Mohon tunggu...
Sofyan Siroj
Sofyan Siroj Mohon Tunggu... -

Alumni KMI Gontor dan al Azhar Kairo Mesir silahkan kunjungi www.sofyansiroj.com untuk saling belajar memahami

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hidup di antara Dua Shalat

16 Februari 2014   17:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak sekali yang tidak diketahui oleh manusia di dunia ini. Ketidaktahuan manusia tersebut adalah misteri penuh ketidakjelasan dan teka-teki. Tatkala Rasulullah mengumpulkan para sahabat, lalu membuat garis-garis diatas permukaan pasir. Maka pupuslah semua angan-angan keduniawian para sahabat, mereka lalu hanya menyukai salah satu hal yaitu hidup untuk bertemu dengan Allah Swt atau mati dalam kondisi terbaik menghadap Allah Swt.

Hidup adalah misteri. Jika ahli dunia mengira , bahwa surganya terletak pada materi, wanita dan gedung mewah, maka sesungguhnya:

“Surga seorang mukmin itu terletak pada mihrabnya

Peran shalat dalam peradaban yang rumit ini benar-benar merupakan faktor yang dapat mengubah suasana. Kerumitan berubah menjadi kemudahan, keluhan menjadi ketenangan, permasalahan mendapatkan solusi, penderitaan mendatangkan kebahagiaan, karena dunia ini adalah nisbi sedangkan akhirat adalah kekal abadi.

Allah SWT Maha Tahu, tidak ada satupun yang luput dari pengamatan-Nya. Sering diumpamakan, Allah SWT bisa melihat semut hitam berjalan di malam kelam. Tentu saja pengetahuan Allah SWT melebihi perumpamaan tersebut. Perumpamaan itu hanya menunjukkan betapa Ia Maha Tahu akan segalanya. Sehingga bagi Allah SWT tidak ada yang misteri.

Salah satu misteri tersebut adalah, kapan dan bagaimana ruh meninggalkan jasad kita. Tidak ada yang mampu mengetahuinya, tidak sesuatu atau seorang pun. Suatu kepastian peristiwa tersebut akan dialami oleh segenap makhluk Allah SWT yang bernyawa.

Karena kita akan meninggalkan dunia ini dan masuk ke babak kehidupan berikutnya Allah SWT menyertakan bekal untuk perjalanan berikutnya. Namun banyak manusia yang mengabaikan dan tidak mengambil bekalnya. Padahal perjalanan itu pasti akan dilalui. Bagi yang tidak mempercayai tentang kehidupan sesudah dunia ini, Allah SWT berfirman,

"Kenapa kamu ingkar kepada Allah, dulu kamu tidak ada, kemudian Allah menghidupkan (melahirkan) kamu, kemudian Allah mematikan kamu dan kemudian menghidupkan kamu (membangkitkan) kemudian kepada-Nya kamu kembali” (QS. 2: 28).

Dengan demikian kita tahu bahwa kehidupan ini tidaklah kekal, ia hanya bersifat sementara. Dan sungguh sekejap saja. Kalau kita jeli, hidup ini hanya berada diantara dua shalat ; antara isya dan subuh, antara subuh dan zuhur, antara zuhur dan ashar, antara ashar dan maghrib. Ribath(berjaga-jaga) diantara dua waktu shalat adalah keharusan yang harus kita pahami. Sesungguhnya kita menunggu ajal diantara dua waktu shalat. Kalau waktu menunggunya panjang dan lama, maka kita bisa melakukan aktivitas duniawi kita untuk menunjang kehidupan setelah ajal nanti.

Musthafa Shadiq ar-Rafi’i mengungkapkan:

“betapa besar hikmah Allah yang telah memfardhukan kepada kita shalat ini menjadi beberapa waktu hingga ruh kita tetap berhubungan dengan-Nya. Betapa lemahnya jiwa seseorang bila dibekali dengan ajaran agama, pasti dapat menguasai dirinya, dan menyadari akan kewajiban menyembah penciptanya. Dia berdiri di hadapan Tuhannya, dengan perasaan takut dan mengakui kesalahan dan dosa yang dilakukannya.

Menjiwai shalat yang difardhukan atas dirinya itu, setiap kali ia mengerjakannya, ia sadar sesudahnya ada shalat yang lain yang akan ia lakukan beberapa saat lagi. Demikianlah ia akan selalu ingat shalatnya. Ia menjalani hidupnya dalam suatu pola yang tak dapat dirubah atau diganti dengan tekad kuat dan jiwa yang suci. Sehingga betapapun lama masa hidupnya secara keseluruhan terasa olehnya seakan-akan singkat mengingat tugas yang dijalaninya hanya memerlukan waktu beberapa saat.

Ritual shalat tersebut adalah cara Allah SWT mengingatkan kita tentang hari akhir. Sehingga kita bisa berkemas dengan bekal yang cukup. Bekal tersebut adalah kebaikan-kebaikan yang dilakukan berdasarkan aturan syari'at-Nya. Bukankah shalat akan menjadikan manusia berakhlak baik dan jauh dari maksiat ?. "Sesungguhnya shalat menghindarkan manusia dari perbuatan keji dan munkar".

Karena hidup ini hanya antara dua shalat atau singkat sekali, padahal perjalanan akan sangat panjang, tentu saja orang yang cerdas akan melakukan atau mengumpulkan bekal untuk perjalanan tersebut. Dalam bahasa baginda Rasulullah SAW orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian. Tentu saja bukan hanya sekedar mengingat tapi konsekuensi dari kematian itu sendiri.

Sekarang terpulang kepada kita, mau menjadi orang cerdas atau sebaliknya. Wallahua'lam bishshawab...

(*ES)

Gubahan al-Walid dalam Majalah Tarbiyah Islamiyah VII/637

Pelembut hati, 37

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun