Menjiwai shalat yang difardhukan atas dirinya itu, setiap kali ia mengerjakannya, ia sadar sesudahnya ada shalat yang lain yang akan ia lakukan beberapa saat lagi. Demikianlah ia akan selalu ingat shalatnya. Ia menjalani hidupnya dalam suatu pola yang tak dapat dirubah atau diganti dengan tekad kuat dan jiwa yang suci. Sehingga betapapun lama masa hidupnya secara keseluruhan terasa olehnya seakan-akan singkat mengingat tugas yang dijalaninya hanya memerlukan waktu beberapa saat.
Ritual shalat tersebut adalah cara Allah SWT mengingatkan kita tentang hari akhir. Sehingga kita bisa berkemas dengan bekal yang cukup. Bekal tersebut adalah kebaikan-kebaikan yang dilakukan berdasarkan aturan syari'at-Nya. Bukankah shalat akan menjadikan manusia berakhlak baik dan jauh dari maksiat ?. "Sesungguhnya shalat menghindarkan manusia dari perbuatan keji dan munkar".
Karena hidup ini hanya antara dua shalat atau singkat sekali, padahal perjalanan akan sangat panjang, tentu saja orang yang cerdas akan melakukan atau mengumpulkan bekal untuk perjalanan tersebut. Dalam bahasa baginda Rasulullah SAW orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian. Tentu saja bukan hanya sekedar mengingat tapi konsekuensi dari kematian itu sendiri.
Sekarang terpulang kepada kita, mau menjadi orang cerdas atau sebaliknya. Wallahua'lam bishshawab...
(*ES)
Gubahan al-Walid dalam Majalah Tarbiyah Islamiyah VII/637
Pelembut hati, 37
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H