Optimisme dalam membangun suatu bangsa harus terus tertanamkan dalam jiwa-jiwa anak muda dan seluruh penduduk indonesia. Meskipun baru sedikit, namun ini akan bernilai positif dan berdampat sangat besar. Ungkapan yang demikian sama halnya ketika kita belajar filsafat, “pada awalnya adalah sebuah biji yang kecil, hingga akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi pohon rindang yang besar dan kuat”. Seperti halnya cita-cita bangsa ini, walaupun saat ini masih sebatas cita-cita, namun dibalik cita-cita tersebut terkandung potensi yang sangat besar untuk berkembang dan tumbuh semakin kuat.
Dibawah inilah beberapa kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh pemuda islam Indonesia untuk terus berkontribusi untuk masyarakat Indonesia yang lebih baik, anata lain;
Pertama, Sabar atas gangguan orang, Allah berfirman –lewat nasehat Luqman ketika menasehati anaknya,
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman/031: 017).
Merupakan suatu keniscayaan, bahkan tidak dapat dipungkiri seringkali seorang da’i/pendakwah ditimpa gangguan perkataaan atau perbuatan yang tidak mengenakan hatinya. Hal itu jangan sampai menjadi penghalang dalam melanjutkan dakwah kepada manusia yang lain. Agar diketahui bahwa para Nabi dan para utusan telah menimpah kepada mereka hal serupa sangat banyak sekali, sementara dia tetap berjalan dalam petunjuk dan jalannya, maka hendaklah bersabar dan mengharap (pahala).
Kedua, mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya, Pemuda muslim adalah yang mereka yang taat kepada Tuhan-Nya. Tidak mendengar perintah agama, melainkan dia yang pertama kali melaskanakannya. Dan tidak juga larangan melainkan dia yang pertama kali menjauhinya. Layak bagi pemuda semacam ini mendapatkan pahala di hari kiamat di bawah naungan Arsy Tuhan-Nya diwaktu matahari sangat dekat panasnya di atas kepada orang-orang.
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW bersabdah: “Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan dari-Nya, Imam yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ketaatan kepada Tuhannya..” (Muttafaq’alaihi).
Ketiga, Penyucian diri, (tazkiyatun nafs). Diantara kebutuhan pemuda muslim, dan kita harus memberi nasehat kepadanya, hendaknya menjadikan dirinya mempunyai waktu untuk penyucian (jiwa). Sehingga dirinya lebih semangat untuk mendidik dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah yang mudah untuk dilaksanakannya seperti qiyamul lail, puasa di hari-hari utama, memperbanyak membaca wirid dan zikir harian. Ini adalah bekal pemuda agar tetap konsisten dalam jalan hidayah Allah SWT. Disertai komitmen sabar dari sesuatu yang diharamkan, menjaga pendengaran dari kemungkaran. Begitu juga anggota tubuh lainnya terjaga dari terjerumus apa yang menjadi marah Tuhan-Nya dan tidak rela dari-Nya.
Diantara yang selayaknya dijaga oleh pemuda muslim pada masalah ini adalah menjaga diri, sebagai realisasi dari Nabi Muhammad SAW. ketika berujar kepada pemuda: “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu semua yang mampu (menikah), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu sebagai perisai.’ (HR. Muttafaq’alaihi).
Kata ‘Al-Baah’ adalah kemampuan biaya pernikahan diantaranya mahar dan nafkah. Dan kata ‘Al-Wija’ adalah perisai, karena puasa dapat melemahkan gejolak nafsu.
Keempat, Berkumpul di sekitar para ulama dan orang-orang sholeh, Allah SWT berfirman,