Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Senangnya Melihat Petani Bangkit

18 Desember 2012   23:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:24 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_222534" align="aligncenter" width="436" caption="foto bareng habis rembuk kemarin [dok.pribadi"]"][/caption]

Meski saya sudah lama mendengar, tapi baru kemarin [18/12], saya berkesempatan mengunjungi PBM [Pusat Belajar Masyarakat] Darul Falah, sebuah media belajar dan berjejaring bagi kelompok petani tembakau di Ponjanan Temor, Bato Marmer, Pamekasan, kabupaten yang paling dekat dengan Sumenep, kabupaten saya. Saya berdua dengan saudara butuh sekitar 1,5 jam untuk tiba di daerah itu.

Kebetulan kemarin para petani sedang kumpul di base camp untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan selama ini. Sambil lesehan di ruang pertemuan yang terbuat dari bamboo, mereka melihat ulang capaian dan dampak dari kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Mereka juga merumuskan kegiatan yang akan dilakukan di tahun berikutnya.

Potret Petani

Di desa yang dihuni sekitar 315 KK ini, menghadirkan beragam masalah yang khas sebagaimana umumnya dialami oleh masyarakat petani, mungkin di daerah manapun di negeri ini. Salah satu masalah yang muncul, keenganaan generasi muda untuk memilih menjadi petani.

Saya kaget ketika membaca data yang termuat dalam profile CLC Darul Dalah yang diberikan pengurusnya. Dari kelompok usia, petani yang kurang dari 40 tahun hanya 21%, 41-50 tahun = 40%, lebih dari usia 50 tahun "tersisa" 37%. Sementara usia produktif mulai dari usia 18-30 tak ada yang menjadi petani. Bisa dibayangkan dalam rentang 10-20 tahun, petani hanya tinggal yang tua, dan kemudian habis sama sekali.

Ini potret petani. Di era rezim neo-liberal seperti sekarang ini, para petani semakin kehilangan daya survivalnya, salah satunya karena memang tak ada kebijakan yang tegas dari Negara dalam melindungi petani. Soal harga saja, para petani seringkali dirugikan. Betul ini era bebas. Tapi membiarkan yang lemah bertarung di era bebas ini, tanpa ada perlindungan Negara, sama saja menyerahkan "ayam" sama "musang".

Saatnya Berjama'ah, Saatnya Bangkit

Di tengah keterbatasan pendidikan para petani [sekitar 64% tidak sekolah], mealui PBM Darul Falah yang berdiri tahun 2011, para petani bangkit. Mereka berhimpun, merapatkan barisan, dan saling belajar dari pengalaman melihat masalah-masalah dan ancaman yang dihadapi mereka serta merajut potensi, kekuatan dan peluang yang bisa dilakukan.

Selama satu tahun masa perjalanan, asa, harapan, dan mimpi sebagian sudah membuahkan hasil. Dari hasil belajar, saat ini mereka memiliki kemampuan melihat masalah dan potensi yang mereka punyai. Memiliki kemampuan mengorganisir diri.

Dan yang membanggakan, mereka telah bergerak jauh dengan memiliki keterampilan membuat pupuk organic [geer dan agen hayati] yang bahan-bahannya ada di sekitar mereka. Para ibu-ibu mengembangkan usaha jahit-menjahit, membuat aneka macam kue, dan memiliki keterampilan membuat jamu herbal, dan saling belajar tentang kesehatan reproduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun