Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mental Guru Perlu Direvisi

15 Maret 2019   14:25 Diperbarui: 15 Maret 2019   14:57 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Para murid yang menjadi pilar utama dunia pendidikan, dalam proses menjadi guru, juga tidak ditanamkan secara kuat dengan nilai-nilai budi pekerti. Nilai-nilai yang diajarkan agama juga tidak mampu menjadi bekal untuk menangkal tindakan penyelewengan dan pelecehan (seksual). Akibatnya, guru menjadi predator seksual, dan preman yang membunuh karakter kepribadian anak didik.

Guru tidak dipersiapkan secara mental untuk menjadi pendidik dan pengajar yang baik, sehingga guru terjebak dalam perbuatan di luar kewajaran sebagai guru. Guru bahkan tidak mampu membedakan secara tegas antara yang baik dan yang buruk; antara memukul dengan maksud mendidik dengan memukul untuk mengungkapkan rasa marah.

Dalam konteks kasus pembocoran soal ujian nasional, guru 'berjuang' meluluskan murid-muridnya melalui cara yang tidak etis. Membocorkan soal ujian nasional dengan intensi meluluskan peserta didik adalah cara tidak etis untuk mengungkapkan niat baik. Dengan demikian, sikap moral yang tegas harus dimiliki oleh guru yang dalam proses "pendidikan menjadi guru" dibekali dengan nilai-nilai moral.

Persoalan etis-moral ini kemudian merambat ke dunia birokrasi. Dunia pendidikan dengan proses yang tidak jujur menghasilkan output (lulusan) yang tidak jujur pula. Korupsi yang sedang merajalela di Indonesia saat ini merupakan dampak makro dari dunia pendidikan yang terlampau menekankan kecerdasan inteketual dan mengabaikan aspek pendidikan budi pekerti.

Keseimbangan aspek intelektual dan aspek budi pekerti menjadi kebutuhan mendesak untuk merevolusi mental pendidikan Indonesia yang bertahun-tahun berada dalam sistem yang (sangat) buruk. Guru harus menjadi sumber daya yang selalu diperhatikan melalui pembekalan jasmani (gaji yang cukup) dan pelatihan serta pembinaan menuju profesionalitas.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun