Mohon tunggu...
Gatra Maulana
Gatra Maulana Mohon Tunggu... lainnya -

warga semesta yang sekedar ikut etika setempat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

3 Faktor Penyebab Stres

17 Desember 2014   18:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:07 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418789135210595113
1418789135210595113

Lingkungan

Lingkungan mempunyai efek terbesar dalam mempengaruhi kepribadian seseorang, sebagian besar kepribadian seseorang terbentuk oleh lingkungan yang ia tempati. Di sini lingkungan yang sangar dekat mempengaruhi remaja yaitu keluarga dan sekolah. Lingkungan selalu membuat kita harus bergulat dengan tuntutan dan tantangan. Yang karenanya merupakan sumber stres yang potensial.

1. Keluarga

Peran keluarga sangat penting dalam menididik anak, terkadang selalu ada pertentangan dimana keinginan orang tua menjadi landasan agar si anak harus menuruti apa kata orang tua, di sini anak sudah mencapai titik remaja, pada titik tertentu remaja sering kali bersikap kukuh atas ego yang terdepan, maka keinginan orang tua dan anak selalu bertentangan, menjadikan anak stres dan bisa kemungkinan anak keluar dari rumah. Jika dalam kedaan seperti ini di biarkan terus berlanjut dan anak kurang asuhan orang tua. Maka akan berdampak resiko besar yaitu gangguan dalam perkembangan mental dan intlektual, perkembangan mental emosional, bahkan perkembangan psikososial dan spiritual. Yang kelak menjadikan anak lebih brutal dalam menjalani kehidupanya, sehingga akan memperlihatkan berbagai prilaku penyimpangan, anti sosial bahkan sampai melakukan tindak kriminal.

1418789262343881588
1418789262343881588

2. sekolah

Lihatlah fenomena yang belum lama di informasikan, ada seorang mahasiswa unpar rela bunuh diri akibat sebuah tuntutan yang amat besar, desakannya begitu luar biasa sehingga ia lebih memilih bunuh diri ketimbang harus menjalani sebuah tuntutan. Tuntutan disini sudah jelas bahwa lingkungan sekolah tidak bersinergi dengan dirinya, cara pandangnya selalu mejurus ke angka (nilai). Akibatnya ia selalu berpadangan bahwa nilai adalah parameter sebuah kesuksesan. Sekolah kini merupakan tempat penderitaan yang rentan stres bukan membahagiakan, di mana peran mahasiswa harus di hadapkan oleh sebuah tugas dan tugas, ia pun di paksa harus mengenyam teori yang kerap membuat kepala selalu terbebani. selalu takut jika nilai jelak, IPK kecil. Padahal jika saja cara pandangnya bisa di ubah, jadikan sekolah adalah bagian daripada proses yang membahagiakan untuk mengembalikan hakikat hidup yang lebih nyata, bukan orientasinya pada hasil melainkan proses yang berkualitas. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, ketika masa remaja orientasinya ke hal material ia sudah ternodai atau terhukumi oleh fikiranya sendiri. Hanya menjadikan detik-detik tadi usang dan mengambang dalam pemahaman yang begitu dangkal.

1418789466112249260
1418789466112249260

--------------------------------------------------------------------------------

sumber : foto 1 foto 2 foto 3 foto 4 foto 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun