Di tengah Pandemi covid 19 yang belum jelas kapan berakhirnya, bahkan angka statistiknya terus mengalami peningkatan baik penderita maupun yang meninggal. Melahirkan ribuan problem baru di tengah masyarakat kita, terutama berkaitan dengan persoalan ekonomi.Â
Persoalan sosial sebagai efek dominopun bermunculan bak jamur di musim hujan. Itu sudah menjadi konsekuensi logis dari ketidak stabilan dalam berbagai sektor banyak memaksa saudara-saudara kita yang nasibnya berubah drastis seratus delapan puluh derajat.Â
Dari yang kena PHK, penurunan penghasilan, perumahan sementara para karyawan, berhentinya para pekerja lapangan dan masih banyak lagi kerumitan hidup yang mereka hadapi secara tiba-tiba.
Disisi lain keruwetan data tentang siapa saja yang berhak menerima Bantuan Sosial dari pemerintah masih saja menjadi polemik yang hanya ramai diperdebatkan.Â
Salah sasaran masih kerap terjadi. Rakyat ingin segera terentaskan dari kesulitan-kesulitan baru yang tiba-tiba harus mereka terima karena pandemi covid 19 ini.Â
Para ujung tombak pembagi bantuan sosial (RT maupun RW) kadang harus berhadapan dengan tetangga bahkan saudara sendiri karena tidak ingin sembrono dalam membagi bantuan dari pemerintah tersebut.Â
Antara kehati-hatian dan keadilan dua hal yang kadang sangat sulit untuk diterapkan. Mengapa, karena antara yang membutuhkan dengan yang akan dibagi tidak seimbang. Alhasil konflik horisontalpun tidak bisa dihindari.
InspiratifÂ
Lalu apakah Bansos ini sudah menjawab permasalahan di atas. Terlalu dini untuk menjawab sudah. Namun di tengah kondisi yang tidak stabil ini rupanya kita masih bisa sedikit lega dengan adanya sebagian dari kita yang rasa empatinya masih tajam.Â
Ini terbukti banyak kegiatan yang menginspirasi kita untuk berderma, baik yang dilakukan secara individu maupun organisasi ikut membagi kebahagian dengan sesama. Kita lihat saja mereka, baik yang terekspos maupun yang tidak.
Munculnya para dermawan yang mengupload kegiatannya di media sosial secara implisit ini sindiran kepada para aghniya' (orang kaya) yang masih rajin menumpuk hartanya (baca; uang) dipundi-pundi  rekeningnya.Â
Atau para pemimpin negeri yang masih berdebat tentang mekanisme penyaluran Bansos dengan  jurus yang sangat birokratis. Kita harus dukung mereka dan hindarkan dari prejudice atau su'uzan , ingin dipuji, pamer atau pencitraan, justru dari aksinya mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Oleh karena itu, karena ini masalah bersama dan  bukan hanya monopoli kewajiban pemerintah yang mempunyai keterbatasan anggaran, tetapi ini kesempatan kita untuk bergotong royong memberikan kontribusi dalam mengatasi kesulitan bersama-sama.
Zakat dan Mustahiq Dadakan
Permasalahan ini akan semakin ringan apabila semua saling semangat untuk berbagi "ta'awanu 'alal birri wat taqwa" atau tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Oleh karena itu antara jiwa kedermawanan dan kekikiran kita sedang diuji di saat seperti ini.
Melihat kondisi seperti saat ini bukan tidak mungkin banyak muncul mustahiq atau penerima zakat dadakan. Kita berharap zakat yang oleh kaum muslimin menjadi kewajiban tentunya menjadi sesuatu yang solutif untuk sedikit membantu meringankan beban saudara-saudara kita.
Perintah zakat sangat banyak dan jelas, bahkan Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc. dalam bukunya 'Zakat dalam Perekonomian Modern' menyebutkan zakat adalah ibadah maaliyah ijtima"iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.Â
Di dalam al Qur'an terdapat dua puluh tujuh ayat yang menyejajarkan kewajiban shalat dengan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. Di dalam al Qur'an terdapat pula berbagai ayat yang memuji orang-orang yang secara sungguh-sungguh menunaikannya, dan sebaliknya memberi ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya.
Bahkan pada masa khalifah Abu Bakar As Shidiq bertekad memerangi orang yang shalat tetapi tidak mau mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan, maka akan memunculkan berbagai kedurhakaan dan kemaksiatan lain.
Nah, sungguh jelas bagi kaum muslimin yang mayoritas di negeri ini, tentunya harus menjadi solusi dan ikut andil besar dalam implementasi salah satu rukun islam itu, sehingga bisa membawa manfaat bagi sesama melalui zakat.
Pengelolaan zakat oleh badan yang dibentuk pemerintah BAZNAS atau lembaga lain oleh organisasi keagamaan maupun masyarakat harus mengambil peran yang paling depan.
Hal ini akan menambah kepercayaan para muzakki yang selama ini mempercayakan pemungutan harta zakat kepadanya, sekaligus meningkatkan kualitas keimanan umat.
Bagi masyarakat suasana menjelang idul fitri tahun ini yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena dampak covid 19, hendaklah bisa menjadi moment terbaik untuk bergerak dan berempati secara konkrit melalui pengamalan kewajiban zakat, baik zakat firah maupun zakat mal dan amalan sosial lain secara optimal.
Edukasi kepada umat harus selalu dilakukan, tentang kewajiban mengeluarkan zakat. Selain itu umat harus selalu disadarkan bahwa selain zakat akan sangat meringankan saudara-saudara kita, juga akan membawa manfaat bagi dirinya yaitu membersihkan dan menyucikan jiwa dan harta mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surat at Taubah 103 :
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan  mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui."Â
Tentunya membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Dan perlu juga diyakinkan bahwa selain zakat yang wajib, Allah juga memerintahkan  kepada kita untuk berinfaq, dan shadaqah sebagai implementasi dari pengamalan ibadah sosial dan inipun tidak kalah dahsyatnya Allah akan menggantinya dengan pahala yang berlipat-lipat  seperti firman-Nya dalam surat al Baqarah 261 :
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui."
Kiranya spirit dari ayat-ayat diatas bisa menumbuhkan ghirah untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya. Semua yang Allah perintahkan pasti akan membawa dampak positif bagi para pelakunya termasuk dalam zakat, infaq maupun shadaqah.Â
Itu artinya kita semakin yakin dan semangat untuk ikut membantu krisis ini dengan berbagi melalui zakat, infaq atau shadaqah. Insya Allah akan mengantarkan kita pada hal-hal yang menjadi dambaan bagi orang-orang yang rajin zakat, infaq dan shadaqah untuk meraih beberapa hal berikut ini.
Pertama, mengikis habis sifat-sifat kikir di dalam jiwa seseorang, serta melatihnya memiliki sifat kedermawanan, dan mengantarkan mensyukuri nikmat Allah.
Kedua, menciptakan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada penerima, tetapi juga kepada pemberi zakat, infaq dan shadaqah. Juga mengurangi kedengkian dan iri hati, antara pemberi dan penerima zakat.Â
Karena mereka yang selama ini hanya bisa melihat gebyar kekayaan dari muzakki, sekarang dapat ikut merasakan sebagian kenikmatan melalui zakat. Rasa persaudaraan pasti tumbuh dan menafikan permusuhan.
Ketiga, mengembangkan harta benda, dengan adanya ketenangan batin dari pemberi zakat akan mengantarkan berkonsentrasi dalam pemikiran dan usaha pengembangan harta. Dan bagi mustahiq atau penerima dapat menjadi jalan bagi pengembangan usaha produktif.
Akhirnya, marilah diakhir bulan Ramadhan ini kita harus termotivasi dengan spirit berzakat, infaq, shadaqah untuk membantu secara sosial sebagai solusi untuk meringankan saudara-saudara kita. Semoga. (pakdul)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H