Mohon tunggu...
J. Shiddiq
J. Shiddiq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Santri UIN Syahidt , jurusan theology. Beberapa kali ngikut sayembara nulis gak pernah lolos edit. Hahaha"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selamat Datang di Baduy Dalam

25 Maret 2016   00:41 Diperbarui: 25 Maret 2016   00:51 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepanjang perjalanan, tiada henti mulut saya bawel menanyakan segala sesuatu sembari menyamakan langkah kaki Mang Saldi yang begitu cepat. Dari mulai gaya hidup, naturalisme, mistisisme, sampai asal usul terpecahnya suku Badui Dalam yang berkenakan kain putih dengan suku Badui Luar yang warna kain pembalut tubuhnya serba hitam. Tidak jarang pula kami menemui lalu lalang manusia sejenis pemandu kami membawa ranting ataupun bibit tanaman. Konon, pemerintah Banten baru saja mendistribusikan bibit pinus untuk ditanam di Badui Dalam.  

Jarak tempuh yang seharusnya menghabiskan waktu 5-6 jam, berhasil kami tempuh dalam jangka waktu 4 jam. Mang Saldi mengantarkan kami menggunakan jalur pintas dengan alasan hari sudah mulai gelap. Dalam sehari Mang Saldi terbiasa melakukan kegiatan naik turun bukit sekitar 3-4 kali. Tak heran, kalau tas carier seberat 80 liter kami terpaksa digendong, karena beliau mendapati napas kami ngos-ngosan. Tidak rugi jasa guider senilai seratus ribu rupiah mendapat feed back keramahan dan kenyamanan yang tiada tara.

***

Rintangan yang menurut kami tidak terbayangkan sebelumnya adalah melewati bukit curam kematian, begitu mereka menjuluki bukit perbatasan daerah Badui Dalam dan daerah Badui Luar. Hujan turun begitu deras. Jarak antara dada dengan tanah yang kami injak hanya satu jengkal telapak tangan. Di sebelah kanan, terdapat jurang yang siap menelan kami kapan saja. Di sebelah kiri, hanya terdapat tanaman semacam puteri malu. Barangkali kalau kami pergunakan untuk pegangan sangat mungkin mereka tercerabut. Air hujan dari atas bukit menggenang melewati tanah merah membuat kami semakin sulit merangkak. Jalanan menjadi semakin licin. 

Yang terpikirkan pada waktu itu, bukan lagi durasi waktu yang harus kutuliskan di buku saku, melainkan bagaimana saya bisa selamat dari rintangan itu. Tidak kuasa menahan rasa takut itu, mataku menangis sambil berpesan kepada Ari, “Ri, gua nyerah, sumpah! Plis Ri. Lu lanjutin aja perjalanan ini sama Mang Saldi, gua milih turun aja”. Sementara Ari men-sugesti diri saya, Mang Saldi tercengang menyaksikan muka pucat cemen pada waktu itu. “Far, sebentar lagi kita sampai tujuan. Kalau kau memilih turun, siapa yang bakal nemenin lu di bawah sono. Hari udah mulai gelap, Far. Ayolah..”. Berkat kemantapan yang ditransferkan Ari, saya berhasil melewati rintangan itu.

***  

Selamat datang dunia tanpa sinyal. Selamat datang kamar mandi sungai. Selamat datang gadis-gadis putih bersih. Selamat datang malam gelap gulita. Selamat datang jamban seluruh alam. Selamat datang kesederhanaan. Selamat datang kopi bergelas mangkuk kelapa. Selamat datang malam yang begitu dingin. Selamat datang mayat-mayat di ladang yang dalam waktu 40 hari ke depan kediamanmu kembali digunakan berladang. Selamat datang manusia ber-kemben dan bersarung putih. Selamat datang dunia tanpa selfie. Selamat datang manusia berkaki lebar. Selamat datang para manusia tangguh.

Ucapan selamat itu, barangkali yang kami representasikan sebagai deskripsi kondisi Badui dalam yang sungguh indah. Ada banyak kemurnian yang laik dilestarikan. Bukan soal benar dan salah, menyimpang atau tidak, islam atau atheis, atau pun jadul atau modern. Yang jelas, masing-masing dari mereka berusaha teguh mempertahankan hunian mereka demi keserasian alam. Mereka lah orang-orang yang sebetulnya menjaga hutan dari penebangan liar dan banjir di hilir. Berterimakasih lah pada masyarakat Badui Dalam.

 To be continue...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun