Mohon tunggu...
sahibul kahfie
sahibul kahfie Mohon Tunggu... -

saya adalah mahasiswa program study Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Mataram.

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Menyapa MEA

8 April 2015   12:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:23 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Jika kualitas SDM tidak siap menghadapi MEA maka kita tidak akan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara kawasan ASEAN yang akan membanjiri indonesia

Masyarakat ekonomi asean merupakan turunan dari perjanjian pasca perang dunia ke-II, yang dimana pada pasca perang tersebut terjadi krisis global yang pernah terjadi pada tahun 1929, 1930, 1997, 1998, 2008, sampai pada 2012. MEA merupakan bentuk strategi para kaum kapitalis internasional untuk menjawab kebutuhannya untuk menutupi krisis global di tingkatan para pemodal internasional.

Konsep MEA dicetuskan pertama kali dalam konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 pada tahun 2003 di denpasar Bali. Ketika itu, para pemimpin ASEAN menyepakati Bali Concord II yang memuat tiga pilar untuk mencapai Visi ASEAN 2020, yaitu Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Politik-Keamanan. Alasan lain yang di lontarkan oleh para pemodal adalah menjadikan MEA sebagai pasar Tunggal di wilayah ASEAN, Karean di eropa pun sudah di bentuk pasar bebas dengan nama Masyarakat Ekononmi Eropa (MEE).

Sebenarnya MEA akan di sahkan keberadaannya pada tahun 2020, namun dari hasil pertemuan organisasi internasional seperti WTO menjadi dan yang lain, berdasrkan hasil perjanjian yang di sepakati dengan berbagai macam alasan sehingga MEA di sahkan untuk di terapkan pada akhir tahun 2015.

Kenapa indonesia menjadi tempat perdangangan atau pusat dari pasar bebas tersebut, jelas kiranya Indonesia merupakan negara yang berkembang (negara ke-3) yang memiliki sumber daya alam yang subur pun sumber daya manusia yang masih rendah di bandingkan dengan negara di Asia tenggara

Masyarakat ekonomi asean (MEA) akan berlaku pada akhir tahun 2015, hanya beberapa bulan terakhir indonesia akan menghadapi MEA. Yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana pemerintah mempersiapkan tenaga kerja indonesia melalui pendidikan secara formalnya.

Salah satu tujuan MEA adalah untuk mengintegrasikan perekonomian Asia Tenggara. Untuk itu menjadi keharusan pemerintah untuk mempersiapkan tenaga-tenaga kerja yang mampu bersaing di lingkup Asia Tenggara melalui dunia pendidikan.

Beberapa Persiapan

Salah satu yang harus ditingkatkan adalah kualitas SDM. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tahun 2013 jumlah tenaga kerja pendidikan dasar dan tanpa pendidikan mencapai 35, 88 juta orang. Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) Indonesia juga masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara di kawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam dari sepuluh negara ASEAN. Posisi HDI Indonesia masih dibawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura.

Dua data di atas menunjukkan kualitas SDM Indonesia belum kompetitif. Jika kualitasnya tidak siap menghadapi MEA maka kita tidak akan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara kawasan ASEAN yang akan membanjiri Indonesia. Posisi tingkat manager akan diisi oleh tenaga kerja dari luar sedangkan tenaga kerja Indonesia kebanyakan hanya akan menjadi pembantu rumah tangga atau buruh kasar.

Untuk itu perlu disiapkan pelatihan bidang-bidang kemampuan khusus bagi calon tenaga kerja Indonesia, seperti pelatihan kemampuan penguasaan bahasa terutama bahasa Inggris, bahasa negara-negara ASEAN. Selain itu kemampuan penguasaan bidang teknologi dan informasi, sehingga tenaga kerja Indonesia bukan hanya mampu bersaing di dalam negeri namun juga di kawasan ASEAN bahkan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun