jagung... jagung...
sesekali terdengar suaramu
pelan teramat
terdengar sayup sampai
menjajakan daganganmu
jagung rebus, itu yang aku tahu
berjalan perlahan
menyusuri tepi ruas jalan tiada berkawan
kaki-kaki dan tangan-tangan tua
semakin nampak menua
mendorong gerobak kayu tua
yang aku lihat sudah kesulitan mengangkat beban
dengan roda-roda kecilnya
terus berjalan
hingga mungkin kan tunai segala tujuan
entah dari mana datangmu
sekali ada tak pernah jua aku tahu
rumah tinggal dan keluargamu
setiap pagi
setiap hari yang berlalu
selalu kulihat melangkah dengan rute tertentu
pula tiada pula pernah terlontar tanya
yang bergelayut ada di lidah untukmu
sebabkan ragu
jagung… jagung…
kembali terdengar sayup suara
berharap kan ada pelanggan sudi menyapa
membeli dagangan yang kau bawa
pun hanya seberapa
pun hanya satu atau dua buah saja
selalu akan begitu
pun sedikit hanya dagangan laku
pun letih badan berjalan jauh
pun semakin lemah
ayunan langkah kaki-kakimu
mungkin
hingga mendekat akhir hayatmu
tiada lain wujud perjuangan
menyambung hidup
yang ada semakin tiada menentu
jagung… jagung…
berlalu dan menghilang
luput segala dengar segala pandang
di sudut simpang
Bengkulu, 4 Juni 2016