Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian yang Ditunda

11 Juli 2011   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'' wuahh, mahkluk itu begitu mengerikan, pada berdiri seluruh bulu kuduku.


sesaat aku hanya diam sambil sesekali memandang kearah keluar jendela ruang, namun mahkluk itu terus mentapku, wujudnya tidak pernah aku lihat sebelumnya.

dia membawa tongkat dan cambuk, tak ada tanda-tanda pernah tersenyum sedikitpun dari raut wajahnya.


'' ya Tuhan, siapakah gerangan dia ?!


aku terus bertanya-tanya, mulutku tak henti-hentinya membaca kalimat-kalimat dari ayat suci.


'' ooghh, tidak...tidak, jangan sekarang Tuhan...


sesaat aku teringat dengan segala perbuatanku, dari lokalisasi sampai pinggir trotoar, dan akupun terpikir akan hutang-hutangku yang masih menumpuk.


mahkluk itu terus menatapku, sorot matanya yang berwarna merah mengisyaratkan sebuah pesan kematian, di luar tidak ada siapa-siapa, namun aku teringat akan sebuah cerita, bahwa seekor gagak akan sibuk hilir mudik bila kematian kita telah tiba, namun tak sekalipun aku mendengarnya.


'' si..siapa kamu...?!


sosok itu hanya diam saja, matanya terus menelanjangiku inci demi inci, seolah-olah ingin mencabik-cabik tubuhku yang sedang terkulai lemas diatas pembaringan.

aku mencoba berteriak meminta pertolongan, namun mulutku sepertinya terkunci tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun