" opa masih suka menanyakanmu...tapi aku tahu kamu juga sibuk dengan keluarga dan pekerjaanmu " lanjutnya . Aku tersenyum merespon perkataannya, aku teringat sosok opa yang dulu diam diam sering menyelipkan uang ke tanganku atau ke kantong jaketku , setiap kali aku datang menemuinya. Opa selalu berpesan dengan sedikit berbisik agar aku tak memberi tahu siapapun tentang uang pemberiannya.
Pelayan berambut keriting itu tiba tiba datang ke arah meja kami dan menyodorkan makanan pesanan dia.
" terimakasih..." kami berdua spontan berterimakasih pada pelayan rumah makan itu, dan dijawab dengan senyum ramahnya.
" ok sayang aku harus cepat cepat pulang...opa pasti sudah kelaparan " dia berkata seraya beranjak berdiri. Kami berdua sama sama berdiri. Dia meraih pundakku dalam pelukannya. Sesaat kami saling berpelukan erat. Tidak ada sepatah katapun yang terucap. Sungguh tiba tiba aku merasakan sesuatu yang kuat ...kesedihan...ya kesedihan yang dalam. Diam diam aku menangis...mataku berkaca kaca. Ingatanku kembali ke masa itu...masa dimana aku pernah menjadi bagian dari keluarganya...masa dimana aku juga pernah memiliki kenangan manis bersama mereka. Meski akhirnya aku dan andy, anak laki lakinya memutuskan untuk menyudahi pernikahan kami dengan perceraian, karena satu dan lain hal yang tidak perlu kuingat lagi.
Kami melepaskan pelukan kami. Dia memeriksa barang barangnya sebelum benar benar beranjak pergi.
" sampaikan salamku buat suami dan anakmu ya " dia berkata seraya tersenyum. Aku menganggukan kepala meresponnya.
Sesaat aku kembali menarik pergelangan tangannya. Kami bertatapan lagi. " mama jaga diri ya..jangan abaikan kesehatanmu sendiri " kataku seraya melepaskan genggamanku. Kulihat kedua bola matanya berkaca kaca. Beberapa kali dia menundukan wajahnya, menyembunyikan rasa gundahnya, seolah olah sibuk dengan barang barang bawaannya.
Dia tersenyum menganggukan kepala.
" makasih sayang aku akan selalu menjaga kesehatanku...maafkan anakku andy ya... karena kebodohannya dulu, dia sering mengabaikanmu "
Dia meraihku lagi dalam pelukannya. Mata kami berkaca kaca...sama sama menahan tangis. Aku mengangukan kepalaku berkali kali dalam pelukannya. Aku ingin meyakinkannya bahwa aku sudah melupakan semuanya dan berharap dia dan andy akan baik baik saja.
" selamanya kamu tetap anak perempuanku, meskipun kau dan andy tidak bersama lagi "
Itu kalimat terakhir yang masih terngiang ngiang ditelingaku, sebelum dia benar benar beranjak pergi meninggalkanku yang duduk termanggu di rumah makan siang itu.
Cepat cepat kuseka sisa sisa airmata di ujung kedua mataku. Aku tahu beberapa mata dari mereka yang juga sedang menikmati makan siang, mengarah ke arahku, tapi aku tidak perduli....Dadaku terasa sesak. Hatiku terasa tak menentu. Aku iba melihat keadaan wanita itu. Dia pasti sedang menanggung beban berat dipundaknya. Ayahnya yang sering sakit karena usia nya yang semakin menua, anak perempuannya yang baru saja berpisah dengan pacarnya, yang tidak mau bertanggung jawab atas anak mereka yang masih kecil, anak laki lakinya yang tidak pernah bisa lepas dari minuman keras , sementara dia....memutuskan untuk selamanya tidak menikah lagi karena pengalaman pahit bersama 2 suaminya dulu, yang keduanya sama sama mengakhiri hidup mereka dengan suicide.
Kuhela nafas dalam dalam, meringankan rasa sesak didadaku.