cantik
aku memikirkanmu malam tadi
ketika secangkir mocachino menemaniku bersama irama Brian adam
liriknya mengingatkanku tentang kamu
aku mencoba menggoreskan secarik kertas di hadapanku
dengan sesekali kuhisap sebatang rokok dari bibirku yang tidak tipis dan tidak pula tebal
namun warnanya sedikit kehitaman karena efek nikotin yang telah mendarah daging temaniku
dan aku telah merasa berjasa tuk negara karena cukainya
cantik
mungkin perasaan ini tiada bisa aku ungkapkan seutuhnya kepadamu
biarlah bisik dedaunan yang akan mewakilinya
bersama kicau kepodang dipagi hari
secarik puisi ini mungkin sangat sederhana sekali bagimu
namun sejatinya ini adalah ungkapan kejujuran nuraniku tentang sebuah perasaan
tiada sesuatu yang mengada-ada yang tergores dari setiap bait kata-katanya
karena ini adalah ungkapan sebuah metafora kerinduanku kepadamu
achh...
mungkin saja kau akan menganggapnya sebagai sesuatu yang hiperbola
namun setidaknya bukan difemisme yang bla bla bla
aku memang tak bisa mengungkapkan secara antonomasia kepadamu
sebab majasku sangatlah sederhana yang murni lahir dari kejujuran sebuah rasaku
yeahh...
begitulah cantik
puisi ini kugoreskan dari sebuah perasaan yang sedang merasa-rasa
saat bayangmu hadir seketika melalui lirik lagu Brian adam
dan aku...sekali lagi aku merindukanmu disampingku
itu saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H