[caption id="attachment_324941" align="alignnone" width="640" caption="Salah satu pemuda adat Talang Mamak meratapi sisa hutan adatnya. FOTO / Lutfi Pratomo"][/caption]
[caption id="attachment_324940" align="alignnone" width="640" caption="Pemuda Suku Talang Mamak. FOTO / Lutfi Pratomo"]
[caption id="attachment_324931" align="alignnone" width="640" caption="Bermain di hutan adat bukit Fatimah. FOTO/ Lutfi Pratomo"]
[caption id="attachment_324932" align="alignnone" width="640" caption="Berada di dalam rumah. FOTO / Lutfi Pratomo"]
[caption id="attachment_324933" align="alignnone" width="640" caption="Kayu sisa penebangan liar. FOTO / Lutfi Pratomo"]
[caption id="attachment_324934" align="alignnone" width="640" caption="Seorang anak suku Talang Mamak. FOTO / Lutfi Pratomo"]
[caption id="attachment_324935" align="alignnone" width="640" caption="Rumah suku Talang Mamak. FOTO / Lutfi Pratomo"]
[caption id="attachment_324714" align="alignleft" width="640" caption="Sekitar hutan adat bukit Fatimah. FOTO / Lutfi Pratomo"]
Oleh Lutfi Pratomo
-- Mengambek dak Memintak
Menyankang dak Betanya
Menjaring dak Bebungkal
Bekata dak Bebaris
Itu Salah Menurut Adat -- (pepatah adat Suku Talang Mamak)
Suara chainsaw begitu riuh mengiringi langkah tegap para pemuda pemberani dari suku Anak Talang yang saat saya temui sedang melakukan patroli, menjaga kelestarian hutan Bukit Fatimah termasuk bagian dari koridor Taman Nasional Bukit TiÂgapuluh ( (TNBT ) kabupaten Indragiri Hulu ( Inhu ), Riau, Indonesia. Kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera memÂpunyai potensi keÂaneÂkaragaman jenis tumbuhan dan satwa enÂdemik yang bernilai cukup tinggi.
Di samping merupakan haÂÂÂÂÂÂbitat harimau Sumatera (panÂthera tigris Sumatrae), tapir (tapirus indicus), ungko (hyÂlobates agilis), beruang madu (helarctos malayanus malayanus), sempidan biru (lophura ignita), kuau (argusianus argus argus).
Hal inilah yang menarik minat saya untuk merekam semangat muda mereka menjaga hutan hijau dari perambah hutan. Para pemuda ini berasal dari salah satu dari 9 kebatinan Batang Cenaku suku Talang Mamak yang ada di Kabupaten Inhu yang saat ini wilayah hutannya terancam oleh keberadaan perusahaan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri ( HTI ).
[caption id="attachment_324923" align="alignnone" width="640" caption="Hutan sekitar Bukit Fatimah. FOTO / Lutfi Pratomo"]
Aan Pardinata, adalah wakil dari kelompok anak muda yang saya temui sedang menjaga keaslian hutan keramat di Bukit Fatimah. Aan adalah gambaran dari generasi penerus yang masih memiliki kesetiaan menjaga hutan yang mereka yakini sebagai sumber kehidupan dan salah satu pilar penjaga keseimbangan ekosistem bumi. Bagi Aan, mitos yang berkembang bahwa di dalam hutan terdapat manusia harimau yang siap memangsa para perusak hutan adalah salah satu upaya menjaga kelestarian hutan. Mitos itu yang ingin tetap mereka pertahankan agar para perusak hutan enggan masuk dan merusak hutan hijau milik mereka.
"Hutan adalah tempat bermain saya mulai kecil. Kalau hutan ini hancur dijadikan perkebunan sawit, tempat main saya akan hilang. Tidak hanya itu, didalam hutan banyak sekali kehidupan mulai satwa liar, pohon rotan, obat-obatan herbal yang bisa membantu manusia," tegas Aan.
Anak-anak muda ini adalah potret menarik di tengah maraknya proses perusakan hutan untuk kepentingan ekonomis semata. Aan dan kawan-kawannya adalah generasi yang dibutuhkan oleh Suku Talang Mamak untuk mempertahankan wilayah hutan keramatnya dari serbuan para pemodal besar. Suku Talang Mamak merupakan salah satu komunitas adat yang bermukim di Kabupaten Inhu, Provinsi Riau. Suku Talang Mamak memiliki 29 kebatinan yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Batang Cenaku, Batang Gangsal, Rakit Kulim, Seberida dan Rengat Barat. Suku ini berasal dari suku Melayu Tua ( Proto Melayu ) yang di percayai sebagai suku asli Inhu dengan sebutan suku Tuha atau pendatang pertama
Kehadiran Aan dan kawan-kawannya memberi setitik harapan bahwa masih ada penerus para tetua yang memiliki semangat dan kesetiaan menjaga hutan keramat milik suku mereka. Para pemuda ini bahkan rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk menjaga keutuhan hutan keramat. Di tahun 2013 misalnya, kelompok anak muda ini memergoki ada perambah hutan yang masuk ke wilayah yang mereka jaga. Pendekatan persuasive yang dilakukan anak-anak muda ini dapat mencegah terjadinya baku hantam. Hal ini juga membuat pelaku perambah hutan menyadari kesalahannya karena berani mengambil hasil hutan tanpa ijin penduduk sekitar.
Para pemuda ini menjadi motor dari adanya upaya mengembalikan hak-hak masyarakat adat Talang Mamak, terutama hak mereka terhadap hutan keramat. Aksi lain yang dilakukan oleh komunitas adat Talang Mamak terlihat dalam bentuk pemasangan plang di perusahaan sawit dan tambang yang beroperasi di wilayah hutan keramat. Pemasangan plang ini adalah bentuk protes mereka agar wilayah dan hak-hak mereka tidak dihilangkan oleh perusahaan tersebut. Beberapa plang yang sudah dipancangkan misalnya di komunitas adat Talang berupa tujuh buah Tangga di PT Regunas Agri Utama (RAU), komunitas adat Talang Pring Jaya di PT Bukit Betabuh Sei Indah (BBSI), komunitas adat Anak Talang di PT Runggu, komunitas adat Batin Tanaku Kecil di PT Tasmapuja, komunitas adat Batin Pambubung di PT Arvena Sepakat dan TNBT, komunitas adat Batin Pejangki di PT Arvena Sepakat dan PT SML.
Selain pemasangan plang, komunitas adat Talang Mamak juga melakukan proses pemetaan partisipatif dalam skala luas. Proses ini adalah upaya kerjasama yang dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara ( AMAN ), Simpul Layanan Pemetaan Partisipatif ( SLPP ) Riau, Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatid ( JKPP ) Bogor dan Samdhana Institut.
"Adanya pemetaan partisipatif merupakan upaya mengembalikan hak-hak suku Talang Mamak atas wilayah adat atau sumberdaya alam yang menjadi wilayah hidupnya," Ujar Ketua DPH AMAN Inhu, Abu Sanar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI