat mata ini serasa dimanjakan dengan indahnya pemandangan fantastis di bawah, yakni gugusan pulau-pulau cantik dihiasi pantai pasir putih dan dikelilingi laut biru, seolah memanggil-manggil untuk dikunjungi. Begitu tiba di darat dan melakukan beberapa perjalanan, lagi-lagi decak kagum muncul demi melihat indahnya pemandangan alam. Kepulauan Kei memang memiliki daya tarik sedemikian rupa hingga tak heran bila banyak penjelajah dan peneliti ternama dunia sejak berabad-abad lalu merasa terpanggil untuk mendatangi dan mengenal lebih dekat tentang apa yang terdapat di sana.

Tak jauh dari pusat Kota Langgur, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara di Pulau Nuhu Roa (juga dikenal secara umum dengan nama Kei Kecil), terdapat jembatan Watdek yang menghubungkan pulau itu dengan pulau di seberangnya, yakni Pulau Dullah (Nuhu Du), tempat Kota Tual berada. Di bawah jembatan Watdek terdapat selat yang bernama Selat Rosenberg. Tak ada hal lain yang terlintas di benak kecuali mengagumi keindahan alam sekitar Selat Rosenberg saat hendak melintas ke Kota Tual. Pulau Dullah dan Pulau Nuhu Roa memang dipisahkan oleh Selat Rosenberg yang menawarkan panorama indah mempesona. Beberapa kapal yang lalu-lalang di perairan tersebut menambah marak suasana. Di pinggiran selat terlihat orang-orang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Anak-anak asyik bermain. Pemilik rumah makan sibuk bersiap-siap untuk menyambut datangnya pelanggan. Taman yang indah dekat jembatan Watdek menjadikan panorama di sekitar situ lebih indah dilihat.
Selain indah, Selat Rosenberg sudah sejak dahulu kala menjadi perairan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitar.

Wilayah di sekitarnya termasuk salah satu wilayah yang dibanggakan masyarakat selain pantai-pantai indah yang dimiliki Kepulauan Kei. Fahry Rahayaan, seorang putra Kei yang bekerja di kantor Pemerintah Kota Tual mengatakan, bahwa Selat Rosenberg ini memang menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kei. Ia memiliki kenangan tersendiri mengenai perairan di selat ini. “Di situ beta pernah berenang dan memancing ikan,” ujar Fahry yang berkeinginan agar wilayah Tual dan kepulauan Kei secara umum bisa dijadikan sebagai salah satu tujuan penting pariwisata di Indonesia.

Pendapat mengenai pentingnya Selat Rosenberg dikemukakan oleh Markus Kalkoy, pria asal Letvuan yang bekerja di kantor Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Ia mengatakan bahwa di selat ini sudah sejak lama dijadikan sebagai tempat pelayaran penghubung antara Kei Kecil dan Kei Besar. Markus pun bercerita banyak tentang selat ini.

“Tepatnya di pelabuhan misi dulu ada kapal bekas (KM Fliper). Hampir tiap sore, saya dan teman-teman mandi di laut, melompat dari kapal, dan berenang di sekitarnya,” ujar Markus bernostalgia tentang masa kanak-kanaknya di sekitar selat tersebut.

“Selain sebagai penghubung, Selat Rosenberg juga merupakan pusat kehidupan bagi masyarakat sekitar. Selat yang memanjang dari lokasi jembatan Watdek sampai Tanjung Amerika di Taar sudah dari dulu menyediakan sumber daya laut yang besar bagi masyarakat sekitar. Ikan, kerang, dan makanan laut lainnya disediakan oleh selat ini bagi masyarakat. Sekarang ini, Selat Rosenberg lebih dimanfaatkan sebagai tempat budidaya rumput laut dan mutiara. Aktifitas nelayan juga tetap masih ada, walaupun tidak seramai dulu,” ujar Markus lagi.

Yang tidak kalah menariknya untuk dibahas adalah kisah-kisah lain yang menyertai selat itu, misalnya tentang siapa sebenarnya Rosenberg itu, yang namanya dijadikan sebagai nama selat yang memisahkan Pulau Dullah dan Pulau Nuhu Roa tersebut. Tentang asal-usulnya dan kiprahnya di dunia petualangan mengunjungi wilayah-wilayah di nusantara yang pada saat itu, yakni pertengahan abad 19, belum banyak diketahui publik luas. Bagaimana nama Von Rosenberg bisa menjadi salah satu nama yang cukup diperhitungkan dalam dunia ilmu pengetahuan pada masanya tersebut.

Nama lengkapnya adalah Carl Benjamin Hermann von Rosenberg, seorang ilmuwan bidang pengetahuan alam dan memiliki keahlian di bidang kartografi. Ia sangat terampil melukiskan segala hal yang ditemukannya dalam setiap perjalanan. Semua karya-karya lukisannya bernilai penting untuk dunia ilmu pengetahuan alam.

Von Rosenberg tiba di selat tersebut pada Agustus 1865 dalam suatu rangkaian misi untuk mencatat dan menggambarkan keadaan alam di pulau-pulau sebelah tenggara Maluku, khususnya di wilayah Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dll. Ia mengadakan penelitian etnologi, untuk mengenali kehidupan masyarakat setempat, adat istiadat, norma-norma yang berlaku, bahasa dan keadaan alam sekitar secara luas, flora dan faunanya dll. Ia tiba di wilayah Kepulauan Kei pada akhir Juli 1865 setelah sebelumnya melakukan penelitian di Kepulauan Aru.

Di Kepulauan Kei, ia lebih dulu tinggal beberapa hari di Larrat, Kei Besar. Setelah itu ia dan awak kapal berlayar menuju Kei Kecil di mana mereka tiba pada malam hari tanggal 7 agustus setelah menempuh pelayaran yang cukup melelahkan sejak pagi hari sebelum matahari terbit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun