Mohon tunggu...
Puput Emilifia
Puput Emilifia Mohon Tunggu... Lainnya - Blog

Penulis yang berusaha menulis. Punya ribuan aksara pada sekat otak, namun sering kehabisan kata pada ujung jari jari. Mencoba percaya satu hal, penulis akan menemukan pembacanya sendiri. You can meet me at https://ask.fm/PuputEmilifia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Kaki Meja

8 Januari 2016   03:47 Diperbarui: 8 Januari 2016   04:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kaki-kaki berjinjit.

Ujung sepatu Stiletto si wanita dan sepatu berbahan Suede favorit si pria saling memyentuh satu sama lain,

Tidak seperti jari tangan mereka yang enggan terpaut lalu membeku.

 

Sore gerimis itu dibawah kaki meja,

Kaki-kaki kita saling berbisik,

Menyampaikan apa yang tak terucap dari bibir masing-masing yang kelu.

 

Suede: Pernahkah kau berniat meninggalkan saya?

Stiletto : Pernah.

Suede : Kemudian kenapa kau masih disini?

Stiletto : Karna saya lebih berniat untuk tetap tinggal.

 

Penipu. Si pria pemilik kaki bergumam.

 

Gerimis diluar berubah menjadi hujan deras

Sang perempuan dan lelaki tetap terdiam

Mendengarkan kaki mereka berbisik kembali

 

Stiletto : Pernahkah kau lelah menghadapi saya?

Suede : Sering kali iya.

Stilletto : Kemudian kenapa kau tidak pergi?

Suede : Karna saya lebih lelah menghadapi kepergian darimu.

 

Pembual. Si Perempuan pemilik kaki mendengus.

 

Kali ini hujan menjadi deras. Langit menjadi sangat kelabu.

Namun si perempuan dan lelaki itu tak bergeming.

Mereka masih penasaran apa yang kaki mereka bisikkan kembali.

 

Stiletto : Ssstt.... Sepertinya mereka mendengarkan kita

Suede : Perempuan dan lelaki itu? Kau bercanda! Mereka telah mati seluruh panca indera.

Stiletto : Jangan menuduh! Kau tau dari mana?

Suede : Jika tidak mati, kenapa mereka memilih mendengarkan kita berbisik? Mengapa tidak bibir mereka saja yang mengatakannya?

Stiletto : Aku dengar si pria tidak bisa bicara

Suede : Salah! Aku dengar justru si wanita tidak bisa mendengar

Stiletto : Ah, Sudahlah. Yang penting kita tidak seperti itu.

Suede : Kau benar. Untung kita hanya sepasang kaki bukan sepasang manusia.

 

Si wanita dan si pria tercekat mendengarnya.

Kali ini si wanita mendengar suara petir bergemuruh dan si pria memanggil pelayan untuk meminta tagihan dua cangkir kopi yang mereka pesan.

Kemudian kaki-kaki mereka berhenti berbisik.

 

-Puput Emilifia-                                                                                                                                       

 

 

Januari, Bandung

Di sudut meja nomor 13

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun