Mohon tunggu...
Lutfi Pratomo
Lutfi Pratomo Mohon Tunggu... -

"There is enough in the world for everybody's need but it not enough for anybody's greed"--Mahatma Gandhi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pemuda Talang Mamak Penjaga Hutan Adat

26 Februari 2014   05:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjaring dak Bebungkal

Bekata dak Bebaris

Itu Salah Menurut Adat -- (pepatah adat Suku Talang Mamak)

Suara chainsaw begitu riuh mengiringi langkah tegap para pemuda pemberani dari suku Anak Talang yang saat saya temui sedang melakukan patroli, menjaga kelestarian hutan Bukit Fatimah termasuk bagian dari koridor Taman Nasional Bukit Ti­gapuluh ( (TNBT ) kabupaten Indragiri Hulu ( Inhu ), Riau, Indonesia.  Kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera mem­punyai potensi ke­ane­karagaman jenis tumbuhan dan satwa en­demik yang bernilai cukup tinggi.

Di samping merupakan ha­­­­­­bitat harimau Sumatera (pan­thera tigris Sumatrae), tapir (tapirus indicus), ungko (hy­lobates agilis), beruang madu (helarctos malayanus malayanus), sempidan biru (lophura ignita), kuau (argusianus argus argus).

Hal inilah yang menarik minat saya untuk merekam semangat muda mereka menjaga hutan hijau dari perambah hutan. Para pemuda ini berasal dari salah satu dari 9 kebatinan Batang Cenaku suku Talang Mamak yang ada di Kabupaten Inhu yang saat ini wilayah hutannya terancam oleh keberadaan perusahaan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri ( HTI ).

[caption id="attachment_324923" align="alignnone" width="640" caption="Hutan sekitar Bukit Fatimah. FOTO / Lutfi Pratomo"]

1393434260934533736
1393434260934533736
[/caption]

Aan Pardinata, adalah wakil dari kelompok anak muda yang saya temui sedang menjaga keaslian hutan keramat di Bukit Fatimah. Aan adalah gambaran dari generasi penerus yang masih memiliki kesetiaan menjaga hutan yang mereka yakini sebagai sumber kehidupan dan salah satu pilar penjaga keseimbangan ekosistem bumi. Bagi Aan, mitos yang berkembang bahwa di dalam hutan terdapat manusia harimau yang siap memangsa para perusak hutan adalah salah satu upaya menjaga kelestarian hutan. Mitos itu yang ingin tetap mereka pertahankan agar para perusak hutan enggan masuk dan merusak hutan hijau milik mereka.

"Hutan  adalah tempat bermain saya mulai kecil. Kalau hutan ini hancur dijadikan perkebunan sawit, tempat main saya akan hilang. Tidak hanya itu, didalam hutan banyak sekali kehidupan mulai satwa liar, pohon rotan, obat-obatan herbal yang bisa membantu manusia," tegas Aan.

Anak-anak muda ini adalah potret menarik di tengah maraknya proses perusakan hutan untuk kepentingan ekonomis semata. Aan dan kawan-kawannya adalah generasi yang dibutuhkan oleh Suku Talang Mamak untuk mempertahankan wilayah hutan keramatnya dari serbuan para pemodal besar. Suku Talang Mamak merupakan salah satu komunitas adat yang bermukim di Kabupaten Inhu, Provinsi Riau. Suku Talang Mamak memiliki 29 kebatinan yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Batang Cenaku, Batang Gangsal, Rakit Kulim, Seberida dan Rengat Barat. Suku ini berasal dari suku Melayu Tua ( Proto Melayu ) yang di percayai sebagai suku asli Inhu dengan sebutan suku Tuha atau pendatang pertama

Kehadiran Aan dan kawan-kawannya memberi setitik harapan bahwa masih ada penerus para tetua yang memiliki semangat dan kesetiaan menjaga hutan keramat milik suku mereka. Para pemuda ini bahkan rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk menjaga keutuhan hutan keramat. Di tahun 2013 misalnya, kelompok anak muda ini memergoki ada perambah hutan yang masuk ke wilayah yang mereka jaga. Pendekatan persuasive yang dilakukan anak-anak muda ini dapat mencegah terjadinya baku hantam. Hal ini juga membuat pelaku perambah hutan menyadari kesalahannya karena berani mengambil hasil hutan tanpa ijin penduduk sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun